Epilepsi adalah sebuah penyakit yang menyebabkan adanya gangguan pada sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik di dalam otak tidak normal.

Hal ini menyebabkan penderita mengalami kejang, perilaku yang tidak biasa, hingga hilang kesadaran. Penyakit epilepsi juga sering disebut ayan. Lalu, apakah penderita epilepsi bisa hamil?

Dilansir dari laman Alodokter, dr. Mega Muzdalifah mengatakan bahwa pengobatan untuk penyakit epilepsi membutuhkan waktu yang cukup lama, bisa sampai 2 tahun. “Pengobatan epilepsi harus dilakukan sampai selesai dengan pengawasan dokter, pasien tidak boleh mengganti metode pengobatan, berhenti berobat atau melanjutkan pengobatan secara mandiri tanpa sepengetahuan dokter saraf,” tutur dr. Mega.

Epilepsi memengaruhi kesuburan seorang wanita

Seorang perempuan yang menderita epilepsi, tingkat kesuburannya 25-35% lebih rendah dibandingkan wanita yang tak memiliki epilepsi. Itulah mengapa bagi ibu yang menderita epilepsi, cenderung hanya memiliki satu anak atau malah kesulitan hamil.

Kemungkinan penyebabnya adalah:

  • Perempuan dengan epilepsi lebih berisiko mengalami gangguan hormon penyebab infertilitas seperti PCOS
  • Penderita epilepsi biasanya mengalami siklus haid yang tidak teratur, sehingga membuatnya sulit hamil.
  • Ibu dengan epilepsi cenderung mengalami kondisi anovulasi (siklus menstruasi yang tidak menghasilkan sel telur matang untuk dibuahi)
  • Obat antikejang yang dikonsumsi penderita epilepsi bisa memengaruhi hormon yang berperan dalam proses reproduksi.
  • Kelainan hormon pada penderita epilepsi yang menyebabkan sulit hamil.

Apakah penderita epilepsi bisa hamil?

Menurut dr. Mega, perempuan yang menderita epilepsi masih memiliki peluang untuk hamil. Meski demikian, kehamilan yang terjadi pada seorang penderita epilepsi cenderung memiliki banyak risiko.

Diantara risiko hamil saat menderita epilepsi adalah:

  • Risiko melahirkan bayi prematur sebanyak 4-11 persen
  • Bayi lahir dengan berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg) risikonya sebesar 7-10%
  • Kelainan fisik pada bayi seperti mikrosefali (kepala kecil)
  • Risiko peningkatan frekuensi kejang pada ibu sebesar 33%
  • Cacat janin akibat konsumsi obat antiepilepsi sebelum dan selama masa kehamilan.
  • Risiko perdarahan pasca melahirkan meningkat hingga 10%
  • Bayi yang dilahirkan dari ibu penderita epilepsi juga memiliki risiko mengembangkan penyakit epilepsi sebesar 3%

Karena banyaknya risiko yang bisa dialami ibu dan bayi jika hamil saat menderita epilepsi, maka perlu berkonsultasi dengan dokter saraf sebelum merencanakan kehamilan.

Bila ingin mengganti obat epilepsi agar lebih ramah terhadap kehamilan, maka Anda perlu meminta saran dokter untuk itu.

Komplikasi yang bisa terjadi bila penderita epilepsi hamil

Kejang adalah kondisi yang paling sering dialami oleh penderita epilepsi, dan bila kejang ini dialami oleh ibu yang sedang hamil, bisa menyebabkan beberapa komplikasi kehamilan yang berbahaya.

Komplikasinya antara lain:

  • Denyut jantung janin melambat
  • Keguguran akibat trauma yang dialami saat kejang
  • Abrupsio plasenta, terlepasnya plasenta dari rahim sebelum bayi dilahirkan.
  • Persalinan prematur.

Risiko pada bayi jika ibu dengan epilepsi mengandung:

  • Cacat saluran kencing
  • Kemampuan intelektual rendah
  • Kemampuan kognitif buruk
  • Masalah di bagian memori
  • Autisme
  • Terlambat berjalan
  • Speech delay

Risiko melahirkan bagi penderita epilepsi

Saat proses persalinan berlangsung, ada banyak risiko ibu mengalami kejang saat melahirkan. Rasa sakit akibat kontraksi dan kesulitan bernapas bisa menimbulkan kejang bagi ibu penderita epilepsi. Dokter mungkin akan mengatasinya dengan obat tertentu, atau memilih operasi caesar agar bayi dan ibu selamat.

Meski banyak ibu dengan epilepsi yang bisa melahirkan secara normal, namun mayoritas dari mereka justru berakhir di meja operasi caesar demi melahirkan bayi dengan selamat.


Kesimpulannya, apakah penderita epilepsi bisa hamil? Jawabannya adalah bisa, dengan berbagai risiko yang ada. Meski demikian, Anda tak perlu khawatir. Banyak juga ibu dengan epilepsi yang bisa punya anak. Yang terpenting selalu konsultasikan kondisi Anda dengan dokter demi keselamatan ibu dan bayi selama masa kehamilan dan persalinan.

Semoga informasi ini bermanfaat.

Baca juga: Cara Mengatasi Fibroid Rahim, Tumor yang Mengganggu Kesuburan