Kapan, ya, waktu yang tepat untuk memulai tabungan pendidikan anak? Apakah sejak menikah, menunggu saat sudah punya anak, atau justru menunda saat anak mulai sekolah saja?

Pertanyaan ini tentu akan terbersit di benak Mom dan Dad. Benar tidak?

Mengetahui fakta bahwa biaya pendidikan anak tidak sedikit, jika Mom dan Dad ingin memberikan pendidikan terbaik untuk anak, maka dana pendidikan tentu saja perlu disiapkan sedini mungkin.

Jika terlambat menyiapkannya, bukan tidak mungkin jika kondisi ini akan menghambat jenjang pendidikan anak di kemudian hari. Agar si kecil bisa berkompetisi saat dewasa, Mom dan Dad, tidak ingin mereka mendapatkan pendidikan yang sekadarnya bukan?

Banyak kasus yang memperlihatkan ketidaksiapan orangtua melakukan investasi pendidikan. Alhasil, ketika anak mulai sekolah, pilihannya pun akan menjadi terbatas karena masalah tidak ada dana. Atau, orangtua memaksa melakukan pinjaman ke sana ke sini demi memenuhi uang pangkal sekolah anak namun berujung dengan hutang yang sulit dibayar.

Jika hal ini tidak ingin dialami, maka ada beberapa langkah utama yang perlu Mom dan Dad lakukan. Apa saja?

1. Jangan tunda perencanaan tabungan pendidikan anak

Prinsipnya, makin cepat akan lebih baik. Oleh karena itu, jangan menunda terlalu lama untuk mulai berinvestasi untuk masa depan anak. Faktanya, tidak sedikit orangtua yang memahami pentingnya menyiapkan dana untuk pendidikan anak. Namun kerap tertunda dengan berbagai alasan.

Umumnya ada beberapa penundaan yang sering dilakukan. Misalnya, memilih menggunakan dana untuk membeli kendaraan lebih dulu, atau justru mementingkan untuk mendahulukan untuk liburan lebih dulu.

Tak hanya itu, pemikiran seperti, “Ah, nanti saja investasinya, toh, anak saya masih bayi. Sekolah masih lama, apalagi kuliah. Masih 18 tahun lagi?”

Percayalah, waktu akan bergulir sangat cepat. Jika terus menunda, salah satu risikonya adalah akan sulit mengejar lajunya inflasi setiap tahun.

2. Rencanakan jenis pendidikan dan sekolah mana yang akan dituju

Meski si kecil belum sekolah, bukan berarti Mom dan Dad tidak memiliki rencana atau bayangan sekolah yang akan dituju bukan? Misalnya jenis sekolah yang diinginkan adalah sekolah negeri, swasta, atau malah di luar negeri.

Pemilihan jenis sekolah ini tentu saja akan tergantung dari value Mom dan Dad, termasuk juga dengan minat dan bakat anak yang bisa dilihat di kemudian hari.

Setelah mengetahui jenis sekolah, Mom dan Dad tentu saja sudah bisa mulai melakukan survei untuk mengetahui biaya uang pangkal sekolah atau pun bulanan yang harus dikeluarkan. Dengan demikian, Mom dan Dad akan tahu berapa besaran dana yang akan dibutuhkan.

3. Tentukan produk investasi yang tepat

Memilih investasi pendidikan anak perlu hati-hati, salah satunya mempertimbangkan naiknya inflasi. QM Financial menyebutkan kalau data Bank Indonesia menyebutkan rata-rata inflasi biaya hidup 5 tahun terakhir sekitar 5,5 persen.

Sedangkan inflasi biaya pendidikan jauh lebih besar dibandingkan inflasi biaya hidup. Besaran inflasi bervariasi ini memang tergantung dari pilihan sekolah. Umumnya, untuk perhitungan Dana Pendidikan QM Financial menggunakan asumsi inflasi TK-SMA sebesar 16 persen, sedangkan S1 12 persen.

Jika Mom dan Dad ingin memulai tabungan pendidikan anak, penting untuk menentukan target waktu dan perkiraan besaran dana yang dibutuhkan untuk setiap jenjang sekolah anak terlebih dahulu.

Jika sudah, maka bisa dapat memperkirakan target imbal hasil yang dibutuhkan dalam setiap jenjang pendidikan. Dengan demikian, Mom dan Dad pun pun bisa menentukan jenis produk investasi yang sesuai. Lalu, apa saja produk tabungan pendidikan anak yang tepat untuk Mom?

  • Logam Mulia

Investasi ini dinilai cukup konvensional dan masih kerap dipilih masyarakat Indonesia. Dalam jangka panjang, harga emas terus berangsur naik dan terutama diakui mampu mengalahkan nilai inflasi. Perlu diketahui, kenaikan harga emas memiliki rentang 10 persen – 22 persen per tahun.

  • Reksa dana

Umumnya reksa dana dibagi menjadi empat jenis berdasarkan instrumen penempatannya. Mulai dari pasar uang, pendapatan tetap, campuran dan saham.

Setiap jenis reksa dana tentu memiliki potensi imbal hasil dan risiko yang berbeda-beda. Semakin tinggi nilai imbal hasil yang diharapkan, semakin tinggi pula risikonya. Reksa dana ini lebih cocok ‘dimainkan’ dalam jangka panjang.

Untuk return atau imbal hasil per tahunnya berbeda. Untuk reksadana pasar uang +/- 5 persen, reksadana pendapatan tetap +/- 8 persen, reksadana campuran +/- 10 persen sedangkan untuk reksadana saham +/- 13 persen.

  • Saham

Pilihan lain untuk tabungan pendidikan anak bisa dengan saham. Meski lebih berisiko, namun investasi saham mampu menghasilkan keuntungan return yang sangat signifikan terhadap keuangan.

Apapun pilihan produknya, saat memilih, pastikan lebih dulu memahami dengan baik instrumen investasi yang dipilih. Jangan ragu untuk bertanya kepada investor atau financial advisor yang telah berpengalaman untuk mendapatkan arah investasi yang tepat.

4. Pisahkan dana pendidikan dengan aset

Hal lain yang tak kalah penting untuk dilakukan adalah tidak mencampuradukan dana pendidikan dengan aset yang Mom dan Dad miliki.

Karena risiko bisa saja terjadi sewaktu-waktu dan di luar ekspektasi. Mom dan Dad bisa saja kehilangan rumah sebagai aset karena tidak mengatur alokasi yang tepat dengan dana pendidikan anak. Hal ini bisa berujung pada kegagalan Mom dan Dad menikmati hari tua.

Baca juga: Baca juga: Persiapkan Dana Darurat Bahkan Sebelum Si Kecil Lahir