Situasi yang serba tidak pasti akibat pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kondisi psikologis orang dewasa. Kesehatan mental anak juga rentan terganggu selama masa karantina di rumah saja.

Anak-anak dituntut bisa beradaptasi pada perubahan kehidupan sehari-hari. Rutinitas sekolah dan bermain yang biasanya dilakukan di luar rumah yang kini tak bisa lagi dilakukan ternyata memengaruhi kesehatan mental anak.

Dikatakan oleh ahli kesehatan jiwa anak Duke University, Robin Gurwitch, melansir Huffington Post, bahwa stres pada anak ditandai dengan perubahan fisiologis dan perubahan suasana hati juga perilaku.

Tetapi kadang anak sulit mengungkapkan apa yang mereka rasakan secara verbal. Nah, apakah Mom sudah melihat perubahan perilaku Si Kecil? Beberapa ciri di bawah ini bisa Mom perhatikan sebagai antisipasi diantisipasi Si Kecil alami gangguan mental selama di rumah aja.

1. Si Kecil berperilaku kembali ke masa kecilnya

Ketika anak mulai stres, biasanya akan menunjukkan perilaku yang kembali ke masa kecilnya. Seperti mengisap jempol atau mengompol.

Mom, bisa memperhatikan perubahan perilaku ini sebagai tanda kalau Si Kecil mulai stres. Sedangkan pada anak yang usia lebih besar, stres bisa dilihat dari perubahan fisiologis.

2. Keluhan somatik hingga penurunan nafsu makan

Kesehatan mental anak yang mulai terganggu juga bisa ditunjukkan melalui keluhan somatik. Mulai dari keluhan sakit kepala, sakit perut.

Mom mungkin akan menemukan tanda misalnya anak tidak bersemangat, penurunan nafsu makan hingga pola tidur yang terganggu. Anak pun akan menunjukkan kurang fokus hingga tidak perhatian.

3. Si Kecil berperilaku agresif

Anak-anak sebetulnya menunjukkan tanda-tanda yang mungkin Mom tidak sadari ketika mereka merasa stres selama masa karantina pandemik corona.

Dalam suasana stres, seorang anak bisa mengalami perubahan suasana hati. Mom bisa melihat beberapa perilaku yang harus diwaspadai di antaranya ledakan kemarahan, tiba-tiba menangis, merasa sedih, lebih manja hingga kehilangan minat untuk melakukan kegiatan favoritnya.

4. Si Kecil banyak bertanya hingga menarik diri

Rasa takut dan stres juga bisa membuat anak lebih banyak bertanya. Pertanyaan yang dikeluarkan anak-anak bertujuan untuk memastikan bahwa semua baik saja.

Seorang psikolog anak, Genevieve von Lob mengatakan, dalam kondisi ini, anak-anak akan lebih gelisah dan banyak bertanya sebelum waktu tidur dan merasa takut ditinggal sendirian.

Tapi perlu waspadai, banyak bertanya sering kali menjadi indikator kecemasan internal. Sehingga penting bagi Mom dan Dad untuk mendampingi dan menemani Si Kecil ketika memberikan kepastian pada anak bahwa kondisi yang dialami bukan hal buruk.

Sebaliknya, ada juga ada yang akan memilih untuk menarik diri. Dalam keadaan cemas, beberapa anak akan mulai mengabaikan anggota keluarga di rumah. Mereka bahkan menolak untuk berinteraksi dengan orang yang disayangi. “Beberapa anak mungkin lebih senang menyendiri di dalam kamar,” kata Von Lob.

Apa yang harus dilakukan?

Mom, agar kesehatan mental anak tidak terganggu maka ciptakan suasana nyaman di rumah. Pastikan selalu memantau dan mencatat setiap peningkatan gejala perubahan perilaku anak.

Apalagi untuk anak usia kecil yang belum bisa mengungkapkan perasaannya, Mom perlu memantau setiap saat peka terhadap perubahan kesehatan mental anak.

Tip untuk Mom, luangkan waktu untuk memperhatikan anak dan mendengarkan keluh kesah mereka. Jauhkan pekerjaan dan fokus saat bersama Si Kecil.

Mom juga bisa membuat jadwal kegiatan bersama dan bermain bersama anak di rumah saja. Sehingga anak merasa dunia bermainnya tidak hilang.

Hal lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah stres pada anak saat pandemik corona adalah jujur dan memberikan penjelasan soal kondisi pandemi saat ini. Libatkan anak untuk bisa menerapkan pola hidup sehat, misal dengan rajin mencuci tangan dengan sabun.