Marah adalah salah satu ungkapan kekecewaan dan kekesalan seseorang pada orang lain yang melakukan sesuatu di luar ekspektasi, termasuk marahnya seorang ibu kepada anak. Namun, terkadang seorang ibu bisa sering marah pada anaknya. Sebenarnya, kenapa ibu sering marah pada anak?

Mom perlu mengetahui penyebab amarah tersebut agar bisa meredakannya. Pasalnya, terlalu sering marah pada anak akan berdampak buruk pada tumbuh kembang anak. Artikel ini membahas alasan ibu sering marah pada anak dan dampak buruknya.

Kalkulator Finansial

Kenapa Ibu Sering Marah Pada Anak?

Ada beberapa alasan kenapa ibu sering marah pada anak, berikut ini di antaranya:

1. Stres dan Merasa Jenuh dengan Rutinitas

Alasan pertama kenapa ibu sering marah pada anak yaitu karena stres dan merasa jenuh dengan rutinitasnya. Saat stres dan jenuh, ibu akan sulit menikmati apa yang ia lakukan.

Bahkan, biasanya ibu akan mencoba menghindari rutinitas tersebut. Saat anaknya merengek atau menangis, maka ibu akan marah hingga membentaknya untuk melampiaskan emosi.

Oleh sebab itu, Mom harus pandai-pandai mengelola stres. Jangan sampai stres dan jenuh bisa membuat Mom marah tanpa sebab pada Si Kecil. Ada banyak cara sederhana untuk mengelola stres, contohnya melakukan hobi menyenangkan.

2. Merasa Tidak Bisa Mengurus Anak dengan Baik

Beberapa ibu juga bisa menjadi sangat pemarah karena merasa dirinya tidak bisa mengurus anak dengan baik. Namun, ia sungkan untuk meminta bantuan orang lain dalam mengurus anak.

Contohnya saat anak sedang tantrum, biasanya ibu akan berusaha menenangkan sang anak. Lalu, saat anak tidak mau tenang, ibu bukannya meminta bantuan orang lain tapi justru berteriak dan memarahi anak.

Baca Juga: Tak Perlu Marah, Mari Kenali Tantrum Agar bisa Menanganinya

3. Anak Melakukan Hal yang Salah Menurut Ibu

Alasan kenapa ibu sering marah pada anak yang paling umum yaitu karena anak melakukan hal yang salah menurut ibu. Seorang anak tentu saja masih sangat sering melakukan kesalahan atau hal-hal yang tidak disenangi orang tuanya.

Beberapa contoh kesalahan anak adalah tidak merapikan mainan, tidak mencuci tangan, dan lain sebagainya. Biasanya, seorang ibu akan selalu memarahi anaknya yang melakukan kesalahan. Apalagi jika kesalahan tersebut sudah terjadi berulang kali.

4. Tidak Mendapatkan Kebutuhan Pribadi

Menjadi seorang ibu memang bukan hal yang mudah untuk Mom lakukan. Ada kalanya, Mom harus mengesampingkan kebutuhan pribadi demi merawat dan menjaga keluarga. Sebut saja belum makan, kurang tidur, dan lain sebagainya.

Saat seorang ibu tidak mendapatkan kebutuhan pribadinya, maka biasanya ibu akan lebih mudah emosi atau marah. Karena anak yang paling sering bersama ibu, maka ibu akan memarahinya.

5. Anak Menjadi Pelampiasan

Sayangnya, alasan kenapa ibu sering marah pada anak tidak hanya didasari pada kesalahan anak. Terkadang, ibu akan marah pada anak meskipun sebenarnya ia marah karena hal lain.

Contohnya, Mom bertengkar dengan rekan kerja, keluarga, dan lain sebagainya. Bertengkar dengan orang lain membuat Mom menjadi sensitif sehingga melampiaskan kemarahannya pada anak.

Dampak Buruk Terlalu Sering Marah pada Anak

Sebagai orang tua, Mom tidak seharusnya melampiaskan rasa amarah pada anak. Pasalnya, seorang anak yang terlalu sering kena marah bisa berdampak buruk pada kehidupannya. Setelah mengetahui kenapa ibu sering marah pada anak, ketahui dampak buruknya berikut ini:

1. Anak Menjadi Selalu Merasa Rendah Diri

Dampak buruk pertama yaitu anak akan menjadi pribadi yang merasa rendah diri. Pada umumnya, anak yang sering terkena bentakan atau amarah akan merasa minder atau rendah diri.

Selain itu, anak akan merasa kurang percaya diri karena takut salah di mata ibunya. Sayangnya, kondisi ini bisa berlanjut sampai anak dewasa. Jadi, kehidupannya pun akan terganggu karena terlalu sering rendah diri.

2. Anak Memiliki Pribadi Pemberontak

Selain menyebabkan anak merasa rendah diri, ada juga anak yang menjadi pribadi pemberontak. Ketika terlalu sering terkena bentakan atau amarah, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang pemberontak.

Fakta tersebut bisa berdampak buruk juga pada orang tua. Pasalnya, anak yang pemberontak cenderung cuek pada orang tuanya. Bahkan, banyak yang justru melakukan hal-hal terlarang. Maka dari itu, orang sekitar juga harus bisa memahami kenapa ibu sering marah pada anak.

3. Anak Menjadi Temperamental

Orang tua adalah role model atau panutan bagi anak-anaknya. Saat menyadari ibunya sering marah-marah, maka ia pun bisa menjadi sama.

Takutnya, pola dan kebiasaan marah-marah ini akan terus berlanjut hingga keturunannya kelak. Saat mendapatkan perlakuan kasar dari orang tuanya, anak akan menyimpan memori tersebut dan bisa saja berlaku sama pada keturunannya nanti.

Pribadi yang temperamental juga memunculkan kepribadian buruk lain. Misalnya seperti berkata kasar atau berbuat sesukanya, tidak menghargai orang lain, sangat emosional, dan arogan.

4. Sulit Bergaul dan Bersosialisasi

Bersikap keras dengan memarahi anak mungkin membuat Mom merasa didengar atau dihargai. Akan tetapi, apa pun alasan kenapa ibu sering marah pada anak, dampak buruk yang mungkin timbul yaitu anak menjadi sulit bergaul dan bersosialisasi serta suka menutup diri.

Anak yang sering dimarahi biasanya akan menghindari hubungan sosial dan pertemanan. Ia takut akan dihina atau dicela oleh teman-temannya. Selain itu, rasa minder dan rendah diri juga memengaruhi pergaulan dan sosialisasinya.

5. Mengalami Depresi dan Gangguan Mental

Dampak buruk terakhir yang sangat berbahaya adalah anak bisa mengalami depresi dan gangguan mental. Apalagi keadaan mental setiap anak berbeda-beda. Jika anak memiliki mental yang buruk, maka ia bisa mengalami depresi. Pasalnya, anak merasa tidak berharga, kecewa, sedih, dan terluka.

Sudah Tahu Kenapa Ibu Sering Marah pada Anak?

Memarahi anak sebenarnya menjadi bentuk perhatian ibu pada anaknya. Tapi, Mom juga harus tahu bahwa apa pun alasan kenapa ibu sering marah pada anak juga ada batasnya. Jangan terlalu sering memarahi anak agar tidak berdampak buruk pada masa depannya.

Selain itu, ketika tahu alasan marah, Mom bisa menghindari emosi dengan cara menghindari penyebabnya. Seorang ibu membutuhkan dukungan dari keluarga, terutama suaminya. Jadi, suami berperan penting dalam membantu menghindari stres yang menyebabkan rasa ingin marah.