Pneumonia pada bayi merupakan penyakit yang tidak bisa diabaikan. Tingginya angka kematian yang disebabkan penyakit ini, bahkan bisa terjadi setiap setiap hari membuat WHO memberikan julukan forgotten killer in children.

Selama tahun 2019, Dinas Kesehatan DKI Jakarta memperkirakan ada 43.309 kasus pneumonia. Angka ini memang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Pneumonia merupakan infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Namun, angka pneumonia yang dikarenakan jamur, memang lebih jarang terjadi. Tak hanya orang dewasa, dan lansia, pneumonia dapat menyerang siapa saja. Faktanya, bayi berusia di bawah dua tahun justru lebih rentan terkena penyakit ini.

Fakta ini tentu saja mengharuskan semua orangtua untuk lebih waspada dan memiliki pengetahuan akan bahaya pneumonia.

Berikut beberapa fakta pneumonia pada bayi yang perlu Mom dan Dad ketahui

1. Gejala pneumonia pada bayi mirip batuk biasa

Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab orangtua tidak menyadari pneumonia pada bayi. Akhirnya, pada saat datang ke dokter, banyak kondisi penyakitnya yang sudah sangat memprihatinkan.

2. Disebabkan bakteri

Pada kebanyakan kasus, penyebab utama pneumonia pada bayi dan balita disebabkan oleh bakteri. Paling sering ditemukan adalah bakteri Streptococcus pneumoniae, bakteri lain yang menjadi penyebab kedua yang juga sering ditemukan adalah bakteri Haemophilus influenzae type b atau Hib.

3. Sistem imun bayi rentan terkena pneumonia

Pneumonia pada bayi sangat rentan lantaran sistem imunitas bayi masih tergolong lemah atau belum terbentuk sempurna sehingga tidak mampu membasmi infeksi awal yang ringan. Hal inilah yang menyebabkan, infeksi menyebar ke paru-paru dan menyebabkan pneumonia. Pneumonia pada anak dapat menyebabkan ia sulit bernapas.

4. Napas bayi berbunyi

Demam, batuk pilek, sesak napas, napas bayi yang berbunyi, hingga bayi kehilangan untuk selera makan atau menyusui, hingga tampak lemas, menjadi beberapa gejala yang tidak bisa disepelekan.

Jika Mom dan Dad sudah melihat bayi terus menerus batuk, disertai dengan napas cepat, harus waspada. Ini bisa bisa menjadi gejala pneumonia pada bayi. Saat bernapas, anak yang terkena pneumonia juga akan mengalami tarikan dinding dada ke dalam.

5. Laju pernapasan bayi

Mom dan Dad perlu memperhatikan dan bisa menghitung laju pernapasan bayi. Pemeriksaan ini bisa dilakukan saat anak dalam kondisi yang rileks.

Pada bayi berusia kurang dari dua bulan kondisi ini yaitu saat frekuensinya mencapai 60 kali per menit. Sementara itu, bagi bayi berusia 2-12 bulan frekuensinya 50 kali per menit. Dan untuk balita berusia 1-5 tahun frekuensinya 40 kali per menit.

6. Berbeda dari batuk asma

Meskipun mirip, namun gejala batuk pneumonia bisa dibedakan dengan batuk asma. Batuk pneumonia ini tidak disertai dengan tarikan napas yang berbunyi. Namun, jika sudah batuk-batuk dengan tanda-tanda napas yang cepat, apalagi disertai dengan demam, sebaiknya bayi atau balita segera diberi pengobatan karena itu bisa gejala dari pneumonia.

7. Sirkulasi udara di rumah yang tidak baik

Faktor lain yang bisa berisiko terjadinya Pneumonia pada bayi juga bisa dikarenakan kondisi rumah yang terlalu padat serta adanya polusi udara yang disebabkan oleh asap rokok juga merupakan faktor risiko lain yang harus dihindari.

Pencegahan pneumonia pada bayi

Untuk mencegah terjadinya pneumonia, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Yang paling utama, para ibu diusahakan untuk memberikan ASI eksklusif untuk meningkatkan antibodi anak, dan memastikan bahwa anak cukup mendapat gizi sesuai dengan kebutuhannya.

Harapannya, jika gizi dan nutrisi tercukupi makan perkembangan sistem kekebalan tubuh bisa terjaga dengan baik.

Pencegahan penyakit pneumonia pada anak bisa dilakukan lewat vaksin, karena vaksin bekerja mengenali antibodi dan memori. Di samping itu, vaksin bersifat sangat spesifik, satu vaksin ditujukan untuk satu vaksin. Untuk efektifitas, vaksin ini perlu dilakukan sebanyak 3 kali.

Penanganan pneumonia pada bayi tentu saja perlu memerhatikan gejala atau tanda pneumonia yang dialami. Jika sudah melihat adanya gejala, maka jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan dengan membawa ke dokter anak.

Dokter akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan mungkin akan menyarankan tes darah atau rontgen untuk memastikan diagnosis pneumonia.

Jika Si Kecil memang terdiagnosa mengalami pneumonia, maka dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan penyebabnya. Pada kasus pneumonia yang disebabkan oleh bakteri, dokter akan memberikan obat antibiotik.

Baca juga: Jadwal Imunisasi Lengkap untuk Bayi Sesuai Rekomendasi IDAI