Kernikterus adalah jenis kelainan di mana terjadi kerusakan otak pada bayi baru lahir yang cukup langka.

Hal ini disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin dalam darah atau biasa dikenal sebagai penyakit kuning.

Namun, dalam kasus kernikterus, kelebihan bilirubin tersebut terjadi cukup parah sampai menyebar ke jaringan otak.

Meskipun demikian, kernikterus adalah penyakit yang dapat dicegah, dikenali gejalanya, dan diobati.

Artikel berikut akan membantu Anda memahami lebih dalam tentang penyakit kernikterus. Pahami pembahasan selengkapnya sekarang!

Download aplikasi ruangmom

Pengertian Kernikterus

Kernikterus adalah cedera struktur otak yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin dengan jumlah sangat tinggi di dalam darah.

Pengertian kernikterus adalah istilah yang berasal dari kata otak kuning dan diperkenalkan pertama kali oleh Schmorl pada tahun 1903 ini.

Secara lebih lanjut, pewarnaan kuning ini berasal dari tumpukan bilirubin di daerah pusat otak (nuclear region).

Penyebab Kernikterus

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kernikterus adalah penyakit akibat tingginya bilirubin dalam darah.

Perlu diketahui, bilirubin terbentuk dari produk pecahan sel darah merah yang sudah tak lagi terpakai.

Saat masih dalam kandungan, hati ibulah yang membantu membersihkan sisa-sisa bilirubin dari tubuh bayi. Nah setelah lahir, maka bayi harus melakukannya sendiri.

Kemudian apabila bilirubin menumpuk dan tak sempat terbuang, maka akan menimbulkan warna kuning yang tampak jelas di mata serta kulit bayi.

Baca juga: Jenis Imunisasi Bayi Baru Lahir, Ini Jadwal dan Urutannya

Gejala Kernikterus

Umumnya, penyakit kernikterus pada bayi ini ditandai dengan timbulnya warna kuning di tubuh pada wajah, dada, perut, kemudian ke tangan dan kaki.

Di samping itu, beberapa gejala lain dari kernikterus adalah:

  • Bayi tampak mengantuk dan menjadi sulit dibangunkan
  • Bayi malas menyusu
  • Bayi lebih rewel
  • Bayi lebih jarang BAK (kurang dari 6x/hari)

Nah selain gejala tersebut, Mom sebaiknya waspada akan kemungkinan kernikterus pada bayi bila menjumpai beberapa tanda berikut.

  • Menangis hebat dan sulit ditenangkan
  • Badan tampak kaku dan punggung melengkung ke luar seperti busur
  • Pergerakan mata tampak tidak wajar

Diagnosis Kernikterus

Perlu Mom dan Dad ketahui, penting untuk melakukan pemeriksaan fisik tentang kemungkinan adanya warna kuning pada mata dan kulit bayi setiap 8-12 jam di 48 jam pertamanya.

Biasanya, kadar bilirubin paling tinggi di usia 3-5 hari. Jadi untuk bayi baru lahir yang sudah diperbolehkan pulang sebelum berusia 72 jam, sebaiknya dipantau kembali untuk tanda kuning sampai 2 hari kemudian.

Pemeriksaan bilirubin dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang diletakkan di dahi bayi untuk mendapatkan kadar transcutaneous bilirubin (TcB).

Bila hasilnya di atas normal, maka akan dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil lebih akurat disebut sebagai kadar total serum bilirubin (TSB).

Baca juga: Caput Succedaneum, Trauma hingga Pembengkakan pada Bayi

Faktor Risiko Kernikterus

Adapun beberapa faktor risiko kernikterus adalah sebagai berikut.

  • Genetik
  • Ibu bergolongan darah O dan atau rhesus negatif yang berbeda dengan sang bayi
  • Bayi lahir prematur
  • Feeding difficulties (bayi mengalami kesulitan menyusui)

Cara Mengobati Kernikterus

Umumnya, cara mengobati bayi dengan kernikterus adalah dengan disinari lampu khusus di rumah sakit.

Sebagai catatan, menjemur bayi di bawah matahari secara langsung tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan sunburnt.

Selain itu, penting juga untuk memperbanyak asupan minum ASIP bayi untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan pembuangan bilirubin dari dalam darah.

Itulah penjelasan tentang pengertian kernikterus, hingga pengobatannya. Dapat disimpulkan, kernikterus adalah hal yang bisa dicegah melalui penanganan dini pada kadar bilirubin tinggi.

Segera konsultasikan pada dokter apabila si kecil telah menunjukan gejala penyakit ini. Dengan memberikan perawatan cepat dan tepat, bayi bisa terhindar dari kondisi yang tidak diinginkan.

Ditulis oleh: dr. Citra Amelinda, Sp.A, M.Kes, IBCLC

Baca juga: 7 Fakta Pneumonia pada Bayi dan Cara Pencegahannya