Mom, tahukah Anda bahwa gangguan kecemasan pada anak adalah sesuatu yang bisa terjadi dan perlu diatasi?

Bukan hanya orang dewasa saja, masalah kesehatan mental anak merupakan hal nyata dan serius sehingga harus mendapatkan penanganan yang tepat dari ahlinya.

Agar Mom bisa memahami lebih jauh tentang gangguan kecemasan pada anak tersebut, baca pembahasan berikut sampai selesai!

Download aplikasi ruangmom

Mengenal Gangguan Kecemasan pada Anak

Beberapa dari Mom mungkin berpikir bahwa rasa takut dan cemas adalah dua hal yang sama. Padahal sebetulnya, kedua hal tersebut merupakan emosi yang berbeda.

Perlu dipahami, takut adalah emosi yang dirasakan seseorang ketika dihadapkan pada suatu ancaman yang konkret dan nyata ada di hadapannya.

Salah satu contohnya yaitu merasa takut dengan anjing yang berada di hadapan kita.

Sementara itu, cemas adalah emosi yang dirasakan ketika memikirkan atau mengantisipasi ancaman yang mungkin saja terjadi ke depannya.

Sebagai contoh, merasa cemas pergi ke sekolah karena ada pikiran bahwa mungkin saja tidak ada yang mau berteman nantinya.

Kemudian berdasarkan American Psychiatric Association (APA, 2022), gangguan kecemasan adalah gangguan yang membuat seseorang menunjukkan perubahan gejala fisik, pikiran, dan perilaku akibat adanya perasaan takut dan cemas yang berlebihan.

Sebagai catatan, rasa cemas bisa juga terjadi dan merupakan hal yang terbilang wajar untuk dirasakan pada anak.

Apalagi jika anak berada di situasi asing, seperti bersama orang yang baru dikenalnya, atau sedang mengalami perubahan tertentu di hidupnya.

Jadi, bukan tidak mungkin kalau si kecil bisa saja memiliki gangguan kecemasan pada anak.

Namun perlu diingat ya Mom, diagnosis gangguan kecemasan pada anak hanya bisa dilakukan oleh tenaga ahli profesional, seperti psikolog klinis anak atau psikiater setelah si kecil menjalani pemeriksaan komprehensif.

Pasalnya, kemunculan gangguan kecemasan pada anak dapat dikatakan cukup persisten.

Selain itu, terdapat sejumlah kriteria tertentu yang perlu dipenuhi si kecil untuk dapat didiagnosis mengidap gangguan kecemasan pada anak.

Baca juga: 5 Penyebab Anak Terlambat Bicara dan Terapi untuk Mengatasinya

Penyebab Gangguan Kecemasan pada Anak

Sampai di sini, mungkin Mom bertanya-tanya, sebenarnya, apa penyebab gangguan kecemasan pada anak?

Pada dasarnya, kecemasan pada anak bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari internal hingga eksternal.

Adapun faktor internal yang dapat memicu kecemasan pada anak adalah temperamen bawaan dari si kecil dan kondisi genetik keluarga.

Perlu diketahui, ada beberapa anak yang secara temperamen lebih mudah merasa cemas, lebih reaktif dan intens dalam mengekspresikan emosi, dan butuh waktu lebih lama untuk beradaptasi dengan situasi baru.

Di sisi lain, ada pula anak yang secara temperamen lebih santai, tidak mengekspresikan emosi secara intens, dan cepat beradaptasi di situasi baru.

Selanjutnya, faktor eksternal yang bisa memicu dan memperparah kecemasan anak adalah peristiwa yang terjadi dalam hidup anak dan pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua.

Macam-Macam Gangguan Kecemasan pada Anak

Berikutnya, perlu dipahami pula bahwa sebenarnya, gangguan kecemasan pada anak tidak hanya terdiri dari 1 macam saja, Mom.

Adapun macam-macam gangguan kecemasan pada anak yaitu:

1. Separation Anxiety Disorder

Pertama, ada Separation Anxiety Disorder, yaitu kecemasan pada anak untuk berpisah secara sementara dengan figur orang dewasa yang menjalankan pengasuhan utama, misalnya Mom.

Sebagai catatan, macam-macam gangguan kecemasan pada anak ini adalah salah satu yang paling sering dihadapi oleh si kecil dan umum terjadi di usia 6 bulan hingga 4 tahun.

Anak dengan Separation Anxiety Disorder umumnya menolak untuk berpisah dengan figur orang dewasa yang dekat dengannya.

Oleh karena itu, mereka akan menghindari kegiatan yang butuh perpisahan sementara, dan memiliki kekhawatiran berlebihan akan kehilangan orang dewasa yang dekat dengannya.

Dampaknya, akan muncul perilaku ingin berada di dekat figur orang dewasa yang dekat dengannya terus menerus (clingy), menolak untuk masuk sekolah, dan selalu ingin ditemani di berbagai situasi dan kondisi.

Baca juga: 7 Tahap Perkembangan Motorik Anak, Begini Cara Stimulasinya!

2. Selective Mutism

Selective Mutism adalah kondisi ketika anak secara konsisten menolak untuk berbicara di situasi-situasi yang membutuhkan adanya interaksi sosial melalui berbicara satu sama lain, seperti di sekolah.

Umumnya, anak dengan Selective Mutism hanya diam saja sepanjang berada di sekolah, tapi ketika di rumah atau bersama keluarga, ia bisa menjadi individu yang berbeda dan bisa santai berbicara dengan leluasa.

