Apakah Mom pernah mendengar kata playing victim? Mungkin Mom sudah tidak asing lagi dengan istilah satu ini, ya. Playing victim adalah istilah untuk perilaku seseorang yang selalu menyalahkan orang lain dan merasa dirinya adalah korban.
Pasalnya, meski terlihat paling menderita, pada beberapa kasus justru pelaku playing victim lah yang merupakan penyebab terjadinya suatu masalah. Karena bisa merugikan lingkungan sekitarnya, banyak orang menghindari pelaku playing victim.
Agar tidak terjebak dengan para pelaku playing victim, yuk pahami arti, penyebab, ciri, dan cara menghadapinya, Mom.
Apa itu playing victim?
Pengertian playing victim adalah istilah untuk perilaku seseorang yang melemparkan kesalahan pada orang lain. Padahal dalam beberapa kasus, masalah tersebut terjadi karena dirinya sendiri. Tiap muncul masalah, pelaku playing victim membuat seakan-akan mereka adalah korban dan yakin kalau orang lain lah penyebabnya.
Mengutip perkataan Vicki Botnick, seorang terapis keluarga dan pernikahan dari California, seseorang melakukan playing victim atau victim mentality sebab percaya jika orang lain selalu membuat mereka sengsara dan mereka tidak memiliki kekuatan untuk mengubah situasi tersebut.
Playing victim dalam psikologi termasuk salah satu perilaku tidak sehat atau toxic behaviour sehingga dapat berdampak buruk bagi pelaku maupun orang-orang di sekitarnya, Mom.
Maka bisa disimpulkan playing victim artinya perilaku seseorang untuk menghindari kesalahan dengan melemparkannya pada orang lain dan menganggap dirinya adalah korban.
Penyebab playing victim
Setelah mengetahui apa itu playing victim, ada baiknya Mom memahami penyebab seseorang memiliki sifat ini.
1. Pengalaman dikecewakan
Rasa kecewa akibat pengkhianatan dari orang lain secara terus menerus dapat membuat seseorang memiliki perilaku playing victim lho, Mom. Seseorang yang terlalu sering kecewa percaya jika mereka tidak memiliki kuasa penuh atas dirinya sehingga akan mulai menyalahkan orang lain apabila terjadi masalah.
2. Trauma masa kecil
Playing victim adalah perilaku yang dapat timbul sebagai bentuk pertahanan diri akibat trauma masa kecil.
Ketika kecil seseorang belum bisa mengambil keputusan dengan benar sehingga tak jarang anak melakukan kesalahan yang membuat mereka trauma. Rasa takut ini kemudian terbawa hingga dewasa. Untuk menghindarinya, mereka pun mulai menyalahkan orang lain.
3. Kepribadian manipulatif dan narsistik
Playing victim dalam psikologi juga dapat disebabkan karena seseorang memiliki kepribadian manipulatif dan narsistik, Mom.
Kepribadian manipulatif membuat seseorang mampu menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Pada kasus playing victim, seorang manipulator umumnya menginginkan rasa iba atau perhatian dari orang lain.
Serupa dengan kepribadian manipulatif, seorang narsistik melakukan playing victim karena ia merasa jika dirinya adalah orang penting dan layak mendapatkan perhatian dari semua orang.
4. Ketergantungan pada orang lain
Penyebab lain munculnya perilaku playing victim adalah karena rasa bergantung yang besar pada orang lain. Mengapa demikian?
Jika seseorang selalu menggantungkan hidupnya pada orang lain, ia mulai tidak bisa membedakan antara keinginan sendiri dan pasangannya. Akibatnya, mereka akan merasa marah jika orang lain berhasil, sedangkan keinginannya tidak terpenuhi.
5. Kecenderungan merusak diri sendiri
Playing victim adalah gambaran dari kecenderungan seseorang yang merusak diri sendiri. Meski pembahasan tentang self-love semakin banyak dibicarakan, nyatanya tidak semua orang bisa menghargai dirinya sendiri lho, Mom.
Kata-kata buruk tentang diri sendiri yang muncul di kepala tak jarang membuat seseorang merasa lemah, sehingga mereka mulai menyalahkan orang lain.
Baca juga: Apa itu Gaslighting Dalam Hubungan dan Contoh Perilakunya
Ciri-ciri playing victim dalam hubungan
Tahukah Mom, playing victim adalah perilaku yang bisa terjadi dalam hubungan juga, lho. Nah, agar terhindar darinya, yuk ikuti pembahasan tentang ciri-ciri playing victim dalam hubungan yang sudah dirangkum Ruangmom berikut!
