Jika Anda dan pasangan sudah sepakat untuk menapaki jenjang pernikahan, ada beberapa persiapan yang harus dimatangkan bersama. Selain menentukan tanggal, tempat, dan konsep resepsi pernikahan, salah satu hal yang cukup menyita waktu dan pikiran adalah mengatur biaya pernikahan.

Pernikahan tidak hanya membutuhkan persiapan secara mental saja, tapi juga finansial. Bahkan tak jarang terjadi pergesekan pendapat saat mengatur biaya pernikahan. Karena itu jangan sampai masalah ini menjadi penghambat rencana pernikahan Anda.

Hal yang cukup sensitif saat akan melangsungkan pernikahan adalah membahas biaya pernikahan, siapakah yang akan menanggung berbagai macam pengeluaran nantinya? Alangkah lebih baik jika hal ini dibicarakan secara jernih sejak awal.

Pesta pernikahan tentunya membutuhkan persiapan yang matang agar tidak menjadi beban calon pengantin. Selain itu sumber biaya pernikahan juga harus dipertimbangkan sejak jauh-jauh hari, terutama jika pasangan calon pengantin belum memiliki finansial yang cukup banyak.

Bagi sebagian orang, membahas kesepakatan mengenai biaya pernikahan bukanlah hal yang mudah. Hal tersebut biasanya karena ada rasa tidak nyaman saat memaparkan kondisi keuangan masing-masing. Apalagi jika ada perbedaan kondisi ekonomi, di mana salah satu pihak cenderung lebih mapan.

Biaya pernikahan dan keterlibatan keluarga

Seperti yang dikutip dari Okezone, Perencana Keuangan Agustina Fitria mengatakan bahwa pernikahan lebih sering menjadi pesta keluarga, bukan hanya pesta calon pengantin. Tamu yang diundang pun tidak terbatas hanya teman atau kolega pengantin, akan tetapi rekan dari orang tua. Dengan demikian, anggaran pesta pernikahan sebaiknya didiskusikan dengan keluarga inti.

Jika terjadi kondisi tersebut, maka yang akan menanggung biaya pernikahan bukan hanya calon pengantin saja. Keluarga calon mempelai bisa urun rembuk untuk memenuhi kebutuhan, karena acara tersebut juga menjadi pesta keluarga.

Meskipun Anda dan pasangan yang akan menikah, namun perihal rencana pesta pernikahan juga akan melibatkan keluarga Anda dan keluarga pasangan. Mengenai siapa yang harus membiayai pernikahan, apakah keluarga pengantin wanita, keluarga pengantin pria, atau keduanya, tentu harus dibicarakan sejak awal.

Jika akan dibiayai bersama, maka harus dibuat kejelasan bagaimana rincian pembagiannya, siapa membayar apa. Tentu saja semua harus dibicarakan baik-baik, disesuaikan dengan kondisi keuangan kedua keluarga.

Sistem pembagian biaya dimulai dari pembicaraan antara kedua belah pihak, baik hanya antara si pengantin atau melibatkan kedua keluarga. Dalam diskusi ini, umumnya pihak pria akan menanyakan berapa uang hantaran yang diinginkan pihak wanita.

Setelah terjadi kesepakatan, pihak pria menyerahkannya untuk kemudian digunakan pihak wanita membeli seluruh keperluan pernikahan. Tidak ada jumlah yang pasti untuk biaya pernikahan yang harus ditanggung oleh masing-masing pihak. Semua berdasarkan kesepakatan dimana pihak wanita akan mengelolanya agar tidak keluar biaya terlalu banyak.

Melangsungkan pernikahan sesuai adat dan tradisi

Jika Anda memutuskan untuk membuat pesta pernikahan sesuai dengan tradisi dan budaya yang ada, maka biasanya ada sedikit permasalahan jika Anda dan pasangan berasal dari daerah dan tradisi budaya yang berbeda. Contohnya jika keluarga calon pengantin pria berasal dari Jawa, dan calon pengantin wanita berasal dari Sumatera Barat. Tentunya ada banyak tata cara yang berbeda dalam penyelenggaraan pernikahan antara dua adat yang berbeda ini.