Adapun dampak dari macam-macam gangguan kecemasan pada anak dengan Selective Mutism adalah adanya kesulitan untuk mengkomunikasikan kebutuhannya di sekolah kepada guru atau teman.

Sebagai contoh, apabila tidak paham dengan tugas yang diberikan, si kecil enggan untuk bertanya kepada guru sehingga membuat pengerjaan tugas menjadi terhambat.

Dalam bersosialisasi, anak pun menjadi terisolasi secara sosial dan terdapat risiko akan menjadi subjek ejekan dari teman-temannya.

3. Specific Phobia

Anak dengan Specific Phobia kerap menunjukkan rasa takut, cemas, atau menghindari suatu objek atau situasi yang memicu kecemasannya.

Rasa takut dan cemas biasanya selalu langsung muncul ketika dihadapkan pada objek atau situasi yang menjadi sumber fobianya.

Adapun beberapa objek atau situasi yang biasanya memicu fobia si kecil adalah ketinggian, binatang, melihat darah, hingga berada di ruangan gelap maupun sempit.

Pada anak, terutama anak usia dini, rasa takut dan cemas umumnya ditunjukkan melalui perilaku menangis, tantrum, kaku hanya diam saja, atau selalu ingin berada di sekitar orang dewasa yang dekat dengannya.

Nah biasanya, mereka tidak akan menunjukkan perilaku menghindar karena anak usia dini umumnya belum memahami konsep menghindari suatu hal (avoidance).

Sebaliknya, pada anak yang sudah lebih besar, ketakutannya dapat diekspresikan dengan menghindari hal tersebut.

Baca juga: 7 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini

Ciri-Ciri Gangguan Kecemasan pada Anak

Gejala kecemasan pada anak bisa ditunjukkan dari 3 kondisi, yaitu fisik, pikiran, dan perilaku. Berikut penjelasannya.

Gejala Fisik

Ciri-ciri gangguan kecemasan pada anak yang bisa terlihat dari gejala fisiknya, antara lain yaitu:

  • Mengeluh sakit perut & sakit kepala
  • Berkeringat berlebihan
  • Kondisi tubuh gemetar

Pikiran

Selanjutnya, dari segi pikiran, dapat dilihat bahwa ciri-ciri gangguan kecemasan pada anak di antaranya adalah memiliki pikiran negatif, seperti:

  • Merasa cemas orang tuanya meninggal
  • Cemas diejek teman
  • Merasa cemas ditertawakan oleh orang lain ketika akan tampil di panggung

Perilaku

Adapun ciri-ciri gangguan kecemasan pada anak yang dapat didentifikasi dari perilakunya yaitu:

    • Sulit konsentrasi
    • Menolak makan dan sulit tidur
    • Ada kemunduran perilaku (contoh: sudah lulus toilet training, tapi jadi sering mengompol lagi)
  • Clingy, terus menerus menangis
  • Lebih mudah marah dan tersinggung

Pada umumnya, ciri-ciri gangguan kecemasan pada anak paling banyak ditunjukkan melalui perilaku, seperti tantrum, menangis terus menerus, agresif, mudah marah, dan clingy (hanya mau di dekat orang tua, tidak mau berpisah).

Lalu, Kapan Mom Harus Waspada?

Walau pada dasarnya, rasa cemas wajar terjadi pada si kecil, terdapat situasi tertentu di mana gangguan ini perlu diwaspadai.

Yup, Mom perlu waspada, apakah rasa cemas si kecil mungkin saja akan atau telah berkembang menjadi gangguan kecemasan.

Adapun beberapa hal yang dapat Mom amati, yaitu:

  • Intensitasnya sudah berlebihan. Contoh: si kecil menunjukkan reaksi menolak pergi ke sekolah dengan hanya berdiam diri seharian di dalam pojokan kelas dan tidak mau bersosialisai dengan guru ataupun teman.
  • Durasi terjadinya berlangsung lama, seperti 1-3 bulan.
  • Frekuensi kemunculannya juga sering terjadi.
  • Perilakunya tidak wajar untuk anak seusianya. Contoh: di usia 9 tahun, si kecil menolak sekolah karena tidak mau berpisah dengan orang tua.
  • Kecemasannya sudah menimbulkan stress bagi dirinya dan orang di sekitarnya.
  • Kecemasannya mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari. Contoh: menolak sekolah, ketinggalan pelajaran, menolak makan, sulit tidur.
  • Perilakunya sudah membahayakan diri sendiri dan orang lain serta merusak lingkungan di sekitarnya.

Jika kecemasan yang dirasakan oleh anak sudah berdampak pada situasi-situasi di atas, Mom dapat melakukan konsultasi dan pemeriksaan dengan tenaga ahli, seperti psikolog klinis anak.

Demikian uraian mengenai gangguan kecemasan pada anak. Bisa disimpulkan bahwa hal ini penting Mom ketahui agar tidak salah bertindak dalam menghadapi kondisi yang mereka alami.

Pastikan untuk selalu berkonsultasi dan meminta bantuan profesional jika dirasa indikasi di atas terjadi pada si kecil. Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda!

Sumber: American Psychiatric Association, National Health Service

Ditulis oleh: Yasmine N. Edwina, M.Psi., Psikolog

Baca juga: Sindrom Prader Willi - Penyebab, Gejala, dan Penanganannya