Gluten adalah salah satu jenis protein yang biasanya terdapat di dalam gandum. Produk-produk olahan gandum seperti roti, sereal, oat dan tepung mengandung gluten yang tinggi.

Lalu apakah gluten berpengaruh pada kesuburan pria dan wanita? Dalam penelitian di Amerika Serikat (AS) ditemukan, gluten dihubungkan dengan salah satu penyebab ketidaksuburan yaitu penyakit celiac.

Bahaya gluten dan gangguan kesuburan

Salah satu bahaya gluten adalah bisa menyebabkan kemunculan penyakit celiac atau kelainan autoimun yang dipicu oleh reaksi tubuh terhadap gluten. Kelainan ini didiagnosis pada lebih dari 5 persen wanita yang mengalami infertilitas yang tidak dapat dijelaskan di sebuah klinik di AS.

Hasil laporan tersebut diterbitkan dalam sebuah jurnal kesehatan reproduksi, Journal of Reproductive Medicine pada tahun 2011.

Sementara laporan penelitian pada tahun yang sama, dipublikasikan dalam Journal of Obstetrics and Gynaecology Research, menemukan hubungan penyakit celiac yang lebih besar pada pasangan infertil ketimbang pasangan yang melaporkan tidak ada masalah reproduksi.

Penyakit celiac pada wanita bisa menyebabkan gangguan menstruasi seperti amenore sekunder. Celiac juga bisa membuat wanita yang memiliki siklus menstruasi normal menjadi lebih lama dari biasanya. Kondisi seperti ini bisa menyebabkan ovulasi lebih sedikit sehingga mengurangi kemungkinan mendapat kehamilan.

Sementara pada pria, celiac dihubungkan dengan kadar testosteron yang lebih rendah serta sperma abnormal. Oleh karenanya, bahaya gluten bisa memengaruhi kesuburan pada pria dan wanita.

Bahaya gluten dalam kehamilan

Gluten dalam jumlah tertentu juga dapat mengganggu kehamilan dan berakibat buruk pada munculnya anemia, defisiensi nutrisi dan masalah pencernaan. Penyakit celiac juga dihubungkan dengan meningkatnya risiko keguguran pada ibu hamil.

Penelitian yang dilakukan Karolinska Institute dan Johns Hopkins Children’s Center dan diterbitkan di American Journal of Psychiatry tahun 2012, menemukan bahaya gluten bisa menyebabkan gangguan infeksi, inflamasi kehamilan, serta memicu kemungkinan anak yang terlahir menderita skizofrenia.

Manfaat gluten

Meski dianggap memiliki hubungan gangguan kesehatan, ternyata gluten juga memiliki sejumlah manfaat. Gluten mengandung protein yang juga dibutuhkan oleh tubuh.

Gluten mampu mengurangi risiko tubuh terpapar logam berat seperti arsen, merkuri dan kadmium. Penelitian juga menemukan orang yang rutin mengkonsumsi gluten punya risiko 13 persen lebih kecil terkena diabetes tipe 2.

Sebuah penelitian di Universitas Harvard, mengamati pola makan sekitar 100 ribu obyek selama 25 tahun. Penelitian mengungkap 6 ribu kasus jantung koroner tahap awal dan setelah dirawat dengan konsumsi gluten, risiko berkembang menjadi sakit jantung lanjutan turun hingga 15 persen.

Selain itu, kanker kolorektal dapat berkurang risikonya hingga 17 persen dengan rutin mengkonsumsi gluten sebanyak 90 gram. Gluten juga membuat metabolisme tubuh lebih lambat, sehingga umumnya orang yang mengkonsumsi gluten akan merasa kenyang lebih lama.

Batas konsumsi gluten yang aman

Meski sejumlah penelitian menemukan bahaya gluten pada kesuburan dan kehamilan, namun Mom tetap tidak disarankan untuk melakukan diet bebas gluten. Pasalnya, diet hanya disarankan bagi mereka yang menderita penyakit celiac dan alergi gluten.

Memilih produk bebas gluten juga sebaiknya berhati-hati. Karena produk ini biasanya memiliki kadar gula, zat adiktif dan lemak yang lebih tinggi.

Penelitian terbaru di Universitas Leeds, Inggris mengungkap hanya 5 persen produk roti bebas gluten yang beredar di pasar diperkaya dengan kalium, zat besi dan tiamin.

Jadi jika Mom tidak sedang dalam program kehamilan, tidak menderita penyakit celiac, tidak alergi gluten, maka konsumsi gluten secara wajar tidak akan memengaruhi kondisi kesehatan tubuh.

Sejumlah pakar gizi menyarankan agar Mom berkonsultasi dengan dokter kandungan atau dokter gizi terkait kadar gluten yang aman dikonsumsi, terutama untuk Mom yang mengidap diabetes atau celiac.

Untuk mengurangi konsumsi gluten, Mom bisa menggantinya dengan memilih buah dan sayuran segar ketimbang makanan kemasan.

Baca juga: Diet Setelah Melahirkan yang Aman Dilakukan Sambil Menyusui