Seperti yang Mom ketahui, proses vaksinasi Covid-19 masih berlangsung hingga saat ini. Beberapa vaksin seperti vaksin AstraZeneca dan Sinovac telah diedarkan luas ke seluruh Indonesia.

Meski telah dinyatakan aman oleh pemerintah, namun pada awal kehadirannya vaksin AstraZeneca sempat memicu polemik karena dinilai berbahaya dan mampu menimbulkan pembekuan darah, Mom. Benarkah demikian? Untuk lebih jelasnya, simak informasi lengkap seputar kandungan vaksin AstraZeneca di sini!

Apa itu vaksin AstraZeneca?

Mom, AstraZeneca adalah salah satu jenis vaksin Covid-19. AstraZeneca mengandung sebuah virus yang sebelumnya telah dilemahkan sehingga akan mengajari tubuh menghasilkan protein pemicu respon imun. Dengan begitu, apabila sewaktu-waktu virus Covid-19 menyerang, tubuh bisa membuat antibodi guna melawan infeksi virus tersebut.

Lalu sebenarnya vaksin AstraZeneca buatan mana ya, Mom? Vaksin ini merupakan hasil dari pengembangan penelitian perusahaan farmasi bernama AstraZeneca dengan Oxford University, Inggris. Oleh sebab itu, pada awal kemunculannya, AstraZeneca disebut juga dengan vaksin corona oxford.

Berdasarkan laman resmi pemerintahan Inggris, kandungan vaksin AstraZeneca terdiri dari vektor adenovirus dari simpanse (rekombinan ChAdOx1-S) yang diselipkan glikoprotein spike dari virus SARS-Cov-2 sekaligus organisme hasil rekayasa genetika (GMO).

AstraZeneca juga telah dinyatakan bebas natrium, sebab hanya mengandung kurang dari 25 miligram setiap dosisnya atau 0,5 milliliter.

Perbedaan vaksin AstraZeneca dan Sinovac

Meski sama-sama berguna untuk mengatasi penyebaran Covid-19, namun terdapat perbedaan vaksin AstraZeneca dengan Sinovac.

1. Distribusi dan penyimpanan vaksin

Lama masa penyimpanan AstraZeneca adalah 6 bulan pada lemari pendingin dengan suhu 2 hingga 8 derajat celcius. Apabila dikeluarkan dari lemari pendingin, AstraZeneca bisa bertahan pada suhu 2 hingga 25 derajat celcius dalam waktu maksimal 6 jam. Vaksin ini tidak boleh dibekukan dan harus segera digunakan dalam waktu 6 jam setelah dibuka.

Lain halnya dengan AstraZeneca, vaksin Sinovac mampu bertahan hingga 3 tahun dalam lemari pendingin bersuhu 2 hingga 8 derajat celcius. Sinovac juga tidak bisa terpapar sinar matahari langsung.

2. Efektivitas vaksin

Perbedaan vaksin AstraZeneca dan Sinovac lainnya adalah mengenai efektivitas. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa efektivitas AstraZeneca dalam mencegah Covid-19 adalah sebesar 75 persen, lebih tinggi dari Sinovac yang berada di angka 56 hingga 65 persen.

Meski demikian, Mom tidak perlu terlalu khawatir dengan angka persentasenya. Kedua vaksin ini sama-sama sudah terbukti bisa menurunkan risiko gejala berat Covid-19, mempersingkat durasi rawat inap, hingga mencegah kondisi lebih buruk ketika terinfeksi virus corona.

3. Jadwal pemberian

Perbedaan vaksin AstraZeneca dan Sinovac yang sudah banyak diketahui adalah pemberian jadwal vaksin. Pemberian AstraZeneca dosis pertama dengan dosis kedua berjarak 8 hingga 12 minggu. Sementara pemberian vaksin Sinovac dosis pertama dengan dosis kedua berjarak lebih pendek, yakni 2 hingga 4 minggu.

Meski memiliki jadwal pemberian vaksin yang berbeda, antara AstraZeneca dan Sinovac sama-sama memiliki dosis yang sama Mom, yaitu 0,5 mililiter setiap kali suntik.

Baca juga: Begini Protokol Kesehatan 5M yang Benar untuk Cegah COVID-19

Fakta tentang vaksin AstraZeneca

Agar Mom memahami vaksin ini lebih dalam lagi, berikut fakta tentang AstraZeneca yang penting untuk Anda ketahui.

1. Dapat meringankan gejala Covid-19

Berdasarkan data dari National Surveillance System Covid-19 Hospitalisations yang ada di Inggris, menyebutkan bahwa sebanyak 73 persen penderita corona lansia berusia lebih dari 80 tahun tidak memerlukan rawat inap intensif setelah mendapatkan vaksin.

Ini artinya setelah dosis kedua AstraZeneca disuntikkan, vaksin ini akan bekerja lebih efektif dalam meringankan gejala Covid-19. Apabila sewaktu-waktu penerima AstraZeneca terpapar virus corona, maka dapat terhindar dari rawat inap intensif di rumah sakit.

2. Mencegah penularan Covid-19 yang lebih luas

Penelitian lain menyebutkan bahwa seseorang yang telah mendapatkan dosis lengkap AstraZeneca memiliki persentase lebih kecil untuk menularkan virus tersebut pada orang lain lho Mom, yaitu sekitar 38 hingga 47 persen.

3. Mendapat izin BPOM

Pemerintah Republik Indonesia melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah melakukan uji klinis terhadap AstraZeneca dan mengeluarkan Emergency Use of Authorization (EUA).

Tak hanya itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga sudah mengeluarkan fatwa bahwa vaksin ini bersifat mubah. Artinya, demi kepentingan kesehatan, MUI memperbolehkan penggunaan vaksin AstraZeneca untuk umat muslim.

