Membina hubungan tentu berkaitan dengan komunikasi. Dengan komunikasi yang baik tentu dapat menjadi kunci sebuah hubungan terpelihara langgeng dan awet ya Mom.

Akan tetapi, komunikasi yang buruk dapat menjadi pemicu renggangnya hubungan. Pemilihan kata yang tidak baik dapat berakibat pada terjadinya kuatnya ikatan hubungan atau malah memicu perselisihan. Berikut beberapa kata terlarang yang sebaiknya dihindari dalam berkomunikasi dengan pasangan.

Jangan biasakan bilang: “Terserah.”

Ini jawaban yang mungkin sering terlontar saat kita enggan berpikir panjang. Namun hati-hati, karena makna kata ini bisa berarti lain bagi pendengarnya. Terserah dapat berarti acuh, tidak peduli, enggan menanggapi, atau tidak tertarik kepada si penanya.

Jika istri menanyakan pendapat kepada suami, berilah waktu sebentar untuk memerhatikan dan memberikan jawaban jujur. Berikan alasan masuk akal atas jawaban anda. Jangan sekalipun menjawab dengan kata terserah.

Kata terserah sangat dapat memicu perselisihan, apalagi jika diungkapkan dalam waktu dan kondisi mood yang kurang tepat. Oleh sebab itu, sebaiknya hindari menggunakan kata ini dalam menjalin komunikasi suatu hubungan.

Kata terlarang: “Bosan.”

Mungkin ini jadi jawaban spontan yang juga paling sering terlontar pada pasangan. Seperti juga kata terserah, kata bosan dapat berarti lain bagi pendengarnya.

Dalam pandangan umum kata bosan diartikan sebagai bentuk lain dari jenuh, atau suatu kondisi yang tidak menyenangkan. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata bosan berarti sudah tidak suka lagi karena sudah terlalu sering.

Nah, bayangkan jika kata ini terlontar saat pasangan menanyakan pendapat mereka? Alih-alih mendapatkan respon yang baik, bisa jadi mood pasangan akan bertambah buruk mendengar kata ini.

Untuk menyiasatinya, anda dapat memilih kata kurang berselera, kurang pas, atau padanan kata lainnya.

Kata terlarang: “Jangan terlalu boros.”

Ini biasanya terkait bidang finansial. Hal yang satu ini memang sangat sensitif dalam sebuah hubungan khususnya rumah tangga. Suami sebaiknya menghindari kalimat ini dalam konteks apapun saat berbicara pada istri.

Selain menimbulkan kesan berbeda bagi pendengarnya, pihak istri juga dapat menganggap suami kehilangan kepercayaan kepadanya dalam mengatur ekonomi keluarga. Jadi, kalimat ini akan lebih berpotensi menimbulkan konflik daripada menyampaikan pesan.

Merasa dihakimi juga dapat saja timbul dalam diri istri, sehingga akan muncul rasa bersalah, sehingga kondisi ini dapat memperburuk suatu hubungan. Sebagai solusi, cobalah untuk menggunakan kata secukupnya atau menghemat pengeluaran.

Suami juga dapat bersama-sama istri berdiskusi mengenai pos-pos pengeluaran yang dapat dievaluasi sehingga dapat mengetahui secara detail pengeluaran yang dihabiskan dalam keluarga.

Haram diucapkan: “Diet, dong.”

Dua kata yang bermakna tajam bagi istri. Kalimat ini dapat bermakna suami membandingkan istri dengan orang lain yang secara fisik lebih menarik. Bisa juga dianggap bentuk ketidaktertarikan suami pada istri. Alih-alih mendapat respon istri, kalimat ini dapat memicu rasa kesal dan berakhir komunikasi buntu.

Nah, jika tujuan anda mengingatkan istri tentang postur badan atau kondisi kesehatannya, sebaiknya memilih kalimat ungkapan lain. Misalnya, “Yuk, kita olahraga bareng untuk menjaga kesehatan.” Atau bisa juga, “Kita kurangi ngemil yuk, mulai banyak konsumsi buah.” Serta banyak kalimat lain yang lebih efektif diucapkan untuk memotivasi pasangan.

Kata terlarang yang harus dihindari: “Semua adalah kesalahanmu.”

Ya, saat dilanda emosi dan mood tidak baik, mungkin kalimat di atas pernah terlontar. Menyalahkan orang lain akan terasa lebih melegakan dan mudah dilakukan ketimbang mengambil tanggung jawab.

Tapi kalimat ini sebaiknya dihindari ya Mom, sebab akan memposisikan pasangan sebagai pihak yang bersalah menjadikan ini sebuah penghakiman yang tidak memihak.

Mom, akan membuat pasangan pun akan emosi ketika kalimat ini dilontarkan. Saran, sebaiknya saat emosi, tahan dan kuasai diri sebelum berbicara. Tarik nafas panjang atau cobalah mengambil waktu sendiri tanpa harus banyak bicara. Sebab, lebih baik lambat bicara daripada menimbulkan sakit hati dan kebencian pada diri pasangan, akibat salah ucap bukan?

Gantilah kalimat negatif di atas dengan, “Beri saya waktu untuk berpikir,” atau, “Saya akan introspeksi,” atau, “Ini bukan salah siapapun.” Selamat mencoba.

Baca juga: 3 Rambu Penting Dalam Pertengkaran Suami Istri