Tahukah Mom fungsi dari kekebalan tubuh atau imun? Kekebalan tubuh akan mencegah seseorang dari penyakit. Namun, ada penyakit yang malah membuat imun melakukan kebalikannya, yakni penyakit autoimun. Jenis penyakit autoimun pun bermacam-macam dan gejalanya sering tak disadari oleh penderita.

Di mana gejala penyakit autoimun adalah sangat umum sehingga sering disalah artikan sebagai sakit flu biasa seperti demam, nyeri otot, atau sering merasa kelelahan. Nah, untuk mengetahui penyakit ini lebih lanjut, yuk simak penjelasan lengkapnya di sini. Ruangmom akan membahas tuntas mulai dari penyebab, jenis, hingga cara pencegahannya.

Penyebab Penyakit Autoimun

Hingga saat ini, penyebab penyakit autoimun masih belum diketahui secara pasti. Namun, jika Anda memiliki kriteria seperti di bawah ini, maka bisa dikatakan resiko untuk terkena penyakit autoimun cukup besar.

  • Perempuan
  • Keluarga memiliki riwayat penyakit autoimun
  • Obesitas atau memiliki berat badan berlebih
  • Merokok
  • Mengonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh seperti antibiotik
  • Sering terkena sinar matahari atau paparan bahan kimia
  • Menderita infeksi bakteri atau virus

Umumnya, penyakit autoimun terjadi karena keturunan dari keluarga. Jadi, apabila salah satu keluarga Anda memiliki riwayat penyakit ini, ada baiknya lakukan tes untuk mendeteksi autoimun.

Gejala Penyakit Autoimun

Gejala penyakit autoimun sebenarnya berbeda tergantung jenis penyakit autoimun yang diderita. Namun, awalnya gejala penyakit autoimun cenderung sama, yaitu:

  • Sering merasa lelah
  • Nyeri otot
  • Bengkak dan kemerahan pada kulit
  • Demam ringan
  • Memiliki masalah untuk berkonsentrasi
  • Kesemutan di tangan dan kaki
  • Rambut rontok dengan jumlah yang banyak
  • Bintik merah dan gatal pada kulit

Jika seseorang mengalami gejala di atas, keadaannya disebut dengan flare. Gejala ini dapat muncul dan hilang sewaktu-waktu. Jika flare semakin parah dan mengganggu, sebaiknya segera hubungi dokter ya, Mom.

14 Jenis Penyakit Autoimun yang Sering Dialami

Jenis penyakit autoimun yang telah didiagnosa oleh dokter ada sekitar 80 jenis. Namun, yang sering ditemukan di masyarakat hanya sekitar 14 jenis saja. Berikut contoh penyakit autoimun yang umum ditemukan di Indonesia.

1. Tipe 1 diabetes

Contoh penyakit autoimun adalah Tipe 1 Diabetes. Pankreas memproduksi hormon insulin yang berfungsi untuk mengatur gula dalam darah. Jika Anda terkena diabetes melitus tipe 1, maka imun dalam tubuh menyerang hormon insulin tersebut. Hasilnya, gula dalam darah menjadi berlebih dan menyebabkan penyakit gula darah.

2. Rheumatoid arthritis (RA)

Pada jenis penyakit autoimun RA, kekebalan tubuh akan menyerang bagian persendian. Gejala di antaranya adalah ruam, kemerahan, hingga nyeri pada persendian. Tidak seperti osteoarthritis yang menyerang kaum lansia, jenis penyakit autoimun ini bisa terjadi pada mereka yang berusia 30 tahunan.

3. Psoriasis atau psoriatic arthritis

Sel pada kulit biasanya akan diproduksi secara berkala, menggantikan sel kulit mati pada tubuh kita. Pada jenis penyakit autoimun psoriasis, sel kulit yang diproduksi terlalu banyak sehingga mengalami penumpukan. Akibatnya, pada kulit terjadi spot kemerahan dan berwarna putih di pinggirannya.

