(Foto anak sedang bermain, sumber: Unsplash)

Hiperaktif adalah salah satu perilaku yang dimiliki anak dengan gangguan Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD). Anak dengan ADHD akan menunjukkan ketidakmampuan untuk mengontrol perilakunya sendiri, sehingga aktivitas melebihi rata-rata anak pada umumnya.

Biasanya anak yang hiperaktif susah untuk fokus, cenderung beraktivitas fisik yang berlebihan dan bereaksi cepat tanpa pikir panjang. Kondisi ini pada umumnya ditandai dengan perasa anak yang mudah gelisah, emosi meletup-letup, tidak bisa duduk tenang dan banyak berbicara.

Ironisnya, terkadang anak hiperaktif dianggap wajar dan tidak perlu ditangani secara khusus. Padahal jika tidak dilakukan terapi anak hiperaktif, perilakunya dapat merugikan anak sendiri bahkan orang lain. ADHD sudah bisa dikenali sejak dini, bahkan sejak bayi. Apa saja ciri bayi hiperaktif? Bagaimana terapi anak hiperaktif serta makanan untuk anak hiperaktif? Berikut penjelasan lengkapnya:

Penyebab ADHD

Para ilmuwan masih mencari tahu penyebab kemunculan ADHD pada anak. Sejauh ini, faktor genetik disebut menjadi penyebab utama anak memiliki ADHD.

Selain faktor keturunan, beberapa faktor lain juga memengaruhi penyebab anak ADHD, di antaranya seperti:

  • Paparan lingkungan yang tidak sehat saat dalam kandungan atau ketika baru lahir

  • Konsumsi alkohol dan tembakau saat kehamilan

  • Cedera otak

  • Kelahiran prematur

  • Berat badan lahir yang terlalu rendah.

Ciri-ciri Anak Hiperaktif

ADHD pada anak sebenarnya bisa dilihat dari perilakunya di usia 3 dan 4 tahun. Anak yang sangat berenergi dan sulit diminta untuk duduk tenang bisa jadi salah satu ciri-ciri anak hiperaktif.

Tapi tidak semua anak yang sulit diminta duduk tenang berarti mengidap ADHD ya, Mom. Sebab, jika anak masih bisa mengontrol emosinya, memperhatikan ketika diajak berbicara dan merespons baik dari setiap komunikasi, maka ia hanya tergolong sebagai anak yang aktif.

Tanda-tanda anak mengidap ADHD juga bisa dilihat sejak bayi, meski tetap perlu diperkuat dengan diagnosa dokter. Beberapa di antaranya seperti:

1. Sering menangis karena kolik

Bayi dengan ADHD cenderung sulit dikendalikan, sering menangis karena kolik. Ketika menangis, bayi tampak berlebihan sehingga tidak mudah ditenangkan.

Bayi yang hiperaktif ini membutuhkan lebih banyak perhatian dan perawatan dibandingkan bayi pada umumnya.

2. Kegelisahan yang eskrim

Sejumlah masalah muncul, misal bayi tidak bisa tidur lelap, pola tidur buruk. Bayi pun mengalami kegelisahan yang menyebabkan sulit makan dan rewel tanpa alasan.

3. Mengamuk

Sering mengamuk tanpa sebab, juga menjadi tanda bayi mengalami ADHD dan perlu ditangani sejak dini oleh orang tua.

Terapi anak hiperaktif

Apakah anak hiperaktif bisa sembuh? Sejauh ini belum ada obat yang tepat untuk bisa menyembuhkan perilaku ini.

Meski ADHD tidak dapat disembuhkan, tetapi bila terdiagnosa secara dini dan mendapatkan penanganan yang tepat maka anak akan dapat terlatih untuk mampu beradaptasi dengan kondisinya. Sehingga anak tetap bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan normal.

Untuk menanganinya, memang ada terapi anak hiperaktif dengan pengobatan yang umumnya dilakukan. Obat yang biasanya diberikan untuk anak ADHD adalah methylphenidate. Obat ini mampu menyeimbangkan senyawa kimia pada otak sehingga dapat meredakan gejala anak hiperaktif.

Meski obat ini tergolong aman dikonsumsi anak-anak, tetapi dokter akan melakukan pemantauan untuk melihat efek samping dari obat ini. Efek samping yang bisa timbul adalah gangguan jantung.

Terapi anak hiperaktif dengan metode lain yaitu melalui psikoterapi. Selain obat, anak yang menderita ADHD akan mendapatkan psikoterapi. Tujuannya selain mengatasi ADHD, terapi ini juga mengatasi gangguan mental yang menyertai. Seperti anak mengalami depresi.

