Pernahkah Mom mendengar istilah solusio plasenta? Hal ini umumnya terjadi pada ibu hamil dan menyebabkan pendarahan yang luar biasa. Solusio plasenta adalah kondisi di mana plasenta terlepas dari dinding rahim bagian dalam sebelum waktunya. Apabila terlanjur lepas, maka plasenta tidak bisa ditempelkan kembali ke dinding rahim.

Kira-kira, apa yang menyebabkan terjadinya solusio plasenta ini, dan bagaimana gejalanya? Agar Mom lebih paham, yuk simak uraian berikut ini!

Pengertian Solusio Plasenta

Salah satu masalah komplikasi kehamilan yang bisa terjadi adalah plasenta terlepas dari dinding rahim, di mana Ini merupakan pengertian dari solusio plasenta. Istilah solusio plasenta juga dikenal dengan sebutan abruptio plasenta.

Plasenta yang terlepas sangat berbahaya bagi janin karena dapat menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen menjadi menurun bahkan terhambat. Hal tersebut dikarenakan plasenta memiliki fungsi sebagai penyalur nutrisi serta oksigen ke janin. Tidak hanya itu, plasenta juga berfungsi membuang limbah metabolisme dari tubuh janin.

Kondisi seperti ini sangatlah berbahaya bagi janin dan kondisi ibu hamil. Pasalnya, janin dapat terlahir secara prematur dengan berat lahir rendah, kematian bayi dalam kandungan, dan juga kematian setelah dilahirkan. Sementara ibu hamil dapat mengalami perdarahan ekstrem hingga menyebabkan kematian.

Gangguan abruptio plasenta sering kali terjadi secara tiba-tiba sehingga Mom tidak bisa memprediksikannya. Banyak laporan kasus abruptio plasenta yang terjadi di trimester ketiga kehamilan bahkan beberapa minggu menjelang proses persalinan.

Gejala Solusio Plasenta

Trimester tiga merupakan waktu yang rawan terjadi abruptio plasenta. Lantas, apakah ada gejala umum yang bisa menandai kondisi tersebut terjadi? Ada, Mom. Umumnya abruptio plasenta ditandai dengan adanya pendarahan ekstrem.

Namun tak berarti semua pendarahan saat hamil termasuk abruptio plasenta, ya. Biasanya pada solusio plasenta gejala yang ditimbulkan bergantung pada luas plasenta yang terlepas. Untuk lebih lengkapnya, simak beberapa gejala umum berikut.

  1. Nyeri pada bagian punggung maupun perut secara tiba-tiba
  2. Pendarahan pada vagina, bisa seperti flek atau bahkan pendarahan hebat
  3. Rahim terasa sakit
  4. Kontraksi rahim berlangsung cepat dan terus menerus
  5. Detak jantung janin menjadi tidak normal

Selain itu, gejala abruptio plasenta juga dapat muncul secara perlahan, seperti:

  1. Cairan ketuban sangat sedikit
  2. Pendarahan ringan
  3. Pertumbuhan bayi lebih lambat dari biasanya

Baca juga: 10 Ciri-Ciri Janin Tidak Berkembang, Lihat Penyebabnya

Penyebab Solusio Plasenta

Sayangnya, sampai saat ini masih belum ada penelitian medis yang mengetahui apa penyebab solusio plasenta pada ibu hamil. Akan tetapi, beberapa kondisi berikut digadang-gadang dapat meningkatkan risiko terkena abruptio placenta.

  • Sedang hamil bayi kembar
  • Merokok atau memakai narkoba saat hamil
  • Ketuban pecah sebelum waktunya
  • Hamil di usia lebih dari 40 tahun
  • Punya riwayat abruptio placenta sebelumnya
  • Menderita preeklamsia atau eklamsia
  • Cedera pada perut ketika hamil

Cara Mencegah Solusio Plasenta

Mom, solusio plasenta adalah gangguan kehamilan yang tidak bisa dicegah. Namun, Anda bisa mengurangi risikonya dengan cara melakukan hal-hal berikut.

  • Menghindari merokok dan narkoba
  • Menghindari aktivitas fisik yang terlalu berat saat hamil
  • Rutin mengontrol kandungan ke dokter
  • Menjaga konsumsi makanan dengan gizi seimbang

Pengobatan abruptio plasenta

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa plasenta yang sudah lepas tidak bisa ditempelkan kembali ke dinding rahim. Sehingga dalam hal ini dokter akan berusaha memberikan pengobatan lebih agar janin dan ibu hamil bisa selamat.

Mom harus tahu bahwa abruptio plasenta harus segera ditangani dengan cepat demi mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi. Adapun penanganannya berbeda-beda sesuai dengan usia kehamilan, kondisi ibu hamil dan janin, serta tingkat keparahannya.

Apabila terjadi pada saat usia kandungan belum memasuki 34 minggu, maka dokter akan meminta pasien dirawat di rumah sakit untuk mendapat pelayanan intensif. Jika pendarahan berhenti dan detak jantung janin normal berarti tidak terlalu parah.

Namun dokter akan tetap memberikan suntikan kortikosteroid agar pertumbuhan paru-paru si janin cepat tumbuh. Hal tersebut sebagai antisipasi jika kondisi semakin memburuk hingga persalinan harus segera dilakukan.

Sedangkan jika usia kandungan lebih dari 34 minggu, maka penanganan akan diupayakan proses persalinan yang aman. Beruntung jika tidak parah, ibu hamil boleh melahirkan normal. Namun jika kenyataannya berkebalikan, maka dokter akan menyarankan operasi sesar.

Perbedaan Solusio Plasenta dan Plasenta Previa

Masalah sebelum persalinan yang juga berhubungan dengan plasenta adalah plasenta previa. Perlu diketahui bahwa mungkin namanya mirip dengan abruptio plasenta, namun pada dasarnya berbeda lho, Mom.

Plasenta previa adalah kondisi di mana ari-ari berada di bawah rahim, sehingga membuat jalan lahir tertutup. Memang pada awal kehamilan plasenta di bawah rahim adalah normal. Namun seiring jalannya waktu seharusnya plasenta bergerak ke atas. Jadi, jangan salah lagi membedakannya, ya.

Tak ada orang tua yang ingin mengalami hal seperti ini. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan pengecekan kehamilan ke dokter kandungan secara rutin agar jika terjadi sesuatu dokter dapat memberikan penanganan segera dengan tepat. Lakukan juga cara pencegahan seperti di atas ya, Mom!

Baca juga: Perkembangan Janin dan Ibu Hamil Minggu ke-34