Penderita psoriasis juga biasanya mengalami gejala pada sendi, meliputi nyeri atau bengkak pada sendi. Jika hal ini terjadi, maka mereka disebut menderita psoriatik arthritis.

4. Multiple Sclerosis (MS)

Jenis penyakit autoimun multiple sclerosis menyerang selubung mielin pada otak yang berfungsi sebagai pelindung saraf pusat kita. Kerusakan pada selubung mielin menyebabkan pesan dari otak ke seluruh anggota tubuh menjadi terhambat.

Akibatnya, Mom akan merasakan mati rasa dan lemah pada anggota gerak, atau bahkan gangguan keseimbangan yang menyebabkan kesulitan berjalan. Pada penyakit ini, gejala yang Anda rasakan akan berjalan secara bertahap. Studi atas penyakit ini di tahun 2015 menyatakan bahwa penderita MS tidak bisa berjalan setelah 15 tahun didiagnosa.

5. Systemic lupus erythematosus (SLE)

Awalnya, para dokter mengelompokkan lupus sebagai penyakit kulit. Namun, seiring berkembanganya zaman, lupus masuk ke dalam jenis penyakit autoimun karena dapat menyerang organ-organ lain pada tubuh seperti ginjal, hati, jantung, persendian, hingga otak.

Baca juga: Penyakit Lupus Pada Anak, Kenali Gejala dan Penyebabnya

6. Radang usus

Jenis penyakit autoimun ini menyerang dinding organ pencernaan. Radang usus dibagi menjadi dua, yaitu Crohn’s disease yaitu peradangan pada saluran pencernaan dari mulut hingga anus, serta Ulcerative colitis yang hanya menyerang usus besar dan rektum.

7. Penyakit Addison

Penyakit Addison adalah contoh penyakit autoimun yang menyerang kelenjar adrenal, penghasil hormon kortisol, androgen, serta aldosteron. Jika Mom kekurangan kortisol dalam tubuh, penyimpanan karbohidrat dan gula akan terganggu.

Sedangkan kekurangan aldosteron pada tubuh dapat menyebabkan kehilangan natrium serta kadar kalium yang berlebih dalam aliran darah. Jenis penyakit autoimun ini dapat menyebabkan Anda merasa letih, berat badan berkurang drastis, serta tekanan gula yang rendah.

8. Penyakit Graves

Contoh penyakit autoimun selanjutnya yakni penyakit graves yang merusak kelenjar tiroid pada leher dan menyebabkan produksi hormon secara berlebih. Hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid ini adalah yang mengatur metabolisme tubuh.

Jika produksinya terlalu banyak, maka tubuh Anda akan mengalami kegelisahan, detak jantung terlalu cepat, intoleransi panas, serta berat badan yang berkurang drastis.

9. Sindrom Sjögren

Contoh penyakit autoimun ini menyerang kelenjar yang memproduksi cairan pelumas untuk mata dan mulut. Gejala sindrom Sjögren di antaranya adalah mata dan mulut terasa kering, serta nyeri sendi dan gangguan pada kulit.

10. Tiroiditis Hashimoto

Jenis penyakit autoimun tiroiditis Hashimoto menyebabkan produksi hormon tiroid melambat. Bila produksinya lambat, maka hormon tiroid dalam tubuh akan mengalami kekurangan atau defisiensi.

Kekurangan hormon tiroid dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan leher membengkak sehingga penderita kesulitan untuk menelan. Gejala dari penyakit ini berupa penambahan berat badan secara drastis, kepekaan terhadap dingin, kelelahan, rambut rontok, dan pembengkakan kelenjar tiroid atau gondok.

11. Myasthenia gravis

Jenis penyakit autoimun Myasthenia gravis terjadi karena impuls saraf yang membantu otak untuk mengontrol otot terganggu. Bahaya penyakit autoimun ini adalah jika komunikasi antar saraf dan otot terganggu, maka sinyal agar otot berkontraksi tidak dapat tersampaikan.

Gejala yang paling umum terjadi pada jenis penyakit autoimun ini adalah kelemahan pada otot bagian mata, tenggorokan, serta wajah dan semakin memburuk saat beraktivitas, tetapi membaik setelah istirahat.