Ada beberapa jenis psikoterapi yang dapat dipilih, yaitu:

1. Terapi anak hiperaktif dengan perilaku kognitif

Terapi ini diberikan untuk mengubah pola pikir dan perilaku anak penderita ADHD dalam menghadapi masalah atau situasi tertentu.

Bahkan menurut Journal of Clinical Child & Adolescent Psychology kondisi anak akan lebih baik jika terapi awal yang dilakukan dan diterima oleh anak adalah terapi perilaku.

Menurut salah satu penelitinya, William E Pelham dari Florida International University, pada terapi ini di anak akan mengenal sistem imbalan dan konsekuensi.

Peran aktif orang tua juga dibutuhkan untuk terapi anak hiperaktif ini. Mom dan Dad bisa memberikan imbalan atau pujian ketika anak berhasil memperhatikan atau mengontrol emosinya. Terapi perilaku juga mengajarkan anak untuk menahan keinginan memuat suara aneh dan berlaku seperti bayi.

2. Terapi anak hiperaktif dengan psikoedukasi

Pada terapi ini penderita ADHD akan diajak untuk berbagi cerita. Dari terapi ini, diharapkan anak dapat menemukan cara yang paling sesuai bagi mereka untuk mengatasi gejala ADHD.

3. Terapi anak hiperaktif dengan interaksi sosial

Terapi ini mengajarkan anak untuk melakukan hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya. Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mendampingi anak saat berada di lingkungan luar.

Saat mendampingi, orang tua bisa mengenalkan, mengajarkan, hingga mengendalikan anak ketika bertemu dengan orang lain. Adanya pendampingan maka akan mempermudah anak autis dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan sekitarnya.

4. Pola hidup sehat

Selain memberikan terapi anak hiperaktif, untuk membantu mengendalikan gejala-gejala ADHD, Mom juga dapat menerapkan pola hidup sehat, sebagai berikut:

  • Mengonsumsi makanan sehat dan bernutrisi.

  • Memastikan untuk anak cukup tidur dan istirahat.

  • Memberikan batasan anak menonton televisi atau bermain gawai.

  • Mengajak anak beraktivitas fisik setiap hari minimal 60 menit.

Makanan untuk anak hiperaktif

Kandungan nutrisi pada makanan yang dikonsumsi bisa memengaruhi mood anak. Misalnya saja coklat yang memberikan efek menenangkan dan bahagia.

Oleh karenanya, penting untuk mengontrol makanan untuk anak hiperaktif.

Anak dengan ADHD tidak disarankan untuk mengonsumsi makanan dengan kandungan gula yang rendah dan juga tinggi. Mengapa demikian ya, Mom? Tingkat gula darah yang rendah bisa membuat anak menjadi lambat dan mudah bingung.

Sebaliknya, ketika kandungan gula yang dikonsumsi terlalu tinggi, anak menjadi semakin mudah untuk marah, gelisah, cemas, dan tidak bisa dikendalikan.

Produk susu sapi yang mengandung kasein A1 juga tidak disarankan karena bisa memicu reaksi negatif pada anak ADHD. Alternatifnya, anak bisa mengonsumsi susu kambing atau domba sebagai sumber protein pengganti.

Baca juga: Ketahui cara menghadapi anak yang memiliki emosi meledak-ledak dan hobi berteriak-teriak.

Makanan tinggi gluten seperti tepung juga tidak disarankan karena bisa memperburuk gejala ADHD pada anak.

Lalu, apa makanan untuk anak hiperaktif yang disarankan:

1. Telur

Makanan kaya protein ini bisa membantu konsentrasi anak ADHD dan membantu efektivitas obat yang sedang dikonsumsinya

2. Buah dan sayuran

Makanan yang kaya karbohidrat kompleks ini bisa membuat anak lebih mudah tidur

3. Ikan

Omega-3 pada ikan segar dibutuhkan untuk tambahan nutrisi baik anak ADHD. Mom perlu ekstra teliti dengan memastikan ikan tersebut tidak memiliki kandungan merkuri. Beberapa contoh ikan yang bisa jadi pilihan adalah ikan kembung, salmon, dan sarden.

4. Air putih

Air putih tidak mengandung kalori, karbohidrat, protein, lemak, kolesterol, serat dan gula. Sehingga, konsumsinya menjadi aman untuk anak ADHD. Mom dan Dad bisa mengajarkan anak ADHD untuk senang minum air putih dengan rajin mencontohkannya di rumah ya.

Baca juga: Autisme Bisa Dideteksi Sejak Dini Pada Bayi, Cek Tandanya Di Sini!