Sangat dimaklumi jika Mom panik saat si kecil tiba-tiba mengalami kejang. Perlu diketahui, kejang pada bayi sebenarnya umum terjadi, Mom. Akan tetapi, apabila tidak segera ditangani maka bisa jadi berbahaya layaknya penyakit stroke pada anak. Oleh karena itu Mom tetap perlu mengetahui beberapa hal khususnya ciri-ciri kejang pada bayi 0-6 bulan.

Lantas, apa penyebab kejang pada bayi sebenarnya? Dan bagaimana pertolongan pertama yang seharusnya Mom lakukan? Yuk baca dan pahami informasi berikut dengan seksama, Mom!

Download aplikasi ruangmom

Penyebab kejang pada bayi

Kejang pada bayi umumnya terjadi karena beberapa sebab, Mom. Menurut keterangan medis, kejang pada bayi seringkali dipicu oleh adanya proses yang salah pada neurotransmitter di otak sehingga gagal mengontrol beberapa fungsi serta gerak tubuh buah hati Anda.

Kesalahan proses tersebut kemudian akan memberi pengaruh langsung pada kesadaran dan perilaku sehingga terjadi di luar kendali tubuh bayi. Untuk mengetahui penyebab kejang pada bayi, simak penjelasan berikut.

1. Demam tinggi

Salah satu penyebab kejang pada bayi yang paling umum adalah kenaikan suhu tubuh di atas rata-rata, umumnya dialami oleh anak di bawah usia 4 tahun. Hal tersebut bisa terjadi akibat infeksi virus, Mom. Kondisi kejang akibat demam tinggi ini dapat disebut juga dengan kejang demam.

2. Penyebab secara struktural

Beberapa kondisi struktural di otak bayi ternyata dapat menjadi penyebab kejang pada bayi baru lahir lho, Mom. Kondisi struktural tersebut dipercaya membuat bayi kekurangan kadar oksigen pada otak sehingga dapat menyebabkan kejang.

Dalam medis, kondisi ini dikenal sebagai hipoksia perinatal yang mampu meningkatkan resiko cedera displasia otak pada buah hati Anda. Oleh karena itu, cedera ini dipercaya sebagai salah satu penyebab bayi kejang mendadak saat baru lahir.

3. Kadar glukosa rendah

Penyebab kejang pada bayi lainnya adalah kadar glukosa rendah. Bayi dengan kadar glukosa, magnesium dan kalsium yang rendah dipercaya lebih mudah mengalami kejang, Mom. Jadi, apabila bayi Anda tiba-tiba kejang tanpa disertai demam, kemungkinan besar ia membutuhkan asupan kadar glukosa, kalsium, serta magnesium lebih.

4. Meningitis

Meningitis merupakan salah satu penyebab kejang pada bayi dengan kondisi serius. Sebagai informasi, meningitis adalah munculnya radang pada selaput otak, Mom.

Jika si kecil mempunyai meningitis, maka Mom sebaiknya lebih berjaga-jaga ya. Tak hanya kejang, gejala meningitis lain juga bisa berupa sakit kepala hingga adanya ruam di permukaan kulit bayi. Mom dapat mengenali gejala meningitis sejak dini, seperti bayi mudah mengantuk, tidak mau diberi susu, mudah lelah, dan sulit dibangunkan saat tidur.

5. Epilepsi

Penyebab kejang pada bayi juga bisa berasal dari gangguan sistem saraf seperti epilepsi. Para ahli menyatakan bahwa ada kemungkinan sekitar 30% bagi para bayi penderita epilepsi akan mengalami kejang sampai usia dewasa lho, Mom.

Namun, Mom tak perlu khawatir karena nyatanya lebih banyak persentase bayi penderita epilepsi yang terbukti sembuh seiring waktu.

Epilepsi dapat menjadi penyebab kejang pada bayi karena beberapa hal, di antaranya berlebihan makan, kurang istirahat, mudah stres, dan berada di bawah sinar matahari terlalu lama. Untuk itu, agar terhindar dari resiko epilepsi, Mom sebaiknya mengawasi hal-hal pemicu tersebut, ya.

Selain penyebab kejang di atas, Mom juga harus perhatikan bahwa kejang umumnya dibedakan menjadi dua berdasarkan durasinya.

  • Kejang sederhana: terjadi pada seluruh bagian tubuh dan berlangsung selama kurang dari 15 menit. Jenis kejang ini juga tak akan terulang dalam kurun waktu 24 jam.
  • Kejang kompleks: terjadi hanya pada satu bagian tubuh tertentu dengan durasi kejang lebih dari 15 menit serta berkemungkinan untuk terulang dalam kurun waktu 24 jam.

Baca juga: 15 Cara Menurunkan Demam Pada Anak dengan Cepat & Alami

Ciri-ciri kejang pada bayi

Mom, berikut adalah ciri-ciri kejang pada bayi 0-6 bulan yang perlu Anda ketahui.

1. Absans

Mom bisa melihat ciri-ciri kejang pada bayi 0-6 jika buah hati Anda secara tiba-tiba menghentikan segala aktivitasnya tanpa alasan (absans). Bayi yang absans cenderung akan diam di tempat, memiliki tatapan kosong seperti melamun namun sama sekali tak merespon saat Anda panggil atau sentuh.

2. Tangan dan kakinya menyentak

Jika buah hati Mom mulai menyentakkan kedua kaki dan tangan mereka namun masih dalam keadaan sadar, maka ia berada dalam fase mioklonik. Namun, apabila mereka sudah mulai mengeluarkan tangisan keras (ictal cry) dan hilang kesadaran, maka kondisi tersebut disebut tonik-klonik.