Untuk menghindari kesalahpahaman yang mungkin terjadi antara keluarga Anda dan keluarga pasangan, ada baiknya untuk berkonsultasi dengan tetua adat. Dalam tradisi Jawa, pihak wanita yang akan menggelar hajat pesta pernikahan. Karena itu, sebagian besar biaya pernikahan akan ditanggung oleh keluarga calon pengantin wanita. Sementara keluarga pria ikut menanggung biaya pernikahan yang jumlahnya tidak sebesar pihak keluarga wanita.

Selanjutnya pihak keluarga pria bisa menggelar pesta sendiri yang dikenal dengan nama ‘ngunduh mantu’, Biasanya pesta ini digelar sekitar setelah seminggu pesta pernikahan digelar di tempat keluarga wanita. Selain itu, biasanya pengantin laki-laki bertanggung jawab atas cincin kawin, izin menikah, biaya administrasi, sewa atau pembelian pakaian pengantin, dan sebagainya.

Selain sistem tradisional ini, sistem pembagian biaya pernikahan juga bisa diubah dengan kesepakatan tertentu. Misalnya dengan membagi secara merata beban biaya pengeluaran, dimana setiap keluarga menentukan jumlah total biayanya, lalu membaginya menjadi 50-50. Selain itu bisa juga disepakati dengan persentase tertentu, misalnya, 60-40 atau 70-30. Hal yang terpenting adalah komunikasi dan memahami kondisi keuangan masing-masing.

Apapun rencana resepsinya, sebaiknya didasari dengan kondisi ekonomi dan kemampuan finansial kedua belah pihak, bukan berdasarkan tradisi atau keharusan tertentu.

Jika memutuskan menanggung biaya pernikahan sendiri

Kebanyakan orang tua ingin mengundang kerabatnya pada pesta pernikahan anak mereka. Namun belakangan ini cukup menjadi tren dimana pasangan pengantin menggelar pesta pernikahan dengan cara yang lebih sederhana. Tanpa harus repot mengundang banyak tamu yang kebanyakan adalah relasi dari orang tua mereka, pasangan ini cukup hanya mengundang para sahabat mereka

Pilihan tempat tak perlu terlalu besar, cukup hanya di restoran dengan kapasitas sekitar 100-150 tamu. Hal ini tentunya akan membuat pesta lebih intim dan penuh kehangatan.

Pesta pernikahan seperti ini biasanya dibiayai sendiri oleh pasangan pengantin, tanpa bantuan orang tua mereka. Namun, hal yang harus dipastikan adalah restu dari orang tua yang sudah disepakati sejak awal.

Sekali lagi, hal yang paling penting adalah mengadakan pesta pernikahan tanpa harus membebani. Karena resepsi pernikahan tidak harus mewah, yang terpenting adalah dilaksanakan secara khidmat sebab pernikahan adalah prosesi sakral.

Pernikahan adalah hari spesial untuk setiap pasangan. Mom pasti memiliki impian pernikahan yang ideal. Namun, dari mencari lokasi sampai wedding organizer yang tepat, biaya bisa saja menjadi kendala. Jangan khawatir, sekarang Mom bisa mengajukan pinjaman KTA OCBC NISP!

Dengan limit sampai Rp 200 juta, bunga mulai dari 0.99%, dan waktu tenor hingga 3 tahun, Mom bisa mewujudkan pernikahan impian dengan biaya yang cukup.

Pengajuan KTA OCBC NISP pun mudah, tanpa perlu ke bank. Caranya cukup membuka halaman KTA OCBC NISP di ponsel dan masukkan kode referal KTAxRUANGMOM saat mengisi formulir.

Wujudkan pernikahan ideal Mom segera, ajukan KTA OCBC NISP sekarang juga!

Baca juga: Daftar Adat Pernikahan Termahal di Indonesia, Mana yang Jadi Pilihan Anda?