Fase luteal adalah salah satu dari 4 fase dalam menstruasi yang berkaitan erat dengan fertilisasi Anda. Terutama apabila Mom merencanakan kehamilan, maka penting untuk memperhatikan setiap fasenya.

Nah terkadang, seseorang memiliki fase luteal yang tidak normal karena durasinya terlalu pendek. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada kehamilan, bahkan keguguran. Jadi, sebenarnya apa itu fase luteal? Dan bagaimana cara menghitung fase luteal? Yuk pelajari selengkapnya di sini!

Kalkulator Masa Subur

Apa itu Fase Luteal?

Fase luteal adalah tahapan dari siklus yang terjadi sesudah ovulasi serta sebelum menstruasi berikutnya dimulai. Selama masa ini, jumlah progesteron yang diproduksi oleh korpus luteum meningkat dan membantu menebalkan lapisan rahim sebagai persiapan untuk menerima sel telur hingga akhirnya tumbuh embrio serta janin.

Indikasi kecacatan pada fase luteal adalah apabila lapisan rahim tidak mengalami proses penebalan seperti seharusnya di setiap bulannya. Jumlah progesteron juga rendah, di mana hal tersebut akan menghambat implantasi sel telur dan pertumbuhan janin. Hal inilah yang diduga dapat menyebabkan wanita sulit hamil atau mempertahankan kehamilannya (keguguran).

Durasi normal fase luteal adalah 12-14 hari, kemudian apabila masa tersebut terlalu pendek, endometrium tidak akan bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Namun, perlu diingat bahwa beberapa wanita dengan siklus menstruasi normal juga bisa mengalami fluktuasi seperti fase luteal yang memendek. Hal itu dianggap normal selama tidak terjadi setiap bulan.

Apa yang Terjadi ketika Memasuki Fase Luteal?

Setelah mengetahui bahwa fase luteal adalah penyakit dari siklus menstruasi. Mom juga perlu tahu beberapa proses atau tahapan yang terjadi ketika memasuki fase luteal. Seperti saat telur dilepaskan dari ovarium dan bergerak ke tuba falopi, folikel telur menjadi struktur baru yang dikenal sebagai korpus luteum.

Korpus luteum menghasilkan progesteron selama 2 minggu dan mati jika tidak terjadi pembuahan. Lalu, progesteron hasil produksi selama fase luteal mengental, di mana hal tersebut memungkinkan sel telur yang telah dibuahi ditransplantasikan ke dalam lapisan rahim. Ketika sel telur dibuahi oleh sperma, ia menempel pada dinding bagian dalam rahim.

Jika pembuahan tidak terjadi, korpus luteum berkontraksi dan mati, kadar progesteron turun, serta endometrium yang menebal terlepas. Hal inilah yang disebut sebagai fase awal dari siklus menstruasi berikutnya.

Gejala Fase Luteal

Sederhananya, gejala yang terjadi selama fase luteal adalah segala bentuk gangguan menunjukkan rendahnya kadar progesteron dalam rahim. Adapun dalam siklus menstruasi wanita fase luteal ditandai oleh beberapa gejala berikut ini.

  • Pendarahan ringan (spotting) antara dua siklus menstruasi
  • Siklus menstruasi yang sangat pendek
  • Mengalami sulit hamil meskipun selalu berusaha mencoba promil
  • Mengalami keguguran
  • Perut terasa kembung
  • Mengalami sakit kepala
  • Adanya pembengkakan payudara yang disertai rasa nyeri
  • Perubahan suasana hati atau mood swing
  • Adanya penambahan berat badan
  • Perubahan hasrat seksual
  • Mengalami fase sulit tidur

Baca juga: Kenali 8 Penyebab Keluar Darah Seperti Haid Tapi Sedikit

Durasi Fase Luteal

Disebutkan dalam sebuah penelitian yang dimuat oleh jurnal Obstetrics and Gynecology Clinics of North America di tahun 2015, rata-rata durasi normal dari fase luteal adalah selama 12 hingga 14 hari. Namun fase ini juga bisa berubah menjadi 8 hari maupun 16 hari. Apabila fase luteal terjadi tidak sesuai dengan jadwal rutin, maka ini bisa menandakan kehamilan.

Ketika masa tersebut terjadi kurang dari 8 hari, bisa jadi fase luteal adalah salah satu tanda dari adanya masalah fertilitas. Sebab, apabila terlalu pendek dapat membuat dinding rahim tidak berkembang secara sempurna, sehingga kurang mendukung pertumbuhan janin.

Adapun fase luteal yang terlalu panjang dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan hormon polycystic ovary syndrome atau biasa disingkat PCOS.

Seorang wanita yang mengalami keguguran atau kesulitan untuk hamil secara terus-menerus cenderung mempunyai fase luteal pendek. Namun, pada beberapa perempuan, durasi fase luteal tidak mempengaruhi terjadinya keguguran berulang maupun masalah fertilitas.

Gangguan Luteal Phase Defect (Fase Luteal Cacat)

Perlu diketahui, sebutan bagi gangguan yang terjadi dalam fase luteal adalah luteal phase defect (LPD). Masalah ini ditandai dengan rendahnya tingkat progesteron selama fase tersebut terjadi.

Selain itu, gangguan ini juga menyebabkan singkatnya keberlangsungan fase luteal. Di mana, hal tersebut mengakibatkan tubuh tidak sepenuhnya siap mendukung proses kehamilan dan dapat berujung pada keguguran dan infertilitas.

Adanya masalah pada fase luteal ditandai oleh pendeknya siklus menstruasi, ovulasi yang tidak rutin, keguguran secara berulang, dan perdarahan diantara masa ovulasi serta haid.Dalam sebuah studi yang dimuat oleh jurnal Fertility and Sterility tahun 2017 mengungkapkan bahwa perempuan perokok cenderung mempunyai durasi fase luteal lebih pendek.

Adapun beberapa faktor risiko lainnya misalnya seperti olahraga yang terlalu berat, usia lebih dari 35 tahun, endometriosis, obesitas, kebiasaan makan buruk seperti anoreksia dan bulimia, gangguan tiroid, serta PCOS.

Nah itu dia Mom penjelasan mengenai pengertian dan cara menghitung fase luteal. Penting untuk mengetahui bagaimana berjalannya fase menstruasi yang satu ini, terlebih jika Mom merencanakan kehamilan. Jika Mom merasa ada kesalahan dalam fase luteal atau mengalami LPD (Luteal Phase Defect), maka segera konsultasikan ke dokter, ya!

Sumber: WebMD, Healthline, Clearblue

Direview oleh: dr. Florencia Adeline

Baca juga: 5 Penyebab Sakit di Bawah Perut di Atas Kemaluan, Tanda Hamil?