Kekerasan pada anak bukan hanya berupa sesuatu yang tampak seperti kekerasan fisik. Lebih dari itu, ada banyak aktivitas tak tampak mata yang ternyata termasuk kekerasan pada anak, seperti pengabaian dan tindakan penolakan-penolakan pada anak lainnya.

Sebagai bentuk tanggung jawab mengasuh anak, orang tua tidak hanya bertugas memenuhi kebutuhan fisik anak seperti makanan dan pendidikan. Namun juga kebutuhan anak akan perhatian, kasih sayang dan rasa aman.

Apalagi di zaman sekarang, kekerasan pada anak tak hanya dapat dialami di rumah, tapi juga bisa di sekolah bahkan di lingkungan masyarakat. Berikut adalah contoh kekerasan pada anak yang seringkali tak disadari.

Kekerasan pada anak berupa penolakan

Apakah Mom pernah, saking marahnya pada anak sampai mendiamkannya dan menolak berkomunikasi dengannya?

Jika pernah, sebaiknya hentikan kebiasaan ini karena ini adalah salah satu contoh kekerasan pada anak. Anak akan merasa dirinya tak diinginkan lagi sehingga kondisi ini rentan memicu munculnya depresi.

Penolakan pada anak bukan hanya berupa mendiamkan, tapi juga termasuk menyalahkan anak berlebihan, bahkan mengusirnya dari rumah meskipun itu hanya berupa gertakan.

Dalam bentuk apapun, penolakan adalah hal yang menyakitkan. Anak yang mengalami penolakan berpotensi mengalami gangguan perkembangan terutama tingkah lakunya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Terutama apabila anak mendapatkan penolakan dari sosok ayahnya, hal ini berpotensi membuat anak merasa rendah diri, bersifat lebih agresif, bahkan sulit menjalin hubungan dengan orang lain kelak ketika ia dewasa.

Kekerasan pada anak berupa pemberian pengaruh buruk

Mungkin Mom mengira pengaruh buruk hanya bisa datang dari teman sebaya atau lingkungan sosial anak. Namun, siapa sangka, ternyata keluarga juga berpotensi menjadi pihak yang memberikan pengaruh buruk.

Pemberian pengaruh buruk sering diakibatkan tindakan/tingkah laku orang tua yang keliru serta dilakukan di depan anak, baik secara sengaja maupun tidak. Kemudian anak akan menirunya.

Contoh tingkah laku orang tua yang memberikan pengaruh buruk, misalnya berkata atau berperilaku kasar pada orang lain di depan anak, memberi anak tontonan yang tidak sesuai usia (tayangan mengandung unsur kekerasan, percintaan/romansa berlebihan, dan sebagainya) melakukan tindak kriminal di depan anak (mencuri, dan sebagainya), mengajarkan anak bersikap rasis, mengolok-olok suatu golongan, hingga pemberian barang-barang yang tidak diperbolehkan dikonsumsi anak-anak, seperti rokok bahkan narkoba.

Kekerasan pada anak berupa pengabaian

Salah satu hak anak di rumah ialah hak untuk mendapatkan perlindungan dari segala bentuk kekerasan, termasuk pengabaian.

Jika Mom tipe orang tua yang suka memberikan hukuman pada anak dengan cara mengabaikannya, ini adalah cara mendidik anak yang kurang tepat.

Mom mungkin berpikir dengan mengabaikannya, anak dapat merenungi kesalahan dan segera meminta maaf. Namun nyatanya, ini malah berakibat buruk untuk psikologisnya.

Pengabaian adalah contoh kekerasan mental yang dilakukan secara pasif. Umumnya orang tua tidak akan memedulikan keberadaan dan kebutuhan anak. Tidak ada interaksi sama sekali, sehingga anak pun tak terurus.

Akibatnya, anak jadi kurang perhatian karena kebutuhan dasarnya tak terpenuhi. Anak yang kurang perhatian dari orang tua akan mengalami gangguan perkembangan sosial emosional.

Hal ini ditandai dengan anak menjadi kurang percaya diri, rentan mengalami gangguan mental, kesehatan fisik terganggu sehingga jadi mudah sakit, serta perkembangan otak anak menjadi kurang optimal.

Kekerasan pada anak: kekerasan mental/psikis

Apakah Mom atau suami sering membentak anak? Sering berucap padanya dengan nada tinggi?

Hati-hati! Ini adalah contoh kekerasan mental pada anak.

