Anak-anak adalah kelompok yang rentan menjadi korban pelecehan atau penyimpangan seksual. Di Indonesia sendiri, angka kasus pelecehan ini semakin meningkat. Bahkan menurut catatan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ada ribuan kasus di mana paling banyak dialami oleh anak-anak.

Tentu ini miris sekali ya, Mom. Ditambah lagi data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia mencatat sebanyak 90% kasus penyimpangan seksual terjadi di sekolah dan di rumah, serta pelakunya bisa jadi orang terdekat.

Penyimpangan seksual akan sangat berpengaruh pada mental anak, sehingga sebagai orang tua Mom harus bisa melindunginya. Lantas apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah penyimpangan seksual pada anak tersebut? Berikut penjelasannya.

Pengertian penyimpangan seksual

Penyimpangan seksual atau parafilia adalah sebutan untuk orang yang mengalami gangguan mental berupa bangkitnya gairah seksual berupa fantasi, keinginan kuat untuk berhubungan yang menyebabkan penderita tidak peduli cara untuk memenuhi keinginannya.

Seseorang dikatakan menderita parafilia jika ia mengalami hal tersebut selama 6 bulan berturut-turut dan merasa stress atau lemas jika kebutuhannya tidak segera dipenuhi. Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan penderita dari penyakit mental ini merupakan pria yaitu 3-5% dari populasi laki-laki.

Parafilia atau penyimpangan seksual juga dapat diartikan sebagai ketertarikan seksual yang tidak wajar terhadap benda, situasi atau kelompok orang tertentu.

Hal ini tentu berbahaya karena penyimpangan seksual memiliki beberapa jenis yang di antaranya adalah pedofilia atau orang yang tertarik untuk berhubungan seksual dengan anak kecil. Baca kelanjutan artikel ini untuk mengetahui macam-macam penyimpangan seksual lainnya ya, Mom.

Macam macam penyimpangan seksual

Mom perlu mengetahui macam macam penyimpangan seksual untuk lebih berhati-hati ketika menghadapi pengidap parafilia. Hal ini juga penting diketahui agar Anda dan keluarga, terutama anak, terhindar dari penyakit mental ini. Beberapa jenis parafilia adalah sebagai berikut.

1. Pedofilia

Pedofil atau pedofilia adalah keadaan di mana seseorang memiliki fantasi seksual yang berlebihan pada anak-anak di bawah 17 tahun. Jika tak terkendali, pelaku bisa melakukan sexual harassment atau pelecehan seksual pada anak.

2. Voyeurisme

Pelaku yang mendapat kepuasan ketika mengikuti atau menguntit orang. Kegiatan yang disukai penderita parafilia jenis ini di antaranya mengintip orang yang berganti baju, di kamar mandi, atau melihat orang yang sedang berhubungan seksual secara diam-diam.

Penderita voyeurisme tentu meresahkan sebagian besar orang karena mereka biasanya melakukan aksinya dengan memasang kamera tersembunyi di bilik kamar ganti perbelanjaan atau kamar mandi umum.

3. Ekshibisionisme

Penderita ekshibisionisme ini biasanya menunjukkan kemaluannya pada publik untuk memuaskan hasrat seksualnya. Pelaku mendapatkan kepuasan jika korban merasa takut atas perbuatannya.

4. Froteurisme

Kelainan seksual yang merasakan kepuasan ketika menggesekkan alat kelaminnya pada tubuh orang yang tidak dikenal. Biasanya penderita froteurisme melaksanakan aksinya pada tempat umum yang padat seperti bus atau kereta.

5. Nekrofilia

Nekrofilia merupakan penderita penyakit mental yang merasa tertarik untuk berhubungan dengan mayat. Penderitanya bisa hanya berfantasi atau bahkan benar-benar melakukan hubungan seksual dengan orang mati.

6. Skatologia

Skatologia merupakan sebutan bagi orang yang merasakan kepuasan seksual melalui telepon. Hal ini tentu berbahaya jika lawan bicaranya tidak sadar bahwa si pelaku sedang memuaskan dirinya sendiri. Penderita skatologia biasa beraksi pada media sosial yang memiliki fitur panggilan telepon video.

7. Zoofilia

Penyimpangan seksual jenis ini merasa terangsang dengan binatang. Tak jarang penderita zoofilia membayangkan untuk berhubungan seksual dengan hewan seperti kambing, kucing, dan sebagainya.

