Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, pastinya setiap orang akan melalui fase pubertas, kemudian tumbuh sesuai usianya. Namun, kemunculan peter pan syndrome rupanya bisa menghambat perkembangan orang menuju dewasa.

Peter pan syndrome adalah sindrom yang terjadi ketika orang dewasa secara sosial, psikologis dan seksual tidak menunjukkan kematangan sesuai usianya. Umumnya, sindrom ini dialami oleh pria.

Pria pengidap Peter Pan Syndrome cenderung bersikap kekanak-kanakan. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, mereka tidak dapat memikul tanggung jawab sebagai orang dewasa.

Untuk mengetahui informasi selengkapnya tentang apa itu Peter Pan Syndrome, yuk cari tahu dalam ulasan berikut.

Download aplikasi ruangmom

Apa Itu Peter Pan Syndrome?

Dalam hidup, setiap individu mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis. Di setiap tahap perkembangannya, seseorang memiliki tantangan psikologis tertentu yang mana jika berhasil dilalui, ia bisa berkembang menjadi individu yang lebih sehat secara psikologis.

Namun, pernahkah Mom bertemu dengan seseorang yang cara berpikir dan perilakunya tidak sesuai dengan usianya yang sebenarnya?

Sebagai contoh, seseorang yang sudah di usia dewasa (di atas 25 tahun), tapi sulit untuk bertanggung jawab terhadap komitmen pekerjaannya, cenderung mengabaikan pekerjaannya jika dianggap sulit, atau mengalihkan tanggung jawabnya ke orang tuanya?

Dalam ilmu psikologi populer, orang yang berperilaku demikian bisa tergolong dalam individu yang memiliki Peter Pan Syndrome. Apakah Mom mengenal tokoh kartun Peter Pan?

Di film tersebut, diceritakan bahwa Peter Pan adalah seorang laki-laki yang menolak untuk tumbuh dewasa. Dari nama tokoh tersebut, muncullah nama sindrom peter pan.

Peter Pan Syndrome adalah konsep di mana individu yang sudah dewasa secara usia dan fisik, tapi tidak secara emosional (emotionally immature adult).

Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Dan Kiley dalam bukunya di tahun 1983 yang berjudul The Peter Pan Syndrome: Men Who Have Never Grown Up.

Saat ini, frasa tersebut sering digunakan dalam artikel-artikel psikolog populer untuk menjelaskan mengenai orang dewasa yang menolak untuk bertumbuh dewasa.

Meskipun demikian, Peter Pan Syndrome bukan diagnosis masalah kesehatan mental yang terdaftar dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), yaitu pedoman yang biasa digunakan oleh praktisi kesehatan mental (psikiater dan psikolog) dalam menangani masalah gangguan kesehatan mental.

Peter Pan Syndrome hanyalah sebutan populer untuk orang dewasa yang cara berpikir dan perilakunya tidak sesuai dengan usianya saat ini.

Nah sebenarnya, orang dengan sindrom Peter Pan terjebak dalam kondisi tidak ingin menjalani peran sebagai orang dewasa dan kebutuhannya sebagai anak yang dulu belum terpenuhi.

Baca juga: Gejala Post Power Syndrome & Cara Mengatasinya, Catat Yuk!

Ciri-Ciri Sindrom Peter Pan

Secara umum, Peter Pan Syndrome menggambarkan individu yang menolak tanggung jawabnya sebagai orang dewasa. Mereka pun mengalami kesulitan dalam menjalani interaksi sosial, baik pertemanan, hubungan romantis, maupun hubungan profesional di dunia kerja.

Adapun menurut Kiley, ciri-ciri sindrom Peter Pan adalah sebagai berikut:

1. Mengekspresikan emosi dengan cara yang tidak tepat. Sebagai contoh, mengekspresikan rasa marah dengan perilaku agresif yaitu dengan berteriak, melempar barang, tantrum seperti balita, tapi dilakukan oleh orang dewasa.

2. Menolak bertanggung jawab terhadap kesalahan atau perilakunya yang tidak tepat. Jika melakukan kesalahan, ia cenderung selalu merasa sebagai korban dan tidak mau merefleksikan hal-hal yang sudah dilakukan.