Bukan hanya dari perkataan, kekerasan mental juga bisa muncul sebagai trauma lanjutan karena kekerasan fisik.

Selain itu, kekerasan psikis juga dapat berupa pemberian ancaman ketika tidak menuruti perintah orang tua, melontarkan perkataan-perkataan yang merendahkan anak, atau membentak dengan kata-kata kasar. Kesemuanya ini adalah termasuk bullying yang dilakukan secara verbal.

Dibandingkan dengan kekerasan fisik, kekerasan mental adalah kekerasan yang memberikan dampak paling buruk bagi kondisi psikologis, kesehatan fisik, bahkan kecerdasan anak.

Kekerasan pada anak berupa eksploitasi anak

Eksploitasi anak adalah pemanfaatan anak untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri. Dalam skala besar mungkin Mom sering menemui kasus-kasus perdagangan anak. Namun kekerasan ini berpeluang terjadi dalam lingkup keluarga.

Misalnya, ketika anak diberi beban atau tanggung jawab yang tak sesuai dengan kemampuannya. Tidak mungkin, kan anak 10 tahun diminta melakukan pekerjaan rumah yang membutuhkan tenaga fisik orang dewasa?

Kekerasan pada anak: mengasingkan anak

Mengasingkan anak bukan hanya berarti menjauhkan anak dari pergaulan atau teman-temannya, melainkan juga menjauhi anak dalam waktu lama.

Apabila Mom pernah mengurung anak di kamar atau kamar mandi, ini juga salah satu bentuk kekerasan anak berupa pengasingan.

Contoh lainnya misalnya:

  • Melarang anak terlibat dalam aktivitas dengan teman sebaya
  • Meninggalkan anak sendirian dalam jangka waktu yang lama
  • Membatasi pergaulan anak
  • Membatasi asupan makan anak
  • Menuntut anak melakukan tugas berlebihan

Kekerasan pada anak: meneror

Kekerasan anak berupa meneror dapat mengakibatkan anak merasa terintimidasi, ketakutan dan merasa tertekan. Meski mungkin dilakukan dengan tujuan bercanda, tapi ini tetaplah tidak baik bagi psikologi anak.

Kekerasan dalam bentuk meneror ini dapat berupa:

  • Ancaman jika anak tidak mau melakukan perintah orang tua
  • Mempermalukan anak di depan umum
  • Menghukum anak dalam bentuk apapun
  • Menakut-nakuti anak

Dampak kekerasan pada anak

Dampak kekerasan pada anak tak bisa diremehkan. Perasaan tersakiti ini bisa ia bawa sampai dewasa. Bahkan, efek negatif kekerasan anak berpotensi untuk tidak hanya merugikan diri anak sendiri, tapi juga orang-orang di sekitarnya.

1. Anak menjadi lebih emosi

Karena sering menerima kekerasan dari orang terdekatnya, anak akan menjadi lebih sensitif, lebih mudah marah, sering merasa sedih, rendah diri dan sering menderita sulit tidur. Selain itu, mereka cenderung lebih sulit berinteraksi dengan orang lain.

2. Fungsi otak anak menurun

Dalam jangka panjang, dampak kekerasan pada anak juga mempengaruhi fungsi otaknya. Hal ini mengakibatkan anak mengalami penurunan kecerdasan yang berdampak pada rendahnya prestasi akademik.

3. Berisiko lebih tinggi menderita gangguan kesehatan

Anak akan lebih mudah terkena gangguan kesehatan, baik kesehatan fisiknya maupun kesehatan mental. Trauma kekerasan di masa lalu yang masih membekas rentan memicu depresi, gangguan kecemasan, bahkan percobaan bunuh diri.

4. Sulit percaya pada orang lain

Karena mereka telah mengalami krisis rasa aman sejak kecil, maka anak lebih susah menaruh kepercayaan pada orang lain. Trust issues yang dideritanya tak jarang menjadi hambatan saat berhubungan dengan orang lain.

Itulah ketujuh contoh kekerasan pada anak yang jarang disadari dan dampaknya bagi anak. Apabila Mom pernah atau sering melakukannya, segera hentikan. Setiap anak berhak untuk bahagia dan merasa dicintai. Sebab, apabila semasa kecil anak sering menerima kekerasan, kelak di masa depan ia bisa saja tumbuh menjadi orang berperilaku buruk. Jadi, mari stop kekerasan pada anak dalam bentuk apapun.

Baca Juga: 10 Hak Anak di Rumah, Sudahkah Memenuhinya?