8. Masokisme dan sadisme

Penderita penyakit mental masokisme akan merasakan kepuasan ketika ia dihina atau direndahkan oleh pasangannya. Sebaliknya, sadisme akan merasa puas jika ia menghina dan merendahkan pasangannya saat berhubungan seksual.

9. Fetisisme

Orang yang mengidap fetisisme akan merasa terangsang pada suatu benda atau bagian tubuh tertentu. Penderita penyimpangan seksual jenis ini bahkan ada yang berfantasi untuk melakukan hubungan seksual dengan orang yang sedang tidak sadarkan diri.

10. Jenis parafilia lain yang tidak spesifik

Masih ada banyak macam penyimpangan yang tidak spesifik atau belum dipelajari lebih lanjut oleh para peneliti. Beberapa di antaranya adalah coprophilia (ketertarikan dengan feses), autogynephilia (membayangkan dirinya sebagai gender yang berbeda), serta transvestism (memakai pakaian yang tidak sesuai dengan gendernya).

Perlu diingat bahwa pelecehan seksual atau pemerkosaan bukan merupakan gejala dari penyakit mental. Pelecehan seksual dan pemerkosaan tidak termasuk penyakit mental parafilia dan merupakan tindakan yang harus dijatuhi hukuman.

Baca juga: Media Sosial Untuk Anak: Tentang Privasi, Batasan dan Urgensinya

Faktor penyebab penyimpangan seksual

Hingga saat ini, faktor penyebab penyimpangan seksual masih dalam tahap penelitian. Beberapa riset mengungkap bahwa penyakit mental ini dipengaruhi oleh struktur otak pada manusia saat menanggapi rangsangan seksual.

Peneliti juga menemukan bahwa sebagian besar laki-laki pedofilia memiliki IQ yang cenderung rendah dibanding pria yang tidak pedofil dan kemampuan akademik yang lemah saat bersekolah dulu.

Secara psikologis, faktor penyebab penyimpangan seksual bisa dipengaruhi oleh trauma di masa kecil yang menjurus ke hal-hal di bawah ini.

  • Kesulitan dalam mengontrol emosi
  • Selalu bergantung pada orang lain
  • Bentuk pelampiasan dari trauma masa kecil seperti pernah dilecehkan atau bahkan diperkosa
  • Kurangnya pendidikan seks di lingkungan keluarga maupun sekolah
  • Tidak mendapat perhatian yang cukup dari orang tua

Cara melindungi anak dari pelaku penyimpangan seksual

Melindungi buah hati dari para predator seksual memang cukup sulit karena terkadang pelaku bersikap normal ketika berada di depan orang tua. Namun, mencegah lebih baik daripada tidak melakukan apapun bukan, Mom? Karena itu, simak upaya untuk melindungi anak dari pelaku penyimpangan seksual di bawah ini.

  1. Mengajarkan anak pendidikan seks sedini mungkin. Hal ini bisa dimulai dengan mengajarkan nama dari bagian tubuh dengan tepat agar ketika anak dilecehkan, ia mampu menceritakannya pada Mom dengan bahasa yang bisa dimengerti.

  2. Ajarkan pada anak terkait anggota tubuh yang tidak boleh dilihat oleh orang lain. Setelah mengajarkan nama organ tubuh yang benar, beritahu juga bahwa ada beberapa anggota tubuh yang tidak boleh dilihat atau disentuh oleh orang lain. Jika ada orang asing yang menyentuh atau melihat anggota tubuh tersebut, anak harus melapor pada orang dewasa.

  3. Curigai jika ada orang asing yang suka memberi anak hadiah. Hal ini bisa jadi merupakan cara mereka untuk memikat perhatian si kecil agar mau ikut dengan pelaku. Segera jauhkan orang tersebut dari anak atau laporkan pada pihak berwajib jika ia terbukti pernah atau akan melakukan aksinya.

  4. Kenali teman bermain anak. Pastikan semua temannya berusia sebaya dan apabila ada orang dewasa, ia tidak bergelagat aneh.

  5. Beritahu anak bahwa pelaku pelecehan seksual bisa dari orang yang terlihat baik dan rupawan atau bahkan orang yang ia kenal dekat.

Melindungi anak wajib dilakukan oleh orang tua agar anak terhindar dari dampak penyimpangan seksual. Hal tersebut bisa dilakukan dengan memberikan pemahaman kepada anak tentang anggota tubuhnya yang harus dilindungi. Yuk cegah pelecehan seksual pada anak dan lindungi masa depan mereka!

Baca juga: Hati-hati! Ini 7 Kekerasan Pada Anak yang Jarang Disadari