Pernahkah Mom mendengar apa itu self-harm? Self-harm adalah salah satu bentuk gangguan psikologis dengan menyakiti diri sendiri. Seorang pelaku self-harm umumnya mengalami rentetan kejadian yang menguras emosi dan pikiran mereka.

Self-harm dinilai sangat berbahaya karena dimungkinkan bisa mengancam jiwa pelaku. Pasalnya, pelaku seringkali melukai diri mereka secara tersembunyi dan merahasiakannya dari orang sekitar. Jika Mom ingin tahu lebih lanjut, temukan informasi lengkapnya di bawah ini!

Apa itu self-harm?

Melansir pernyataan seorang ahli psikolog di Gadjah Mada Medical Center, Nurul Kusuma H., M.Psi., self-harm adalah suatu bentuk gangguan psikologis individu dengan menyakiti diri sendiri. Ia menegaskan bahwa para pelaku self-harm dapat melakukan berbagai cara untuk melukai diri mereka.

Beberapa metode self-harm yang kerap kali dijumpai di antaranya memukul, membenturkan anggota tubuh, melukai dengan benda tajam (cutting), menjambak rambut, hingga mutilasi diri. Bahkan, ada juga beberapa pelaku self-harm yang melukai diri mereka dengan mengonsumsi obat-obatan secara berlebihan hingga overdosis.

Jika dilihat melalui kacamata psikologi, self-harm adalah sebuah gangguan yang bersifat NSSI (Non-Suicidal Self Injury). Itulah mengapa self-harm tidak bisa disamakan dengan upaya bunuh diri, Mom.

Meski tindak NSSI tidak termasuk dalam kategori diagnosa klinis seperti depresi, perlu ditegaskan bahwa para pelaku NSSI seperti self-harm sangat membutuhkan perhatian dari orang sekitar serta upaya penanganan secara hati-hati, tangkas dan cepat.

Oleh sebab itu, penting bagi setiap individu untuk mengetahui ciri pelaku self-harm agar bersama-sama saling menerapkan upaya pencegahan atas kemungkinan yang lebih buruk ke depannya.

Setelah mengetahui apa itu self-harm, Mom juga sebaiknya mengerti beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab para pelaku melukai diri mereka. Untuk itu, simak informasi di bawah ini!

Penyebab seseorang melakukan self-harm

Perilaku self-harm tentu memiliki rentetan penyebab yang menyerang kondisi emosional seseorang. Secara umum, para pelaku self-harm akan berusaha melukai diri mereka sebagai upaya untuk meluapkan dan melampiaskan sesuatu.

Penyebab utama seseorang melakukan self-harm adalah adanya guncangan emosional yang terjadi seperti rasa cemas, marah, sedih, kesepian atau putus asa, namun tak dapat mereka utarakan. Berikut penjelasannya.

1. Trauma secara psikologis

Kemungkinan penyebab seseorang melakukan self-harm adalah adanya trauma masa lalu yang menyerang kondisi psikologis mereka. Trauma tersebut dapat berupa tumpukan emosi akibat kehilangan seseorang hingga trauma akibat kekerasan fisik dan seksual.

Seseorang dengan rasa trauma secara psikologis akan cenderung merasa hampa serta mati rasa. Oleh karena itu, self-harm adalah suatu cara untuk mereka sadar bahwa dirinya masih bisa merasakan sakit seperti orang kebanyakan.

2. Memiliki masalah di lingkup sosial

Kondisi dan peran masyarakat sekitar ternyata juga mempunyai pengaruh besar lho, Mom. Pasalnya, salah satu penyebab paling sering dari self-harm adalah ketidakseimbangan posisi di lingkup sosial.

Kedudukan sosial yang tidak seimbang di lingkup keluarga, teman atau kerabat dekat ternyata dapat memicu rasa rendah diri atau merasa diabaikan sehingga meningkatkan keinginan untuk menyakiti diri sendiri.

Misalnya, kurangnya dukungan dari pihak-pihak yang pelaku anggap penting. Alhasil pelaku akan melakukan self-harm bahkan memamerkannya dengan bangga guna mencari perhatian dan dukungan yang mereka inginkan.

3. Adanya gangguan mental

Penyebab selanjutnya dari perilaku self-harm adalah gangguan mental dalam diri pelaku. Ragam gangguan mental yang mampu meningkatkan kemungkinan perilaku self-harm antara lain stres berlebih, depresi, obsesi berlebih terhadap sesuatu, bipolar, psikosis dan kompulsif.

Adanya gangguan mental dalam diri pelaku akan meningkatkan keinginan melukai diri sendiri sebagai bentuk pengekspresian mereka.

Baca juga: 7 Ciri Mental Breakdown, Penyebabnya Karena Stres Berlebihan!

Jenis self-harm yang perlu Anda ketahui

Setelah mengenali penyebabnya, Mom juga perlu tahu macam-macam self-harm agar tidak keliru saat menjumpai pelakunya di dunia nyata. Seperti gangguan psikologis lainnya, perilaku self-harm juga memiliki jenis tertentu berdasarkan tingkat keparahannya.

1. Superficial Self-Mutilation

Superficial Self-Mutilation adalah jenis self-harm paling ringan yang bisa dengan mudah dijumpai di sekitar Anda. Contoh perilaku self-harm dalam tahap ini antara lain menarik rambut, melukai kulit dengan benda tajam atau benda panas, dan sebagainya.

Meski belum termasuk dalam kategori berbahaya, jenis Superficial Self-Mutilation ini hendaknya menerima perawatan sesegera mungkin agar tidak berujung pada percobaan self-harm lain yang lebih membahayakan nyawa pelaku.

