Mom, pernah mendengar tentang retensio plasenta? Retensio plasenta adalah salah satu kondisi serius yang dapat dialami ibu ketika melahirkan.

Satu-satunya cara penanganan retensi plasenta yakni dengan tindakan manual oleh dokter. Oleh sebab itu, ada baiknya jika Anda mencegah hal ini sebelum terjadi.

Berikut informasi lengkap mengenai retensi plasenta mulai dari arti, jenis, penyebab, gejala, cara penanganan, hingga pencegahannya.

Apa itu retensi plasenta?

Retensio plasenta adalah kondisi dimana ari-ari atau plasenta bayi tertahan di dalam rahim dan tidak bisa keluar secara alami selama proses persalinan.

Jika keadaan seperti ini terjadi, maka diperlukan tindakan lanjutan untuk mengambil plasenta keluar. Jika tidak, pendarahan akan terus berlanjut hingga mengancam nyawa ibu.

Pada persalinan normal, ari-ari akan keluar sendiri tepat setelah bayi terlahir sehingga menyebabkan rahim tetap berkontraksi.

Ibu dikatakan mengalami retensi atau tertinggalnya plasenta apabila selama 30 menit atau lebih setelah persalinan, plasenta tak kunjung keluar meskipun telah diberi rangsangan jelas The National Institute for Health and Care Excellence (NICE).

Apakah retensi plasenta berbahaya?

Retensi plasenta memang tidak berpengaruh pada bayi, namun jika tidak ditindaklanjuti dengan serius akan berbahaya bagi kondisi ibu.

Ibu akan mengalami pendarahan, demam, penurunan produksi asi, keputihan berbau, dan kemungkinan terburuk ialah kehilangan nyawa. Oleh sebab itu, penanganan retensio plasenta wajib dilakukan sesegera mungkin.

Apa saja jenis retensi plasenta?

Ada 4 jenis retensi plasenta yang mungkin dialami oleh ibu selama proses melahirkan yaitu plasenta adhesiva, plasenta akreta, plasenta inkreta, dan plasenta inkarserata.

1. Plasenta adhesiva

Plasenta adhesiva ialah kegagalan mekanisme separasi fisiologis yang diakibatkan oleh plasenta tertanam di rahim.

2. Plasenta akreta

Plasenta akreta yakni ketika posisi plasenta tidak hanya menempel pada dinding rahim melainkan mencapai sebagian lapisan otot rahim. Situasi berikut akan mempersulit jalannya persalinan dan membuat ibu mengalami pendarahan berat.

3. Plasenta inkreta

Jika plasenta akreta merupakan penempelan ari-ari pada sebagian lapisan otot rahim, plasenta inkreta adalah kondisi plasenta menempel di keseluruhan lapisan otot rahim.

4. Plasenta inkarserata

Plasenta inkarserata yaitu tertahannya ari-ari yang sudah terlepas dari dinding rahim akibat serviks atau mulut rahim tertutup dan menyempit sebelum plasenta dilahirkan.

Apa penyebab retensio plasenta?

Penyebab retensio plasenta umumnya karena gangguan kontraksi rahim. Kontraksi yang tidak cukup kuat dengan jeda lama menjadi salah satu faktor penghambat lahirnya ari-ari. Berikut penyebab retensi plasenta lainnya yang biasa ditemukan.

  • Antoni rahim

Penyebab retensi plasenta yang pertama yakni karena kontraksi berhenti atau disebut dengan antoni rahim.

  • Plasenta perkreta

Penyebab retensio plasenta selanjutnya yaitu plasenta tumbuh keluar dan menembus dinding rahim yang dikenal dengan plasenta perkreta.

  • Plasenta adheren

Plasenta adheren juga menjadi penyebab retensio plasenta. Ini adalah situasi yang bisa terjadi saat rahim gagal atau tidak kuat berkontraksi dan mengeluarkan ari-ari.

