Mom, pernahkah mendengar Dad atau si kecil mengeluh area testisnya sakit? Skrotum membengkak dan nyeri saat berkemih. Hati-hati, keluhan tersebut bisa menjadi gejala penyakit epididimitis.

Apa itu epididimitis? Pernah mendengar penyakit yang satu ini? Bagaimana pengobatan epididimitis?

Penyakit ini memang bisa diderita oleh kaum pria yang akan menyerang saluran yang terletak di bagian belakang testis yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sperma dan memberi waktu bagi sperma untuk matang.

WebMD menyebutkan bahwa epididimis bertugas untuk membawa sperma dari testis, yang menghasilkannya, ke vas deferens, sebuah tabung di belakang kandung kemih.

Epididimis ini sendiri melingkar di sekitar testis pria dan panjangnya bisa hampir 20 kaki.

Diperlukan waktu hampir 2 minggu bagi sperma untuk membuatnya dari satu ujung epididimis ke ujung lainnya. Pada saat itu, sel-sel sperma matang sampai pada titik di mana mereka dapat membuahi sel telur wanita.

Penyakit kelainan saluran sperma ini tentu saja tidak bisa disepelekan karena bisa berisiko menimbulkan komplikasi.

Tak hanya pria dewasa, penyakit epididimitis bisa dialami segala kelompok usia, termasuk anak-anak. Namun memang, penyakit saluran sperma ini lebih sering menyerang pria usia 19 tahun hingga 35 tahun.

Penyebab paling umum penyakit epididimitis yang dialami pria dewasa dikarenakan infeksi menular seksual: gonore dan klamidia, berbeda dengan anak-anak.

Pada usia belia, peradangan epididimis ini bisa muncul akibat posisi epididimis yang terputar, aliran balik urine ke epididimis. Atau memiliki riwayat trauma di area testis yang diakibatkan trauma langsung (benturan, kecelakaan) pada daerah tersebut.

Tak hanya itu, saja ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko mengalami penyakit epididimitis, seperti:

  • Pria yang belum disunat

  • Memiliki riwayat infeksi menular seksual

  • Pria yang melakukan hubungan seksual dengan penderita penyakit menular seksual, tanpa menggunakan kondom

  • Memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dan memengaruhi saluran urine

  • Mengalami pembesaran prostat, infeksi prostat atau infeksi saluran kemih

  • Memiliki letak anatomis saluran kemih yang tidak normal

  • Menggunakan kateter urine untuk jangka panjang

Berikut ini adalah beberapa gejala yang dapat dialami oleh penderita epididimitis:

  • Nyeri pada testis, biasanya di salah satu satu sisi

  • Skrotum akan membengkak, terasa hangat, dan nyeri jika tersentuh

  • Ada ada darah pada cairan sperma

  • Nyeri ketika berkemih

  • Keinginan untuk buang air kecil dan selalu merasa tidak tuntas

  • Muncul benjolan di sekitar testis yang disebabkan karena penumpukan cairan

  • Ujung penis mengeluarkan cairan tidak normal

  • Nyeri saat ejakulasi atau berhubungan seksual

  • Rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut bagian bawah atau sekitar panggul

  • Pembesaran kelenjar getah bening di pangkal paha

  • Demam

Bagaimana mengetahui seseorang mengalami penyakit epididimitis?

Jika Mom melihat beberapa gejala di atas dialami Dad, ataupun si kecil, tak ada salahnya untuk segera memeriksakan kondisi tersebut ke dokter. Dengan demikian, dokter bisa mendiagnosis dan melakukan pengobatan epididimitis dengan tepat.

Pada awalnya, dokter tentu saja akan melakukan pemeriksaan fisik lebih dahulu. Memastikan dan melihat bagaimana kondisi epididimis, dan mencari pembengkakan testis, pembengkakan kelenjar getah bening daerah selangkangan, atau melihat adakah cairan tidak normal yang keluar dari penis.

Di samping itu, umumnya dokter akan merujuk untuk melakukan beberapa tes yang dapat dilakukan dokter. Misalnya melakukan tes darah, seperti hitung darah lengkap untuk menentukan apakah ada infeksi.

Prosedur lain pengobatan epididimitis juga akan dilakukan seperti :

  • Sampel urine untuk tes urinalisis dan kultur urine untuk melihat apakah ada infeksi saluran kemih atau infeksi menular seksual

  • Kultur uretra

  • Pemeriksaan colok dubur untuk melihat ada tidaknya pembesaran prostat

  • USG testis untuk melihat apakah terdapat penyakit lain yang menyebabkan gejala dengan melihat gambar rinci

  • CT Scan dan MRI kadang digunakan untuk membantu menentukan dan membedakan kondisi yang memiliki gejala yang sama, seperti hidrokel, hernia, jaringan kanker, abses testis, dan gangren testis

Jika memang dinyatakan positif mengalami penyakit epididimitis, umumnya dokter akan memberikan obat anti nyeri dan antibiotik untuk mengatasi infeksi dan meredakan gejala yang muncul.

Untuk mengurangi rasa sakit, upaya yang lain juga bisa dilakukan dengan cara berbaring di ranjang setidaknya dengan posisi skrotum terangkat (dibantu penopang), tidak mengangkat beban berat, serta mengompres skrotum dengan air dingin.

Jika pengobatan epididimitis tidak dilakukan dengan segera, maka bisa berisiko terjadinya komplikasi, baik epididimitis kronis lantaran peradangan epididimis tidak diobati sehingga berlangsung lama, penyebaran infeksi yang bisa berujung pada sepsis maupun fertilitas. termasuk abses skrotum.

Baca juga: Pemeriksaan Medical Check Up yang Sebaiknya Dilakukan Sebelum Menikah