Jika bayi secara fisik sehat, namun kerap menangis dalam waktu yang lama–biasanya sore menjelang malam–ada kemungkinan dia mengalami kolik.

Kolik pada bayi secara umum terjadi saat perut bayi mengalami kembung. Kondisi tersebut tentu saja membuat si bayi merasa tidak nyaman sehingga menangis. Walau demikian, kolik masih dianggap wajar dan kerap terjadi hingga beberapa minggu usai kelahiran.

Penyebab pasti terjadinya kolik belum diketahui. Namun diduga kuat akibat terjadinya gangguan pada saluran pencernaan, usus bayi yang sensitif pada satu jenis protein tertentu, atau kekenyangan.

Kolik kadang dikaitkan dengan kondisi lahir prematur dan saraf bayi yang belum berkembang sempurna.

Ciri-ciri umum

Mom, bayi yang menangis lebih dari tiga jam sehari selama tiga kali dalam sepekan patut dicurigai menderita kolik. Ciri lainnya adalah ia menangis dengan tangan terkepal, lutut ditarik ke arah perut, wajah memerah, dan melengkungkan punggung.

Pada umumnya kolik akan membaik sendiri seiring bertambahnya usia pada bayi. Akan tetapi, jika terlihat beberapa tanda seperti di bawah ini, sebaiknya Mom segera memeriksakan si buah hati ke dokter:

  • Muntah cairan kehijauan,

  • Terdapat lendir atau darah dalam tinja,

  • Suara tangisan bernada tinggi dan terus menerus,

  • Saat diangkat badan terkulai,

  • Diare panjang,

  • Nafsu makan turun,

  • Kejang,

  • Beberapa bagian kulit membiru, dan

  • Disertai demam 38 derajat Celcius atau lebih.

Mencegah kolik

Untuk mencegah terjadinya kolik, Mom dapat melakukan beberapa cara seperti mengganti dot susu bayi secara berkala. Lubang dot yang terlalu kecil juga dapat membuat bayi menelan lebih banyak udara daripada cairan.

Mom yang menyusui, hindari konsumsi teh, kopi dan makanan pedas. Setelah memberikan ASI, Mom dapat menepuk-nepuk punggung bayi secara lembut untuk membuatnya bersendawa.

Baca juga: Semua Hal yang Perlu Mom Tahu tentang Sindrom Baby Blues

Penanganan kolik

Saat Mom menduga bayi mengalami kolik, ada langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada bayi. Cara pertama adalah coba menghentikan pemberian air susu ibu (ASI) kepadanya. Bila gejala kolik berkurang, ada kemungkinan penyebab kolik adalah si bayi alergi terhadap makanan yang dikonsumsi oleh Mom dan masuk ke tubuh bayi melalui ASI.

Atau, cara lain yang umum dilakukan dengan menghentikan konsumsi susu sapi pada bayi. Kolik dikaitkan juga dengan intoleransi protein yang terkandung dalam produk susu sapi atau susu lain. Mom dapat beralih memberikan susu dengan label hipoalergenik dengan kadar protein rendah.

Susu kedelai tidak direkomendasikan untuk bayi di bawah usia 6 bulan karena mengandung sejenis hormon yang dapat memengaruhi perkembangan organ seksual dan fisik di masa datang.

Mom juga dapat memberikan penanganan kolik pada bayi jika dirasa perlu. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membuat bayi tenang adalah:

  • Mengusap dan memijat area perut bayi dengan lembut, menggunakan minyak telon,

  • Mencampurkan minyak peppermint ke baby oil dan mengusapnya di area perut bayi.

  • Mengompres area perut bayi dengan handuk hangat.

  • Menggendong bayi sambil mengusap lembut punggungnya.

  • Memandikan dengan air hangat.

  • Jangan mengguncang badan bayi saat sedang menangis.

  • Bawa dan tempatkan bayi di kamar yang sejuk, kondisi cahaya yang temaram dapat membuat mereka lebih tenang.

Minta pertolongan dokter

Saat semua telah dilakukan dan gejala kolik tidak mereda, Mom dapat segera ke dokter. Biasanya akan diberikan semacam obat tetes yang dapat ditambah pada susu bayi atau ASI yang diberikan di dalam botol.

Obat tetes ini berfungsi melepaskan gelembung udara dalam saluran cerna bayi sehingga diharapkan dapat meringankan gejala kolik. Meski obat tetes ini dinyatakan aman untuk bayi, penggunaannya harus tetap melalui resep dan rekomendasi dokter anak.