Mom sebaiknya lebih berhati-hati saat anak sudah berada dalam fase tonik-klonik. Pasalnya, beberapa ciri yang ditunjukkan pun cukup ekstrem, misalnya tubuh menjadi kaku, bibir membiru, napas tersengal-sengal, hingga keluarnya busa dari dalam mulut.

Umumnya, ciri-ciri kejang tersebut akan usai saat ditandai si kecil yang mengompol atau buang air besar beberapa saat setelahnya.

Adapun ciri-ciri kejang pada bayi 0-6 bulan lainnya ialah tubuh lemas mendadak, terjatuh karena tak bertenaga, serta matanya sering berkedip namun tatapannya kosong.

Jika dirasa bayi Anda menunjukkan dari salah satu ciri kejang tersebut selama lebih dari 15 menit, Mom sebaiknya menghubungi dokter anak secepatnya, ya.

Gejala bayi kejang tanpa demam

Mom perlu ingat sekali lagi bahwa kejang pada bayi tidaklah sama dengan kejang pada anak dengan usia lebih tua. Kejang bayi umumnya terjadi di bagian tubuh tertentu atau biasa disebut sebagai kejang parsial.

Kejang parsial terjadi sebab respons otak bayi cenderung masih berkembang sehingga sulit untuk memberi respons terkoordinir layaknya gejala kejang secara umum.

Oleh sebab itu, Mom harus bisa mengenali gejala kejang pada bayi baru lahir. Pasalnya, beberapa gejala kejang bayi ternyata cukup sulit untuk mencuri perhatian para ibu. Beberapa gejala bayi kejang yang dapat Mom perhatikan antara lain:

  • Pola napas bayi tiba-tiba berubah
  • Adanya kedutan di sekitar mata dan bibir bayi
  • Mata bayi mulai berkedip-kedip
  • Kaki si kecil mulai bergerak mengayuh
  • Bagian tubuh lain seperti lengan dan tungkai menjadi kaku
  • Bayi akan menjadi kurang responsif terhadap panggilan atau sentuhan

Selain itu, Anda perlu tahu bahwa gejala kejang pada bayi berusia lebih dari 1 tahun akan berbeda pula lho, Mom. Beberapa gejala yang mungkin muncul di antaranya:

  • Tubuh, lengan, serta tungkai bayi tiba-tiba kaku
  • Kedua lengan bayi melenggang ke luar disertai dengan kepala mengangguk-angguk
  • Tungkai bayi menyentak ke perut sembari lutut tertekuk
  • Hampir seluruh tubuhnya kaku disertai kedipan mata yang tak kunjung berhenti

Baca juga: 15 Benjolan di Kepala Bayi yang Patut Mom Waspadai

Cara mengatasi kejang pada bayi

Sudah bisa dipastikan bahwa semua ibu akan sangat panik apabila si buah hati kejang mendadak. Namun, daripada hanya diam dan panik berlebih, Mom sebaiknya mengetahui pertolongan pertama cara mengatasi kejang pada bayi, seperti berikut.

  • Jangan panik. Hadapilah langkah-langkah berikut dengan tenang, Mom.
  • Pindahkan bayi Anda ke tempat dengan permukaan datar, luas, dan bebas dari barang-barang yang berkemungkinan melukai bayi.
  • Ubahlah posisi tidur bayi Anda dalam posisi menyamping agar ia tidak tersedak saat kejang.
  • Buka kancing pakaiannya terutama di beberapa bagian seperti leher dan dada.
  • Hindari memaksa tubuh si kecil untuk berhenti. Mom sebaiknya menjaganya agar tetap dalam jangkauan Anda dan di posisi aman.
  • Jangan pernah memasukkan makanan atau minuman apapun saat bayi sedang kejang.
  • Hitunglah berapa lama bayi Anda mengalami kejang. Hal ini akan bermanfaat untuk mengetahui adanya kejang di waktu mendatang.
  • Akan lebih baik lagi jika Mom bisa merekam proses kejang guna memudahkan proses konsultasi dengan dokter.

Selain beberapa cara tersebut, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga menegaskan beberapa langkah untuk mencegah kejang demam dapat dilakukan dengan menurunkan suhu anak secepat mungkin. Mom juga bisa memberikan mereka obat penurun panas apabila sudah mendapat izin dokter.

Selain memberikan obat, Mom dapat mencoba berikan kompresan hangat pada beberapa bagian seperti dahi atau lipatan ketiak guna menurunkan suhu panas si kecil.

Kapan perlu ke dokter?

Meski dianggap cukup umum, Mom tidak boleh menyepelekan hal ini dan tetap perlu mengkonsultasikannya kepada petugas medis, ya. Mom bisa konsultasi ke dokter apabila kejang si kecil memenuhi beberapa kriteria berikut.

  • Kejang bayi tetap berlanjut melebihi batas normal (5-15 menit).
  • Kejang hanya menyerang beberapa bagian tubuh tertentu dan tak kunjung berhenti.
  • Bayi kesulitan bernapas hingga wajah dan bibirnya menjadi biru.
  • Berlangsung terus-menerus hingga 24 jam lamanya.

Apabila buah hati Anda tidak memenuhi kriteria di atas pun, tidak ada salahnya bagi Anda untuk berkonsultasi ke dokter ya, Mom.

Itulah beberapa informasi terkait kejang pada bayi yang perlu Mom perhatikan. Jika kejang pada bayi Anda tak kunjung hilang dalam waktu 5 menit, Mom sebaiknya segera menghubungi dokter, ya!

Baca juga: 4 Cara Mengatasi Bayi Cegukan, Pencegahan & Penyebab