12. Autoimun vaskulitis

Contoh penyakit autoimun berikutnya adalah autoimun vaskulitis. Penyakit ini menyerang pembuluh darah. Peradangan yang terjadi akan mempersempit arteri dan vena, sehingga aliran darah akan semakin pelan.

13. Pernicious anemia

Bahaya penyakit autoimun Pernicious anemia adalah dapat menyebabkan kekurangan protein yang dibuat oleh sel-sel lapisan lambung. Sel tersebut dibutuhkan agar usus halus dapat menyerap vitamin B12 dari makanan. Jika proses penyerapan ini terganggu, Anda dapat merasakan anemia dan kemampuan tubuh untuk sintesis DNA yang tepat akan berubah.

Menurut sebuah penelitian tahun 2012, pernicious anemia menyerang 0,1% orang secara umum, tetapi hampir 2% orang berusia di atas 60 tahun dapat dengan mudah terkena gejala penyakit autoimun ini. Jadi, kelompok usia yang rentan terkena adalah usia 60 tahunan.

14. Penyakit celiac

Penderita penyakit celiac tidak bisa memakan makanan yang mengandung gluten, protein yang ditemukan dalam gandum, gandum hitam, dan produk biji-bijian lainnya. Hal ini karena ketika gluten masuk ke usus kecil, sistem imunnya akan menyerang bagian saluran pencernaan dan menyebabkan peradangan. Gejala penyakit autoimun ini di antaranya adalah sakit perut seperti diare dan nyeri pada bagian perut.

Diagnosis Penyakit Autoimun

Selain melakukan investigasi terkait riwayat penyakit dan obat-obatan yang diminum, dokter juga akan melakukan beberapa tes di bawah ini untuk mendiagnosa jenis penyakit autoimun yang diderita pasien.

  • Tes ANA (antinuclear antibody): mengetahui adanya aktivitas antibodi yang tidak semestinya
  • Tes autoantibodi: mendeteksi karakteristik antibodi yang ada dalam tubuh
  • Tes darah lengkap: menghitung total sel darah merah serta sel darah putih
  • Tes C-Reactive protein: mendeteksi peradangan yang ada dalam tubuh
  • Tes sedimentasi eritrosit: mengetahui keparahan peradangan yang ada dalam tubuh

Pencegahan Penyakit Autoimun

Sebagai upaya pencegahan, hal-hal yang bisa Mom lakukan agar anak dan keluarga terhindar dari penyakit autoimun adalah sebagai berikut.

  • Selalu menjaga kebersihan tubuh
  • Menggunakan pelindung jika bekerja dengan bahan kimia
  • Tidak merokok
  • Menjaga berat badan
  • Berolahraga secara rutin

Kapan Harus ke Dokter?

Apabila gejala penyakit autoimun semakin parah dan mengganggu kehidupan sehari-hari, itu tandanya Anda harus segera ke dokter, Mom. Adapun jenis penyakit autoimun yang berbeda mengharuskan Mom untuk pergi ke dokter spesialis tertentu. Misalnya, pergi ke spesialis persendian jika Anda menderita gejala gangguan sendi seperti rheumatoid arthritis dan sindrom Sjögren.

Itulah informasi seputar jenis penyakit autoimun serta gejala-gejalanya yang mirip dengan penyakit lain sehingga membuatnya sulit untuk didiagnosa.

Namun, diagnosa lebih mendalam seperti pengambilan darah untuk mendeteksi autoimun dapat membantu dokter mengetahui penyebab penyakit autoimun yang Anda derita secara pasti.

Walaupun metode penyembuhannya belum diketahui, obat-obatan yang diberikan dokter dapat menekan gejala autoimun yang Mom rasakan seperti demam, mual, nyeri otot ataupun sering merasa letih. Jadi, tetap jaga gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit ini ya, Mom!

Baca juga: Cara Mendapat Vaksin COVID-19 untuk Lansia, Ini Langkahnya