Kesal atau marah merupakan emosi yang wajar dan bisa dirasakan oleh siapapun juga. Baik Mom dan Dad sebagai orang tua, ataupun si kecil. Sebelum meledak dan menyisakan trauma mendalam, yuk, cari tahu bagaimana bagaimana cara mengendalikan emosi.

Mengontrol emosi pada dasarnya perlu dilatih.Tak hanya Mom dan Dad, si kecil pun perlu belajar bagaimana cara mengontrol emosi.

Memahami Tantrum, Salah Satu Bentuk Emosi pada Anak

Jika Mom dan Dad bingung melihat emosi si kecil yang sering ‘meledak’ tanpa bisa dikendalikan. Hal ini bisa disebabkan karena tantrum. kondisi anak yang sulit mengendalikan emosi kerap dikenal sebagai tantrum. Untuk menghadapinya, ada beberapa catatan yang perlu Mom dan Dad pahami lebih dulu.

Memahami bagaimana cara mengontrol emosi pada anak tentu saja perlu dilakukan sejak dini, terutama ketika si kecil sudah mulai tantrum.

Dalam hal ini, Irma Gustiana, psikolog anak dan keluarga menjelaskan, bahwa temper tantrum merupakan sebuah fase yang akan dilewati anak.

Kondisi ini terjadi karena anak masih sulit untuk mengontrol emosinya sehingga ia hanya bisa memberikan respon dengan cara menangis berlebihan, menjerit-jerit, berguling-guling, headbanging atau perilaku menyakiti diri sendiri.

Umumnya, tantrum ini akan dialami anak usia 2 hingga 4 tahun. Psikolog yang lebih sering disapa dengan panggilan Ayank Irma ini mengatakan, tantrum ini sangat umum terjadi bahkan 23 sampai 83 persen anak akan mengalaminya.

“Biasanya terjadi pada usia 2 dan 3 tahun, namun seiring perkembangannya, maka akan mulai menurun pada usia 4 tahun,” katanya.

Founder Ruang Tumbuh ini melanjutkan, tantrum ini akan dirasakan balita lantaran mereka sudah cukup memahami kata “aku” dan keinginan. Termasuk perasaan agar keinginan tersebut bisa dipenuhi oleh orangtuanya,

“Tantrum ini bisa juga diartikan sebagai hasil dari energi tinggi dan kemampuan yang tidak mencukupi dalam mengungkapkan keinginan atau kebutuhannya, Karena anak-anak belum bisa mengeluarkannya dalam kata-kata, akhirnya yang keluar dalam bentuk tantrum seperti itu,” terangnya.

Apa yang perlu dilakukan untuk membantu meng0ntrol emosi pada anak ketika tantrum?

  1. Tidak perlu panik atau ikut menjadi senewen
  2. Berusaha untuk tetap tenang, karena tantrum dihadapi dengan emosi yang meledak, justru akan memperparah tantrum itu sendiri.
  3. Tetap awasi lingkungan, jangan sampai ada benda berbahaya yang bisa melukai saat anak sedang tantrum.
  4. Jika si kecil mulai melukai dirinya seperti memukul, segera pegang tangannya dan jelaskan bahwa sikap tersebut tidak baik Fungsi tangan pun bukan untuk memukul atau melukai.
  5. Peluk anak, dengan mendekapnya bisa membuat anak tenang. Carilah posisi duduk dan bersandar sehingga Mommies bisa menopang tubuhnya dengan posisi yang aman.
  6. Cari tahu apa yang membuat si kecil marah.
  7. Jangan menyerah pada kemarahan anak, hal ini justru hanya memperburuk kondisi karena bisa dijadikan ‘alat’ untuk memenuhi keinginannya.
  8. Hindari untuk membujuk anak dengan imbalan yang lain untuk menghentikan kemarahannya. Anak akan belajar untuk mendapatkan imbalan.

Selain itu, cara mengontrol emosi pada anak tentu saja perlu memerhatikan tahapan usia si kecil. Pasalnya, semakin usia bertambah maka kemampuan anak untuk bisa mengontrol emosinya juga akan semakin terbentuk dengan matang.

Cara Mengontrol Emosi Terhadap Anak

Tak hanya anak-anak, Mom dan Dad sebagai orangtua tentu saja perlu tahu cara mengendalikan emosi di depan anak. Jangan sampai, emosi yang tidak terkontrol anak menimbulkan luka di hati bahkan berujung trauma.

Berikut beberapa hal yang perlu Mom dan dad perhatikan

#1. Benarkah perlu marah dan emosi pada Si Kecil?

Marah merupakan emosi yang sangat wajar, Pun jika memang harus diperlihatkan pada si kecil. Namun, sebelum emosi meledak melihat perilakunya, tanyanya pada diri sendiri, apakah ulahnya memang harus membuat Mom marah?

Maka, tetapkan dulu batasan-batasan perilaku mana yang perlu ditindak tegas dan mana yang masih bisa dibicarakan baik-baik. Ingat, tidak semua kenakalan anak harus direspon dengan cara memarahi atau menghukum anak.

#2. Tenangkan diri

Cobalah untuk menekan tombol ‘pause’ pada diri sendiri. Dalam artian, saat sedang merasa emosi melihat perilaku anak, coba tenangkan diri Mom lebih dulu. Jika perlu tinggalkan si kecil sebentar untuk menenangkan diri.

Misalnya, dengan cara mengambil minum agar bisa lebih tenang kemudian bisa memberikan arahan pada si kecil bahwa perilakunya tidak tepat. Di sini, Mom pun bisa mengamati diri sendiri dan perilaku anak yang membuat marah.

#3. Ambil posisi sejajar dengan anak

Saat ingin berbicara pada anak, cobalah untuk mengambil posisi sejajar dan lakukan kontak mata dengan penuh kasih sayang namun tetap tegas.

#4. Hindari memukul ataupun berteriak

Memukul atau pun berteriak pada anak sebenarnya anak memberikan dampak negatif ataupun trauma yang sama pada diri si kecil. Untuk itu, cobalah untuk memecahkan atau mendiskusikan masalah dengan si kecil tanpa adanya kekerasan.

Percayalah, berteriak ataupun memukul tidak akan menyelesaikan masalah, namun hanya menimbulkan luka di hati anak.

#5. Turunkan ekspektasi

Satu hal yang tak kalah penting adalah pentingnya untuk menurunkan ekspektasi pada si kecil. Mom dan Dad perlu menyadari bawa si kecil masih memiliki banyak keterbatasan sehingga tidak perlu memiliki harapan yang terlalu tinggi.

Sebagai contoh, jika usia si kecil masih 3 tahun, tentu masih belum memiliki kemampuan untuk bisa membereskan mainannya seorang diri dengan hasil yang maksimal. Artinya, ia masih perlu dibantu dan didampingi.

Dengan memiliki harapan yang wajar, akan membantu Mom untuk menekan emosi yang berlebih.

Percayalah, bahwa saat Mon dan Dad tidak bisa mengendalikan emosi akan memengaruhi pola asuh anak dan perkembangan Si Kecil di kemudian hari.

Bukan tidak mungkin, jika Mom tidak bisa mengontrol emosi, akan membuatnya tidak nyaman, timbul rasa takut, hingga akhirnya si kecil akan menjaga jarak pada Mom dan Dad sehingga hubungan keluarga pun tidak lagi hangat.

Baca juga: 4 Dampak Negatif Terlalu Memanjakan Anak