2. Stereotypic Self-Injury

Jenis selanjutnya dalam perilaku self-harm adalah Stereotypic Self-Injury. Dalam tahap ini, seorang pelaku self-harm telah berani melukai diri mereka dengan cara sama seperti sebelumnya namun dilakukan berulang dan terus-menerus.

Beberapa contoh perilaku self-harm jenis ini antara lain membenturkan kepala ke tembok atau memukul benda keras dengan tangannya sendiri secara berulang-ulang. Pelaku yang sering dijumpai pada jenis Stereotypic Self-Injury adalah pengidap autisme.

3. Major Self-Mutilation

Jenis terakhir dan paling ekstrem dalam perilaku self-harm adalah Major Self-Mutilation. Jenis ini tergolong paling parah sebab berkemungkinan besar mengancam jiwa pelaku. Hal-hal yang dilakukan untuk melukai dirinya sendiri juga dinilai sangat berbahaya.

Perilaku Major Self-Mutilation cenderung melukai diri dengan memotong anggota tubuh, merusak organ-organ penting seperti mata, hidung atau tenggorokan, hingga pada titik yang mampu membahayakan nyawa mereka.

Baca juga: Anda Merasa Insecure? Kenali Penyebab dan Cara Menghilangkannya

Ciri pelaku self-harm

Meski pelaku self-harm cenderung melukai diri secara diam-diam, Mom tetap bisa mengenali mereka dengan memperhatikan beberapa ciri pelaku self-harm berikut.

Adapun ciri fisik paling jelas dari pelaku self-harm adalah bekas luka tertentu di bagian tubuh seperti lengan, kaki, serta tubuh bagian depan. Pasalnya, para pelaku cenderung kesulitan menemukan cara menghilangkan bekas self-harm secara cepat.

Jadi, apabila Anda menjumpai seseorang dengan banyak bekas luka, memar, goresan benda tajam yang tampak disengaja dengan pola sama dan cenderung berulang, maka bisa dipastikan orang tersebut merupakan pelaku self-harm.

Selain ciri fisik, terdapat beberapa ciri lain yang dapat Mom jadikan acuan untuk mengidentifikasi seorang pelaku self-harm. Ciri tersebut bisa diamati melalui aktivitas mereka sehari-hari, seperti berikut.

  • Kerap menunjukkan rasa cemas atau kondisi emosional yang tak stabil
  • Terbiasa membawa benda tajam yang tak wajar
  • Selalu memakai busana serba panjang (kecuali wanita berhijab) bahkan dalam kondisi panas terik sekalipun
  • Menyukai kata-kata atau cerita dengan tema emosional dan mengacu pada depresi
  • Cenderung mengunggah postingan berbau keputus asaan mereka di media sosial

Bila Mom menemukan beberapa ciri tersebut pada orang yang Anda kenal, sebaiknya segera hubungi psikolog untuk meminta informasi lanjutan, ya.

Cara mengatasi self-harm

Para pelaku self-harm mungkin sempat bertanya-tanya, “Apakah self-harm dosa untuk dilakukan?” Mom, pada dasarnya seluruh agama tentu melarang perilaku melukai diri dengan sengaja. Namun, pemikiran tersebut sayangnya masih kurang untuk menghentikan perilaku ini.

Itulah sebabnya perlu dukungan lain guna mengatasi perilaku self-harm. Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana caranya, simak informasi berikut dengan seksama!

1. Mencari tahu penyebab utamanya

Sebelum berusaha mengatasi perilaku self-harm, seseorang sebaiknya tahu penyebab utama hingga mereka melukai dirinya. Pasalnya dengan mengetahui penyebabnya, nantinya upaya pencegahan pun akan lebih mudah.

2. Lebih mengekspresikan emosi negatif

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, penyebab self-harm adalah tumpukan emosi yang tak pernah diutarakan. Oleh sebab itu, guna mengatasi self-harm, seseorang perlu lebih mengutarakan perasaan mereka.

Jadi, jika memang Mom sedang sedih, maka katakan bahwa Anda sedih. Bahkan, tidak ada salahnya untuk menangis, marah dan melampiaskan emosi secara langsung daripada melukai diri sendiri.

3. Temukan aktivitas lain guna mengurangi stres

Apabila seseorang pernah merasakan gejala ingin melukai diri, maka segera cari aktivitas lain sebagai pengganti perilaku tersebut. Contohnya, jika Mom sedang sedih, putus asa atau marah, cobalah untuk hanya mencoret-coret kertas, bermain slime, meremas bola anti-stres, atau menggenggam es batu daripada melukai diri sendiri.

4. Melakukan terapi dan bimbingan konseling

Langkah terakhir jika dirasa perilaku self-harm kian memburuk adalah berkonsultasi dengan profesional di bidang tersebut. Pasalnya, salah satu hal yang dibutuhkan oleh pelaku self-harm adalah perhatian dan dukungan terhadap dirinya.

Oleh karena itu, melakukan terapi dan bimbingan konseling dapat memberi dampak positif dalam mencegah maupun mengobati perilaku self-harm. Dalam prakteknya, beberapa psikolog mungkin menyarankan terapi perilaku kognitif maupun psikoterapi.

Dengan menjalankan bimbingan konseling, pelaku self-harm juga akan memperoleh beberapa saran bermanfaat guna mengurangi gejala dan indikasi melukai diri.

Nah, itu tadi pengertian, penyebab, tanda, serta cara mengatasi self-harm dengan tepat. Jika Mom menjumpai pelaku self-harm di lingkungan sekitar, cobalah untuk bersikap tenang sembari menunjukkan kepedulian padanya. Namun, akan lebih baik jika Mom menghubungi profesional untuk meminta bantuan, ya.

Baca juga: Ini Tanda dan Cara Keluar dari Toxic Relationship