Saat ini, istilah quiet quitting sedang ramai diperbincangkan di media sosial terutama di TikTok. Beberapa orang mungkin tidak asing dengan istilah ini, namun tentunya ada juga yang tidak tahu. Pada artikel ini akan dibahas secara lengkap mengenai pengertian, manfaat dari quiet quitting, hingga cara menghindarinya.

Kalkulator Finansial

Apa Itu Quiet Quitting?

Quiet quitting adalah sifat atau tindakan seseorang terutama karyawan perusahaan untuk melakukan pekerjaannya sesuai porsinya atau tanpa menghabiskan lebih banyak waktu dan tenaga daripada yang seharusnya. Inti dari istilah ini yaitu seseorang akan melakukan pekerjaan yang diperlukan saja.

Tujuan dari melakukan tindakan seperti ini yaitu untuk mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi untuk menjaga mental health. Atau secara sederhananya, pekerja tetap melakukan pekerjaannya di suatu perusahaan tetapi tidak secara sukarela melakukan pekerjaan tambahan yang tidak dibayar.

Awal Mula Tren

Mulanya tren ini bermula sejak akhir Juli 2022 karena viral di TikTok. Ini berawal dari sebuah unggahan akun bernama Zaidleppellin.

Setelah unggahan tersebut, banyak pengguna yang menceritakan pengalamannya. Ada yang menceritakan bahwa telah melakukan quiet quitting sejak 6 bulan lalu namun tetap mendapatkan upah dan apresiasi yang sama dari perusahaan.

Apa Tanda Quiet Quitting?

Sifat bekerja seperti ini ternyata memiliki beberapa tanda. Beberapa di antaranya diuraikan sebagai berikut.

  1. Tidak bekerja di luar jam kerja. Termasuk membalas pesan maupun email.
  2. Tidak aktif berdiskusi saat menghadiri meeting.
  3. Pulang tepat waktu atau lebih awal
  4. Menghindari acara-acara kantor.
  5. Kurang antusias dalam mengejar karir.
  6. Tidak ikut dalam aktivitas yang tidak penting.
  7. Kurang memberikan kontribusi pada tim.
  8. Menurunnya produktivitas kerja.

Pemicu Sikap Quiet Quitting

Ada banyak sekali pemicu sifat bekerja ini. Beberapa pemicu dari quiet quitting adalah pekerja mudah bosan serta tidak mendapat pengakuan dan kompensasi yang tidak sesuai dengan pekerjaannya.

Orang-orang yang memiliki sifat bekerja seperti ini biasanya ingin adanya keseimbangan antara kehidupan sehari-hari dan bekerja.

Apa Quiet Quitting Itu Hal yang Baik?

Adanya tren quiet quitting ini mendapat berbagai respons dari masyarakat, ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Namun menurut dari pakar kesopanan, Pattie Ehsaas, tindakan seperti ini tidak akan membuat berhasil di tempat kerja.

Tidak hanya itu, tindakan seperti ini juga akan sulit mendapatkan kenaikan gaji. Walau begitu, tindakan ini juga memiliki beberapa manfaat untuk pelakunya.

Manfaat

Pada dasarnya, tren ini menekankan pada keseimbangan kehidupan di dunia kerja. Namun tidak hanya itu, ada banyak manfaat lainnya dari melakukan quiet quitting antara lain:

1. Bekerja Lebih Efektif

Manfaat pertama yaitu bekerja lebih efektif karena pada tren ini menekankan pada jam kerja yang sesuai. Hal ini berarti bahwa setiap orang akan fokus pada pekerjaannya masing-masing.

Ini tentunya akan semakin membantu seseorang dalam bekerja lebih efektif karena benar-benar melakukan tugasnya atau tidak menyelesaikan tugas lainnya yang bukan tanggung jawabnya.

2. Kualitas Hidup Meningkat

Dengan menerapkan quiet quitting ini, kualitas hidup jadi lebih meningkat. Hal ini karena kehidupan pribadi dan mengurus pekerjaan bisa dipisahkan dengan jelas. Ini tentunya akan meningkatkan kualitas hidup Anda karena memiliki waktu untuk kehidupan pribadi.

Bagaimanapun hebatnya seseorang dalam bekerja, tetap saja dia akan butuh untuk melakukan hal pribadinya. Apalagi untuk seorang introvert, menyeimbangkan kehidupan pribadi dan dunia kerja ini sangatlah penting.

3. Terhindar dari Burnout

Salah satu risiko dalam bekerja adalah burnout. Burnout merupakan suatu kondisi buruk yang bisa terjadi di dunia kerja karena terlalu banyak menghabiskan waktu bekerja.

Eksploitasi yang terus menerus akan membuat seseorang kehabisan tenaga untuk berpikir dan membuat otak tidak bisa berfungsi semestinya. Dengan melakukan quiet quitting bisa membantu seseorang terhindar dari burnout karena jam kerja yang terjaga.

Dampak Negatif

Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sikap ini bisa mengurangi kemungkinan adanya kenaikan gaji. Namun tidak hanya itu, karena tindakan ini juga bisa mengurangi produktivitas karyawan. Bahkan tindakan ini bisa berdampak pada potensi PHK pada karyawan.

Karyawan yang memiliki etos kerja yang begitu-begitu saja tentunya memiliki potensi rendah untuk dipertahankan di sebuah perusahaan. Apalagi jika bekerja pada perusahaan dengan etos kerja tinggi, maka potensi untuk di PHK akan semakin besar sehingga sebaiknya lebih dihindari.

Cara Menghindari Pekerja Melakukan Quiet Quitting

Bagi sebuah perusahaan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari pekerja melakukan quiet quitting. Beberapa hal yang bisa perusahaan lakukan tersebut yaitu:

1. Menerapkan Budaya Kerja Fleksibel dan Apresiasi

Dengan menerapkan budaya kerja yang fleksibel dan apresiatif, maka perusahaan bisa mengurangi risiko karyawan memiliki sifat ini. Dalam hal ini, para pekerja sebaiknya diberikan daftar pekerjaan yang sesuai dengannya. Apabila memang harus bekerja di luar tugas, maka sebaiknya memberikan kompensasi.

2. Menerima Aspirasi Karyawan

Cara selanjutnya yaitu perusahaan sebaiknya menerima setiap aspirasi dari karyawannya. Dari aspirasi tersebut, Anda bisa ketahui masalah dari karyawan tersebut sehingga bisa memberikan solusi terbaik untuk menyelesaikannya. Dengan begitu, potensi karyawan yang melakukan tindakan ini akan diminimalisir.

Sudah Tahu Apa Itu Quiet Quitting?

Quiet quitting merupakan tindakan yang memiliki dampak positif dan negatif di dunia kerja. Namun, pihak perusahaan lah yang akan lebih menerima dampak negatif dari sikap karyawan seperti ini.

Untuk itulah sebaiknya perusahaan perlu lebih memperhatikan karyawannya dan melakukan beberapa upaya untuk mengatasinya salah satunya dengan mengetahui apa keinginan mereka.