Selain ketiga hal di atas, sulitnya ari-ari lahir bisa dipicu beberapa faktor lain seperti:

  • Mengandung di usia 30 tahun ke atas
  • Melahirkan prematur di bawah usia 34 minggu kehamilan
  • Memiliki riwayat operasi caesar
  • Memiliki riwayat kuret

Bagaimana gejala retensio plasenta?

Gejala tertinggalnya plasenta sangat jarang dirasakan sebelum proses kelahiran dan umumnya muncul atau terdeteksi ketika persalinan. Salah satunya yakni ari-ari tidak keluar bahkan setelah 30 menit bayi terlahir. Tanda-tanda lain yang dirasa adalah:

  • Terjadi pendarahan hebat
  • Mengalami nyeri yang tidak sebentar
  • Demam
  • Vagina mengeluarkan cairan berbau tak sedap

Baca juga: Bisakah Penderita Plasenta Previa Melahirkan Dengan Normal?

Bagaimana penanganan retensio plasenta?

Penanganan retensio plasenta dilakukan dengan mengeluarkan ari-ari secara paksa oleh dokter melalui tindakan di bawah ini.

1. Mengeluarkan plasenta dengan tangan

Tindakan penanganan retensi plasenta satu ini dilakukan dokter dengan memasukan tangan ke rahim untuk mengambil ari-ari secara manual. Akan tetapi, cara berikut perlu kehati-hatian maksimal sebab dapat meningkatkan risiko terjangkitnya infeksi.

2. Menarik tali pusat

Menarik tali pusat adalah salah satu prosedur penangan retensio plasenta jenis inkarserata. Dokter akan menarik tali pusat secara perlahan sampai ari-ari keluar sepenuhnya.

3. Tindakan kuret

Plasenta akreta yang tertanam sebagian di lapisan otot rahim akan ditindak lanjuti oleh dokter menggunakan kuret.

4. Memanfaatkan obat-obatan

Terdapat obat-obatan yang dapat dimanfaatkan untuk menangani plasenta tak bisa keluar seperti ergometrin dan oksitosin.

5. Tindakan histerektomi

Apabila plasenta tenggelam terlalu dalam pada dinding rahim, histerektomi pun akan dilaksanakan demi menghindari hal-hal buruk. Proses berikut memaksakan terjadinya pengangkatan rahim sehingga ibu tidak dapat hamil lagi.

Bagaimana pencegahan retensi plasenta?

Gejala retensi plasenta memang sulit untuk didiagnosa. Namun, biasanya sebagai pencegahan, dokter kandungan akan bertanya seputar riwayat kesehatan Anda untuk memastikan apakah Mom memiliki risiko mengalami tertinggalnya ari-ari di rahim.

Tetapi, kemungkinan dokter akan merekomendasikan beberapa hal di bawah ini ketika telah memasuki tahap ketiga dari proses persalinan sebagai bentuk antisipasi retensi plasenta.

1. Pemberian obat oksitosin

Oksitosin mampu merangsang rahim berkontraksi sehingga membantu keluarnya plasenta.

2. Dilakukannya CCT (Controlled Cord Traction)

CCT atau Controlled Cord Traction merupakan prosedur menjepit ari-ari yang sudah terlepas bersamaan dengan menarik tali pusar bayi dan menekan pelan perut ibu.

3. Pemberian pijat rahim

Pijatan ringan pada rahim sesaat setelah bayi keluar dapat mengembalikan rahim ke ukuran semula dan menghentikan pendarahan.

Kesimpulan

Retensio plasenta adalah kondisi ari-ari tak bisa keluar secara alami dari dalam rahim. Situasi ini termasuk berbahaya bagi ibu sebab bisa mengancam nyawa.

Maka ada baiknya jika Mom melakukan konsultasi kandungan secara rutin untuk mendeteksi adanya kelainan sedini mungkin.

Baca juga: Apakah Normal Mengalami Pendarahan Setelah Melahirkan?