1. Selalu menyalahkan orang lain
Ciri utama pelaku playing victim adalah selalu menyalahkan orang lain. Di mata mereka, masalah terjadi karena orang lain dapat bebas melakukan segala hal, sedangkan ia hanya bisa diam dan menurut. Hal ini dilakukan agar namanya selalu bersih dan mereka tidak ingin dikenal sebagai pembuat kesalahan.
2. Menghindar dari tanggung jawab
Ciri playing victim lainnya adalah selalu menghindari tanggung jawab. Saat dihadapkan pada suatu masalah, mereka akan memberikan berbagai alasan atau menyalahkan orang lain agar mereka tidak perlu bertanggung jawab untuk memperbaiki situasi.
3. Tingkat percaya diri rendah
Banyak pelaku playing victim adalah mereka yang memiliki rasa percaya diri rendah. Hal ini membuat seseorang selalu berpikir dirinya ialah korban karena tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan hal-hal yang mereka inginkan.
4. Hanya memikirkan masalah bukan solusi
Pelaku playing victim dapat dilihat dari kebiasaannya yang selalu berputar-putar pada masalah. Nyatanya, masalah pasti terjadi sehingga kebanyakan orang akan berusaha mencari jalan keluarnya, bukan begitu, Mom?
Namun para pelaku playing victim menganggap masalah adalah jalan buntu. Alih-alih meminta bantuan dan mencari solusi, mereka justru menghabiskan waktu untuk mengasihani diri sendiri.
5. Perasaan dendam, frustasi dan marah
Penyebab umum dari perilaku playing victim adalah tidak dikelolanya emosi negatif seperti dendam, frustasi dan marah dengan baik.
Jika emosi-emosi ini terus menguasai pikiran, seseorang akan menganggap seluruh hal yang terjadi pada dirinya sebagai bencana. Mereka juga akan merasa tersakiti bila orang lain bahagia. Oleh karena itu, mereka ingin orang lain pun merasakan kesedihan.
Baca juga: Ini Tanda dan Cara Keluar dari Toxic Relationship
Cara menghadapi pelaku playing victim
Lantas, apa yang harus Mom lakukan jika bertemu dengan pelakunya? Jangan khawatir Mom, berikut beberapa tips cara menghadapi orang yang playing victim.
1. Usahakan selalu tenang
Pelaku menyukai rasa simpati dan perhatian dari ruang lain. Oleh karena itu, cara menghadapi orang yang playing victim adalah dengan tetap tenang.
Emosi berlebihan saat menghadapi perilakunya justru membuat mereka ingin terus berdebat dengan Anda. Maka gunakan kata-kata singkat dan ekspresi datar saat dihadapkan pada pelaku playing victim ya, Mom.
2. Pahami alasannya
Cara menghadapi orang yang playing victim selanjutnya adalah memahami alasan di baliknya. Dengan mengetahui alasan seseorang melakukan hal tersebut, Anda dapat menawarkan mereka bantuan agar tidak lagi terjebak dalam perilaku toxic ini.
3. Menawarkan solusi
Meski seseorang tidak bisa berhenti melakukan playing victim tanpa keinginannya sendiri, tidak ada salahnya Mom menawarkan bantuan, bukan?
Cara menghadapi orang yang playing victim adalah menawarkan solusi sesuai keadaan mereka. Bantuan ini tidak harus berupa teguran atau bentakan yang langsung membuat mereka berhenti.
Akan tetapi hal sederhana seperti mencoba memahami keadaan, memvalidasi perasaannya, dan bertanya keinginan mereka jika suatu saat bisa berubah, sudah cukup membantu.
4. Membuat batas kedekatan dengan pelaku
Berhadapan dengan sifat playing victim memang menguras emosi dan tenaga, oleh karena itu membatasi kedekatan dapat menjadi salah satu cara menghadapi orang yang playing victim.
Membatasi kedekatan bukan berarti bermusuhan ya, Mom. Anda hanya perlu mengurangi waktu bersama atau menghindari pembahasan jika mereka mulai menyudutkan Anda.
5. Memberitahu langsung jika tindakannya berdampak negatif
Anda mungkin tidak ingin menyakiti perasaan pelaku playing victim, apalagi jika mereka termasuk orang terdekat. Namun cara menghadapi orang yang playing victim terbaik adalah dengan langsung memberitahu bahwa tindakannya berdampak negatif.
Meski mereka akan membela diri dengan berbagai alasan, langkah ini penting Mom lakukan karena bisa membuat mereka sadar dan mulai introspeksi diri.
Itulah ulasan mengenai apa itu playing victim beserta penyebab, ciri, dan cara menghadapinya. Saat bertemu dengan pelaku playing victim usahakan untuk tetap tenang, ya Mom.