Ia menghindari tanggung jawab atas kesalahan yang sudah dilakukannya karena merasa dirinya selalu benar. Hal tersebut yang membuat orang dengan sindrom Peter Pan kesulitan untuk menjalin pertemanan, baik pertemanan kasual atau profesional.

3. Tidak memiliki target dalam hidup dan terkesan tidak mau berjuang dan berusaha. Ia cenderung menghindari komitmen dan tidak pernah memikirkan tujuan dalam hidupnya.

Ia ingin sukses, tapi tidak mau berjuang untuk mencapainya karena ada perasaan akan sia-sia jika dirinya pun sudah berusaha.

4. Kesulitan dalam menjalani interaksi sosial. Dalam menjalin hubungan romantis, ia memiliki ekspektasi bahwa pasangannya berperan sebagai ibu yang mengurus dan mengasihinya.

Jika hal itu tidak terpenuhi, ia merasa kecewa dan akan mengekspresikannya dengan cara yang tidak tepat, seperti berkata dan berperilaku kasar.

Selain itu, ketika berinteraksi dengan figur laki-laki yang memiliki otoritas di atasnya, ia pun kesulitan untuk menyesuaikan perilakunya di konteks tersebut. Hal-hal tersebut kerap membuatnya merasa kesepian.

Penyebab Peter Pan Syndrome

Adanya perilaku kekanak-kanakan pada laki-laki dewasa bisa berakar dari kehidupan di masa kecilnya dan mulai menunjukkan tanda-tanda perilaku yang tidak sesuai usianya di masa remaja.

Menurut Kiley, beberapa penyebab Peter Pan Syndrome adalah sebagai berikut:

  • Tidak ada kehangatan dalam keluarga. Sebagai contoh, ketika anak mengalami sedang mengalami emosi yang tidak nyaman, seperti sedih atau takut, orang tua cenderung mengabaikan dan tidak mencoba untuk menenangkan.Hawa di rumah cenderung dingin dan minim interaksi yang bersifat bersenang-senang antar anggota keluarga.
  • Memiliki orang tua yang terlalu protektif. Anak cenderung dilarang untuk bereksplorasi dan hanya diminta untuk menuruti arahan dari orang tua. Selain itu, jika anak melakukan kesalahan, orang tua memilih untuk membelanya dan membantu menyelesaikan permasalahan anak.
  • Tidak ada aturan dan batasan yang perlu diikuti di rumah. Anak dibebaskan semaunya selama tidak merepotkan dan menyulitkan orang tua.

Cara Menolong Penderita Peter Pan Syndrome

Meski bukan diagnosis formal dari masalah kesehatan mental, individu dengan Peter Pan Syndrome adalah individu yang membutuhkah penanganan tertentu agar bisa menjalani peran sebagai orang dewasa dengan sehat mental, tidak membahayakan diri sendiri, dan merugikan orang-orang dewasa lain di sekitarnya.

Pencegahan sindrom Peter Pan sebenarnya dimulai dari penerapan pola asuh anak yang tepat. Di antaranya yaitu dengan tidak terlalu memanjakan anak sembari mengajarkannya tentang konsep menjadi orang dewasa.

Pasalnya, jika seseorang terus menerus diperlakukan seperti anak kecil, mungkin akan sulit bagi mereka untuk tumbuh dewasa.

Nah, demikian informasi singkat seputar apa itu Peter Pan Syndrome. Kenali gejala sindrom ini dan cegahlah sejak dini dengan menerapkan pengasuhan yang tepat bagi anak ya, Mom.

Untuk penanganan profesional, Mom bisa melakukan konsultasi dengan psikiater atau psikolog terpercaya.

Sumber: SAGE Journals, Wiley Online Library, PsychCentral, Psychology Today

Ditulis oleh: Yasmine N. Edwina, M.Psi., Psikolog

Baca juga: Apa Itu Playing Victim? Ini Arti, Ciri dan Cara Menghadapinya