4. Mengurangi risiko kematian Covid-19

Banyak penelitian menyatakan bahwa AstraZeneca terbukti mampu mengurangi risiko kematian akibat Covid-19. Penelitian oleh Italian Institute of Health melaporkan penurunan risiko kematian pada 13,7 juta jiwa yang telah menjalani vaksin ini adalah sebesar 95 persen.

Penelitian lain yang dilakukan Public Health England (PHE) dan National Institute of Health (NIH) mengeluarkan pernyataan bahwa AstraZeneca bisa mengurangi kematian pada penderita di atas usia 70 tahun hingga 80 persen. Untuk usia 60 tahun ke atas, AstraZeneca dan Pfizer-BioNtech berhasil mengurangi angka kematian sebesar 11.7000 kasus.

Baca juga: Cara Daftar Vaksin Covid-19 untuk Anak Usia 12-17 Tahun

Syarat penerima vaksin AstraZeneca

AstraZeneca merupakan vaksin yang dapat mencegah penyebaran Covid-19. Namun tidak semua orang diperkenankan untuk mendapatkan vaksin ini, Mom. Terdapat beberapa syarat penerima vaksin AstraZeneca seperti di bawah ini.

  • Apabila pernah terinfeksi covid dan sudah sembuh, vaksinasi baru bisa dilakukan setelah sembuh lebih dari tiga bulan.
  • Usia minimal adalah 18 tahun, namun kelompok lansia tetap bisa mendapatkan persetujuan vaksin dengan persyaratan tertentu.
  • Ibu hamil diharuskan menunda vaksinasi terlebih dahulu.
  • Apabila ingin menjalani program perencanaan kehamilan, bisa dilakukan setelah mendapatkan vaksin dosis kedua.
  • Tekanan darah harus di bawah 180110 mmHg.
  • Pengidap autoimun sistemik harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang merawat.
  • Ibu menyusui diperbolehkan mendapat vaksin AstraZeneca.
  • Pada pengidap epilepsi, vaksinasi dilakukan apabila penderita dalam keadaan terkontrol.
  • Pengidap penyakit kronis seperti gangguan ginjal dan penyakit jantung yang sedang dalam kondisi akut, harus menunda vaksinasi. Ketika kondisi telah terkendali, penderita diperbolehkan vaksin dengan syarat membawa surat keterangan dari dokter yang merawat.
  • Vaksinasi pertama bagi pemilik riwayat alergi berat seperti sesak napas dan bengkak, vaksinasi harus dilakukan di rumah sakit. Apabila alergi muncul setelah vaksin pertama, maka penderita tidak bisa melanjutkan ke vaksin kedua.
  • Pasien yang sedang menjalani terapi kanker harus membawa surat keterangan layak vaksin dari dokter yang merawat.
  • Apabila baru saja menerima vaksinasi lain selain Covid-19, maka vaksinasi ditunda satu bulan.
  • Pengidap HIV/AIDS yang sedang minum obat teratur, vaksinasi dapat dilakukan.

Kelompok lansia berusia 60 tahun ke atas diperbolehkan vaksin jika memenuhi kriteria yang ditanyakan sebagai berikut.

  • Apakah mengalami penurunan berat badan secara signifikan dalam satu tahun terakhir?
  • Apakah mengalami kesulitan ketika menaiki 10 anak tangga?
  • Apakah sering mengalami kelelahan?
  • Apakah mengalami kesulitan berjalan sekitar 100 hingga 200 meter?
  • Apakah mengidap paling sedikit 5 dari 11 penyakit? Seperti penyakit paru kronis, diabetes, stroke, penyakit ginjal, nyeri dada, serangan jantung, kanker, nyeri sendi, gagal jantung kongestif, asma, hipertensi. Apabila hanya mengidap 4, masih tetap tidak diperbolehkan vaksin.

Baca juga: Vaksin Corona Ditemukan, Ini Jenis Vaksin Covid untuk Ibu Hamil & Menyusui yang Aman

Efek samping vaksin AstraZeneca dan cara mengatasinya

Setelah mengetahui berbagai informasi tentang AstraZeneca, Mom juga perlu mengetahui efek samping vaksin AstraZeneca agar bisa segera mengatasinya.

  • Rasa nyeri pada area suntikan, dialami lebih dari 60 persen penerima vaksin.
  • Mialgia dan malaise, dialami lebih dari 40 persen penerima vaksin.
  • Mual dan arthralgia, dialami lebih dari 20 persen penerima vaksin.
  • Menggigil dan demam, dialami lebih dari 30 persen penerima vaksin.
  • Sakit kepala dan kelelahan, dialami lebih dari 50 persen penerima vaksin.

Jika efek samping di atas Anda alami setelah mendapatkan vaksin, tidak perlu khawatir, Mom. Berikut cara mengatasi efek samping ringan yang ditimbulkan.

  • Perbanyak minum air putih agar tidak terjadi dehidrasi ketika demam.
  • Untuk mengurangi nyeri pada area suntikan, kompres menggunakan air dingin dan kain bersih.
  • Melakukan olahraga ringan untuk mengurangi nyeri peradangan di tangan.
  • Agar sirkulasi udara terjaga ketika demam, gunakan pakaian longgar.
  • Apabila diperlukan, minumlah obat pereda nyeri seperti ibuprofen, antihistamin, ataupun aspirin.

Itulah informasi seputar vaksin AstraZeneca yang penting diketahui. Perlu diingat, sebelum mendapatkan vaksin pastikan kondisi kesehatan Anda mumpuni untuk menerima vaksin tersebut dan konsultasikan terlebih dahulu dengan tenaga medis, ya. Semoga sehat selalu, Mom!