Sawan pada bayi memang sangat sering dikaitkan dengan hal-hal berbau mistis. Banyak sekali masyarakat yang percaya bahwa bayi tidak boleh melakukan hal-hal tertentu agar tidak terkena sawan.

Contohnya adalah tidak boleh membawa bayi ketika melayat ke rumah orang meninggal. Sebab, dipercaya bahwa bayi bisa melihat arwah yang ada di sana. Nah, hal inilah yang akan membuat bayi terkena sawan. Lantas, apakah benar sawan bayi ini merupakan mitos atau hal yang bisa dijelaskan secara ilmiah?

Kalkulator Finansial

Apa Itu Sawan?

Istilah sawan pada bayi ini sebenarnya tidak ada dalam dunia medis. Namun, istilah tersebut biasa medis sebut sebagai kejang. Selain itu, menurut Stanford’s Children Health, kondisi sawan bisa diartikan sebagai kejang epilepsi. Sawan ini bisa terjadi berbulan-bulan pada awal kelahiran bayi.

Namun, hal ini bisa hilang sendiri seiring dengan bertambahnya usia. Jadi, sawan menurut penjelasan medis merupakan kondisi otak yang menerima sinyal secara berlebihan dari sel saraf.

Nah, akibat dari reaksi inilah yang menyebabkan sinyal normal pada otak terganggu. Sawan memang sering dialami oleh bayi berusia 12 hingga 18 bulan. Namun, untuk usia bayi berapapun sebenarnya bisa mengalami yang namanya sawan.

Bahkan, kejang atau sawan bayi ini bisa terjadi pada bayi dengan tumbuh kembang normal. Selain itu, bayi yang belum pernah mengalami gangguan saraf pun bisa mengalami yang namanya sawan atau kejang tersebut.

Nah, pada kondisi inilah seringnya orang tua merasa panik. Padahal, kejang pada umumnya bukanlah suatu kondisi yang berbahaya. Bahkan, hal ini bisa terjadi selama beberapa menit saja.

Baca Juga: Lidah Bayi Putih? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Tanda Sawan pada Bayi

Berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI, sawan bisa ditandai dengan mata mendelik serta kedua tangan dan kaki menjadi kaku. Selain itu, hal ini juga disertai dengan gerakan seperti kelojotan.

Saat kejang terjadi, biasanya anak dalam kondisi yang tidak sadar, sehingga tidak bisa memberikan respons apapun. Meskipun sering dikaitkan dengan mitos, namun faktanya memang ada penjelasan medisnya. Nah, bayi yang terkena sawan ini bisa Mom ketahui dari beberapa ciri seperti berikut ini:

  • Menangis secara berlebihan, terutama pada sore atau malam hari.
  • Tangisannya sangat keras dari biasanya.
  • Terlihat kesakitan dan tidak nyaman.
  • Gumoh atau memuntahkan susunya. Hal tersebut karena terjadi gangguan pada reflux.
  • Mengepalkan jari,
  • Menarik kaki.
  • Wajahnya memerah.
  • Melengkungkan punggungnya.
  • Kejang secara tiba-tiba.
  • Demam.

Apa Penyebab Sawan Pada Bayi?

Menurut Korean Journal of Pediatrics, sawan bisa terjadi karena faktor genetik. Sementara faktor yang meningkatkan resiko sawan adalah adanya riwayat turunan. Jadi, sawan bisa dijelaskan secara ilmiah medis dan bukanlah mitos. Agar lebih jelas, berikut adalah beberapa penyebab sawan:

1. Kejang Demam

Kejang demam sering orang sebut juga dengan sawan. Kondisi ini sendiri merupakan kejang yang terjadi karena bayi sedang demam. Demam tersebut terjadi karena adanya infeksi.

Kejang demam ini bisa terjadi pada bayi yang sehat dan memiliki perkembangan normal. Jadi, ketika kejang demam terjadi, Mom tidak perlu merasa bingung dan takut. Jika Anda tidak tahu apa yang harus Anda lakukan, silakan hubungi saja dokter untuk penanganan yang lebih lanjut.

Bayi yang kejang bisa mengalami demam lebih tinggi dari 38 derajat celcius. Selain itu, kondisi ini juga bisa membuat bayi bisa hilang kesadaran. Upaya yang bisa Mom lakukan saat itu adalah dengan menggoyangkan lengan dan kakinya.

Korean Journal of Pediatrics mengungkapkan bahwa klasifikasi kejang demam ini terbagi menjadi dua, yakni kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Berikut penjelasan lengkapnya untuk masing-masing klasifikasi:

  • Kejang demam sederhana merupakan jenis paling umum terjadi. Durasi waktu kejang hanya beberapa detik hingga 15 menit paling lama. Jenis sawan pada bayi ini tidak akan kambuh dalam waktu 24 jam dan tidak spesifik pada satu bagian tubuh tertentu. Serta tidak menyebabkan kerusakan otak.
  • Sementara kejang demam kompleks bisa berlangsung lebih dari 15 menit. Bahkan, jenis kejang ini bisa terjadi lebih dari sekali dalam waktu 24 jam.

2. Kolik

Kolik merupakan istilah medis untuk bayi yang terus menerus menangis dan rewel tanpa penyebab yang pasti. Kondisi ini sering terjadi pada bayi berusia 6 minggu. Serta sering terjadi pada malam hari. Namun, kondisi ini juga akan mulai berkurang ketika usia bayi mencapai 3 sampai 4 bulan.

Ketika bayi mengalami kolik, maka bayi bisa menangis sambil berteriak seperti sedang kesakitan. Selain itu, muka bayi akan terlihat kemerahan atau pucat dengan tubuh yang kaku dan telapak tangan mengepal.

Tentunya ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya sawan satu ini. Berikut adalah kondisi pemicu terjadinya kolik:

  • Sistem pencernaan belum terbentuk secara sempurna.
  • Kadar bakteri baik tidak seimbang dalam saluran pencernaan.
  • Alergi terhadap makanan.
  • Terlalu banyak atau sedikit makan.
  • Sensitivitas terhadap cahaya.
  • Terlalu banyak stimulasi.
  • Intoleransi laktosa.
  • Hormon yang menyebabkan sakit perut.
  • Sistem saraf yang belum berkembang secara sempurna.

Cara Mengatasi Sawan pada Bayi

Langkah mengatasi sawan pada bayi bisa Mom lakukan berdasarkan penyebabnya. Nah, berikut ini adalah cara mengatasi sawan akibat kolik:

  • Menyusui secara teratur.
  • Mengubah posisi bayi.
  • Mengelus bayi.
  • Memberikan dot bayi.
  • Membedong bayi.
  • Membawanya berjalan-jalan.

Sementara untuk bayi yang sawan karena kejang demam, maka bisa menggunakan cara dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) berikut ini:

  • Baringkan bayi di atas lantai.
  • Jangan memasukkan makanan atau minuman ke dalam mulut bayi.
  • Longgarkan pakaian bayi.
  • Miringkan tubuh bayi.
  • Jangan menahan gerakan kejang bayi.
  • Segera cari bantuan darurat medis.

Sudah Paham Mengenai Apa itu Sawan pada Bayi?

Setelah Mom membaca artikel di atas, tentunya Anda sudah paham bahwa sawan pada bayi bukanlah mitos. Namun, merupakan kondisi medis yang bisa dijelaskan secara ilmiah. Sekarang, jika si kecil mengalami sawan, Mom sudah tidak perlu panik lagi, ya!