Memiliki hubungan yang sehat tentu saja merupakan dambaan semua orang. Faktanya, tidak sedikit individu yang terjebak dalam toxic relationship. Bagaimana cara menghindari dan keluar dari hubungan ‘beracun’ seperti ini?

Liz Reed, seorang pekerja sosial klinis, dan psikoterapis, spesialis dalam mengatasi kecemasan dan depresi, menjelaskan bahwa toxic relationship atau hubungan ‘beracun’ bisa terjadi dengan hubungan pernikahan, lingkaran pertemanan, bahkan dalam lingkungan keluarga besar antara orang tua dan anak.

“Orang yang melakukan hubungan toxic ini tidak bisa memberikan dukungan. Bahkan, mereka bisa terputus secara emosional. Mereka cenderung menginginkan hal-hal tertentu dari Anda. Kemudian, Anda akan menemukan diri menjadi seseorang yang tidak diinginkan saat berada di sekitar mereka,” kata Liz.

Sayangnya, kondisi ini sering kali tidak disadari, sampai pada suatu titik Anda mulai merasai depresi dan mulai menyadari hubungan ini tidak sehat lagi. Masalah tambah terasa kian rumit karena untuk memutuskan hubungan juga tidak mudah. Apalagi jika Anda telah berbagi ikatan dengan orang itu selama bertahun-tahun,” papar Liz seperti yang Ruangmom kutip dari laman Psychology Today.

Liz melanjutkan, umumnya orang-orang negatif ini mampu menemukan cara untuk mengendalikan Anda sampai pada tingkat tertentu. Ujungnya, kesehatan mental Anda akan terpengaruh.

Meskipun begitu, dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ adalah seorang Dokter Psikiater di Siloam Hospitals Bogor mengingatkan agar tidak mudah memberikan label toxic pada diri seseorang.

“Memang orang yang toxic ini perlu didefinisikan lebih dulu. Jangan sampai orang yang sedikit mengganggu, membuat diri kita tidak nyaman, lantas langsung diberikan label kalau dirinya toxic,” kata dr. Jiemi.

Umumnya toxic ini merupakan istilah orang yang manipulatif, dia yang melakukan kesalahan tapi menyalahkan orang lain, tidak mampu meminta maaf, sifatnya sangat egosentris, terang dr. Jiemi.

“Semuanya ada di dia sehingga bisa mengganggu orang lain, ataupun seseorang yang tidak memiliki empati,” tuturnya.

Beberapa tanda Anda berada dalam toxic relationship

Agar tidak mengganggu kesehatan mental, sebuah hubungan tentu saja perlu berjalan dengan sehat. Dikatakan dr. Jiemi Ardian, sebenarnya ada beberapa sinyal yang bisa dirasakan jika Anda mengalami toxic relationship.

Di dalam sebuah hubungan, kemudian kita jadi sering merasa salah, apa yang dilakukan oleh orang lain justru seperti menjadi tanggung jawab kita, ini sebenarnya sudah bisa menjadi tanya adanya toxic relationship.

“Kok gue lagi yang salah ya? Kenapa ini salah gue ya? Kenapa dia yang melakukan tapi kita yang harus bertanggung jawab?” katanya.

Kondisi ini kemudian bisa membuat diri kita merasa tidak layak, tidak pantas, self esteem terganggu, termasuk mulai merasa diri kita lebih rendah. Ini yang perlu diwaspadai.

Lalu apa yang perlu dilakukan agar terhindar dari hubungan toxic?

Dalam hal ini dr. Jiemi Ardian mengingatkan kalau ada beberapa prinsip atau konsep yang yang perlu diingat agar terhindar dari hubungan toxic.

1. Miliki self esteem yang baik

Menurut Coopersmith (1967) self esteem adalah evaluasi yang dibuat oleh individu dan biasanya berhubungan dengan penghargaan terhadap dirinya sendiri. Hal ini mengekspresikan suatu sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukan tingkat dimana individu itu meyakini diri sendiri mampu, penting, berhasil dan berharga.

Singkatnya, self esteem bisa diartikan sebagai harga diri. Nilai nilai personal seorang individu, terhadap dirinya sendiri. Dengan begitu self esteem ini merujuk pada cara Anda menghargai, mengapresiasi, dan menyukai diri sendiri.

Self esteem inilah berpengaruh kepada kesadaran toxic relationship. Jika self esteem sudah dimiliki, umumnya seseorang tidak akan mudah masuk ke toxic relationship. Jika pun akhirnya merasakannya, maka ia akan berusaha lepas karena ia sadar kalau hal itu gak sehat untuk dirinya.

2. Segera identifikasi hubungan Anda

Hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah segera menyadari bahwa Anda sedang berada dalam toxic relationship. Oleh karena itu, perlu kemampuan untuk mengidentifikasi perilaku toxic yang dilakukan oleh oleh orang lain, termasuk pasangan Anda.

Ciri-cirinya adalah:

  • Anda merasa sangat lelah dan mudah terkuras emosinya

  • Tidak dipedulikan saat bersama

  • Perilaku dimotivasi oleh rasa takut, marah, atau bersalah kepada pasangan

  • Kebutuhan dan perasaan diabaikan

  • Merasa serba salah, sering khawatir kalau sikap Anda akan membuat kecewa

  • Sering merasa digunakan, dieksploitasi, atau tidak dihargai

3. Jangan Berharap Orang Akan Berubah

Anda sedang berada di dalam toxic relationship? Entah dengan pasangan sendiri, orang tua, mertua, atau teman? dr. Jiemy Ardian mengatakan konsep yang paling penting untuk diingat, “Perilaku orang lain bukan tanggung jawab kamu. Kamu tidak akan bisa akan tidak bisa mengubah orang yang toxic, karena ia perlu melakukan refleksi,” tegas dr. Jiemy.

4. Menjaga jarak

Saat berada di dalam toxic relationship cara yang terbaik dan bisa dilakukan memang bukan dihadapi. Tetaplah menjadi jadi dirimu sendiri. Kemudian, pergilah. Kamu tidak akan baik-baik saja jika bertemu terus dengan orang yang toxic. Jadi, kita memang perlu menjaga diri dan menjaga jarak terhadap toxic people.

Baca juga: Ini 7 Pelajaran dari Drakor The World of The Married