Disentri merupakan infeksi yang terjadi pada saluran pencernaan dan bisa menyebabkan diare berdarah disertai dengan lendir pada fesesnya. Selain itu, penderita akan merasakan nyeri ketika buang air besar.

Perlu Anda ketahui, bahwa terdapat dua penyebab utama terjadinya dysentery. Pertama adalah infeksi akibat bakteri shigella atau bakteri basiler dan kedua adalah adanya infeksi akibat parasit entamoeba histolytica. Mari simak lebih lanjut lewat artikel berikut!

Kalkulator Dana Darurat

Apa Itu Disentri?

Di Indonesia, disentri banyak dikenal dengan istilah mejan. Dysentery sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni dys yang artinya gangguan dan enteron yang artinya usus. Jadi, mejan ini merupakan peradangan usus yang menimbulkan gejalanya meluas, salah satunya adalah tinja yang berlendir dan bercampur dengan darah.

Penyakit ini bersifat menular dan bisa sangat berbahaya jika tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat. Dysentery yang berkelanjutan bisa mengakibatkan komplikasi yang berat. Seperti dehidrasi parah, kerusakan usus, hingga penyakit ginjal.

Oleh karena itu, penderitanya harus segera mendapatkan penanganan yang tepat dan sesegera mungkin. Tidak hanya fokus pada penanganannya saja, namun langkah pencegahan juga penting untuk Mom ketahui. Salah satunya adalah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS.

Penyebab Disentri

Disentri disebabkan oleh adanya infeksi. Jika dilihat dari penyebabnya, penyakit dysentery dapat terbagi menjadi dua, yakni:

  • Dysentery bakteri yang disebabkan oleh adanya infeksi bakteri. Contoh infeksi bakterinya adalah shigella sonnei, shigella boydii, dan shigella dysenteriae.
  • Sementara itu, dysentery amuba disebabkan oleh adanya infeksi parasit amuba. Salah satu contohnya adalah entamoeba histolytica.

Umumnya, dysentery terjadi pada lingkungan dengan sanitasi buruk. Salah satu contohnya adalah daerah yang kekurangan air bersih atau area dengan sistem pembuangan limbah rumah tangga yang tidak layak. Infeksi ini bisa menyebar melalui tangan, makanan, maupun air yang sudah terkontaminasi.

Gejala Disentri

Agar lebih paham dan bisa mengantisipasi terjadinya mejan pada anak, maka Mom perlu mengetahui apa saja gejalanya. Gejala penyakit ini ini bisa muncul 1 sampai 3 hari setelah anak terinfeksi.

Pada beberapa orang, gejalanya akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terlihat. Hanya saja, ada yang tidak memiliki gejala sama sekali. Setiap jenis penyakit dysentery ini memiliki gejala yang sedikit berbeda. Nah, berikut ini adalah gejala pada dysentery basiler yang perlu Anda ketahui:

  • Diare berdarah.
  • Demam.
  • Nyeri perut, terutama menjelang buang air besar.
  • Mual.
  • Muntah.

Sementara itu, dysentery amuba biasanya tidak menimbulkan gejala apapun. Namun, pada beberapa kasus, gejalanya bisa muncul pada minggu ke 2 sampai minggu ke 4 setelah terinfeksi. Nah, berikut adalah gejala-gejala yang perlu Anda perhatikan pada dysentery amuba:

  • Mual.
  • Diare.
  • Kram perut.
  • Penurunan berat badan.
  • Demam.

Cara Mengatasi Disentri

Pencegahan disentri bisa Anda lakukan dengan cara yang sangat sederhana. Salah satunya adalah melalui kebersihan diri dan lingkungan sekitar. Agar lebih jelas, berikut adalah daftar bagaimana cara mengantisipasi penyakit dysentery yang sering menyerang bayi dan anak-anak:

1. Jaga Kebersihan Diri

Kebersihan diri bisa Anda mulai dari rajin mencuci tangan. Sebab, kuman yang terdapat pada tangan yang sudah menjamah ke berbagai tempat bisa Anda cegah melalui rajin mencuci tangan menggunakan sabun. Karena itu, Mom juga bisa mengajarkan si kecil agar lebih rajin untuk cuci tangan.

2. Penuhi Asupan Cairan Tubuh

Anak yang terkena penyakit dysentery bisa mengalami dehidrasi. Terlebih jika hal tersebut tidak Mom imbangi dengan memberikan asupan cairan yang cukup. Dehidrasi ini bisa terjadi karena banyaknya cairan yang keluar melalui diare tersebut.

Jadi, anak yang sedang mengalami disentri ini sebaiknya harus mendapatkan asupan minuman yang cukup. Terutama apabila anak tersebut mengalami demam. Infus biasanya akan diberikan kepada anak yang mengalami dehidrasi berat, bahkan sulit mendapatkan asupan makanan akibat hilangnya nafsu makan.

Selama anak Mom masih mau makan dan minum dalam jumlah yang cukup, maka Anda tidak perlu membawanya ke dokter atau rumah sakit untuk mendapatkan infus.

3. Berikan Makanan Kaya Energi dan Zat Gizi Tinggi

Memberikan makan kepada anak yang sedang mengalami dysentery ini cukuplah sulit. Karena seperti yang Anda ketahui bahwa, penyakit ini akan membuat anak kehilangan nafsu makannya.

Namun, sebaiknya tetap berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering. Upayakan agar anak mau makan walau sedikit. Pilih makanan yang kaya akan energi dan zat gizi tinggi. Berikan juga satu kali makanan tambahan setiap harinya dengan menu yang berbeda-beda. Terutama setelah diarenya berhenti.

4. Berikan ASI Eksklusif

Jika bayi Mom yang sedang mengalami penyakit satu ini. Maka, sangat dianjurkan untuk Anda memberikan ASI secara eksklusif hingga bayi sembuh.

Pengobatan Penyakit Disentri

Dalam penanganan penyakit ini, pemberian antibiotik mungkin tidak perlu jika gejalanya masih ringan. Namun, jika gejalanya bersifat sedang hingga berat, maka pemberian antibiotik akan sangat Anda butuhkan. Namun, tetap harus sesuai dengan bakteri yang menjadi penyebabnya.

Selain itu, Anda bisa juga menambahkannya dengan obat-obatan lain untuk mengurangi gejala diarenya tersebut. Hal yang perlu Anda catat adalah hindari pemberian obat diare yang bersifat antimotilitas atau menurunkan pergerakan usus.

Sebab, hal ini malah bisa memperparah gejala yang ada. Jika memang sudah muncul tanda dehidrasi pada penderita penyakit dysentery, maka Anda bisa memberikan asupan cairan lebih banyak, contohnya adalah oralit atau infus.

Baca Juga: Sindrom Edward: Penyebab, Diagnosa, dan Jenisnya

Jangan Sampai Mom Menyepelekan Penyakit Disentri!

Itulah beberapa hal yang perlu Mom ketahui mengenai penyakit disentri. Mulai dari definisinya, penyebab, gejala-gejala yang muncul, cara mengatasi, hingga pengobatan apa saja yang bisa mengatasinya. Sekarang Mom bisa bersikap lebih waspada agar si kecil tidak terkena penyakit ini!