“Puasa bagi ibu hamil, boleh tidak sih?”

“Kalau sedang hamil puasa janinnya bagaimana, ya? Apakah nanti tidak akan kekurangan nutrisi?”

Jika ibu hamil puasa, apa yang perlu diperhatikan?

Siapa di antara bumil yang memiliki pertanyaan serupa seperti di atas? Sedang bingung dan mencari tahu apakah ibu hamil diizinkan untuk puasa dan tidak akan membahayakan janin?

Menjalankan ibadah puasa bagi ibu hamil sebenarnya memang tidak dilarang. Bahkan bagi yang menjalankannya dipercaya akan memberikan manfaat.

Tak hanya bisa meningkatkan ketenangan batin, yang sangat diperlukan saat hamil, berpuasa juga memberikan manfaat lainnya. Misalnya, menjaga berat badan tidak mengalami kenaikan secara drastis, termasuk membantu mengurangi risiko penyakit diabetes.

Puasa bisa membantu menurunkan kadar gula darah dan insulin, yang sering menjadi pemicu penyakit diabetes, termasuk diabetes dalam kehamilan.

Hal ini ditegaskan oleh dr. Yassin Yanuar MIB SpOG MsC dari Rumah Sakit Pondok Indah. Namun, ia mengingatkan kalau sebelum puasa, ibu hamil tentu saja perlu melakukan konsultasi lebih dulu dengan dokter kandungan.

Tujuannya, tentu saja untuk mengetahui lebih dulu bagaimana kondisi kesehatan ibu hamil. Apakah kuat dan tidak ada faktor yang menyulitkan puasa atau tidak. Menurutnya, ada beberapa kondisi yang memang membuat ibu hamil tidak melakukan puasa lebih dulu.

“Ada beberapa kondisi yang memang membuat ibu hamil pantang puasa. Misalnya, mengalami perdarahan, kontraksi atau adanya ancaman persalinan,” ujar dr Yasin.

Mengalami mual yang berlebihan atau hiperemesis gravidarum, serta ada riwayat penyakit seperti hipertensi, preeklampsia, diabetes, asma, serta kondisi lainnya yang memang perlu diketahui lebih dulu. Kehamilan kembar juga meningkatkan risiko, oleh karena itu penting untuk dipastikan ke dokter kandungan.

Artinya, jika ibu hamil dalam kondisi ‘normal’, tidak memiliki komplikasi, ada penyulit yang menyertai,maka mereka bisa menjalankan ibadah puasa dengan aman.

Hati-hati jika puasa di trimester awal

Meski aman dan memiliki banyak manfaat, dr. Yassin juga menyarankan puasa ini dijalankan bagi ibu hamil yang telah memasuki trimester kedua atau trimester ketiga.

Bagaimana jika masih ibu hamil puasa di trimester awal?

Menurut dokter kandungan yang berpraktik di RS. Bamed ini, di awal kehamilan umumnya banyak ibu hamil yang masih merasakan banyak keluhan, seperti rasa mual. Hal ini memang tidak terlepas dari perubahan hormon yang membuat ibu hamil masih perlu banyak beradaptasi.

“Kalau mual hebat, puasa sudah pasti dilarang. Belum lagi kalau memang ada keluhan lain seperti pusing atau mengalami gangguan pada pencernaan,” tukasnya.

Selain itu, penting diingat bahwa di trimester awal, merupakan momen penting bagi pertumbuhan janin. Di mana saraf, otak, hingga organ tubuh yang penting lainnya seperti jantung dan ginjal sedang berkembang dengan pesat.

Artinya, di awal kehamilan ibu hamil perlu memastikan agar kebutuhan nutrisinya tercukupi. Mencangkup nutrisi esensial yang terbagi menjadi 2 kategori: mikronutrien, dan makronutrien.

Makronutrien meliputi protein, karbohidrat, dan lemak. Sedangkan mikronutrien mencakup vitamin dan mineral seperti kalium, fosfor, kalsium, magnesium, vitamin A, vitamin C, vitamin D, dan lain-lain.

Puasa bagi ibu hamil, pastikan kebutuhan nutrisi tercukupi

Lebih lanjut, dr. Yasin menuturkan kalau ibu hamil juga perlu memerhatikan asupan kalorinya. “Ketika hamil, kebutuhan kalori jelas jadi bertambah, 300 hingga 500 dari kebutuhan semula. Jadi, kira-kira sekitar 2100 sampai 2500 setiap harinya,” paparnya.

Jika dalam kondisi puasa, maka kebutuhan tersebut harus dipenuhi ketika sedang berbuka dan sahur. Jika memang belum mencukupi, pola makan bisa juga dibagi tiga menjadi saat berbuka, menjelang tidur, dan ketika sahur.

Sementara untuk kebutuhan cairan, jangan lupa untuk mengonsumsi air sebanyak 2-2,5 L per hari. Dapat terbagi menjadi 8-10 gelas @250 cc.

Saat ibu hamil memutuskan untuk berpuasa, dr. Yasin juga mengingatkan agar tidak berpuas diri. Mengingat berat badan ibu hamil perlu naik sekitar 0,3 ingga 0,5 setiap minggunya, maka jika berat badan tidak kunjung bertambah atau justru malah menurun, puasa perlu dihentikan.

Tak hanya masalah pada berat badan, kondisi lain seperti merasa lemas, pusing, sesak, hingga keringat dingin, dan jantung berdebar-debar, maka puasa juga sebaiknya dihentikan.

“Jika merasa mual, muntah, nyeri perut, jumlah buang air kecil yang berkurang serta diare, sebaiknya perlu membatalkan puasa, dan jangan lupa untuk segera melakukan konsultasikan ke dokter kandungan,” pungkasnya.