Jika selama ini Mom sulit untuk berhenti berbelanja online, ada baiknya mulai waspada. Pasalnya, bahaya kecanduan belanja online nyatanya tak hanya sekadar bikin kantong bolong!

Kemajuan teknologi seperti sekarang ini memang sangat memudahkan hidup. Jika dulu kita harus menempuh perjalanan dan harus menghadapi kemacetan saat ingin berbelanja. Kondisi ini tidak perlu dirasakan lagi. Bahkan enaknya lagi, barang impian yang dipasarkan di luar negeri pun kini mudah didapat tanpa mengharuskan kita pergi mengunjungi negara tersebut.

Caranya, apalagi kalau bukan dengan belanja secara online!

Faktanya, menyukai belanja online dan memiliki kecanduan berbelanja ternyata tidak jauh berbeda. Dan menurut psikoterapis, kecanduan untuk membeli barang secara online harus diklasifikasikan sebagai kondisi kesehatan mental.

Istilah ‘gangguan belanja’ sebenarnya sudah telah lama ada, tetapi karena era digital memfasilitasi berbelanja dengan mudah. Semudah dengan menjentikan jari.

“Ini benar-benar saatnya untuk mengenali BSD sebagai kondisi kesehatan mental yang terpisah dan untuk mengumpulkan pengetahuan lebih lanjut tentang BSD di Internet,” Dr Astrid Müller, seorang psikoterapis di Hannover Medical School di Jerman.

Dalam sebuah studi kecil yang diterbitkan dalam jurnal Comprehensive Psychiatry, Müller meneliti kondisi tersebut dengan menganalisis 122 pasien yang mencari bantuan untuk kecanduan belanja online. Dari studi tersebut kemudian diketahui bahwa tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi dari biasanya ditemukan pada mereka kecanduan membeli online.

5 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Bahaya Kecanduan Belanja Online

1. Meskipun konsumerisme yang meluas telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, kecanduan belanja bukanlah gangguan baru. Itu diakui sejauh awal abad kesembilan belas dan disebut sebagai gangguan kejiwaan pada awal abad kedua puluh.

2. Seperti kecanduan lainnya, kecanduan belanja biasanya online merupakan cara mengatasi rasa sakit emosional dan kesulitan hidup. Padahal cara ini justru cenderung membuat segalanya lebih buruk daripada lebih baik bagi pembelanja.

3. Meskipun sejarahnya panjang, kecanduan belanja masih kontroversial, dan para ahli, serta masyarakat, tidak setuju apakah kecanduan belanja itu benar-benar kecanduan dan jadi tanda gangguan mental

4. Orang-orang yang berjuang dengan kecanduan belanja biasanya menghabiskan lebih banyak waktu dan uang untuk berbelanja daripada yang mampu mereka lakukan, dan banyak yang mengalami masalah keuangan akibat pengeluaran berlebihan mereka.

5.Kecanduan belanja dapat melibatkan pengeluaran impulsif dan kompulsif, yang menghasilkan tinggi sementara. Konon, orang yang kecanduan belanja sering dibiarkan merasa hampa dan tidak puas dengan pembelian mereka ketika mereka pulang

Masih Belanja Normal atau Sudah Ketergantungan?

Mungkin, akan terbersit di benak Mom, bagaimana cara mengidentifikasi belanja yang normal dan tidak. Jadi apa perbedaan antara berbelanja normal, sesekali berbelanja, dan kecanduan belanja?

Seperti halnya semua kecanduan, apa yang membuat kecanduan belanja berbeda dari jenis belanja lainnya adalah bahwa perilaku tersebut menjadi cara utama seseorang dalam mengatasi stres. Sampai pada titik di mana mereka terus berbelanja secara berlebihan bahkan ketika itu jelas memiliki dampak negatif pada bidang lain dari kehidupan

Tidak berbeda jauh dengan jenis kecanduan lainnya, masalah uang kemudian akhirnya dapat berkembang dan hubungan menjadi rusak. Termasuk relasi dalam pernikahan. Namun, orang dengan kecanduan belanja, seringkali menganggap kalau tidak mampu menghentikan atau bahkan mengendalikan pengeluaran mereka.

Kesulitan dalam mengendalikan keinginan untuk berbelanja ini bisa muncul dari pola kepribadian yang sama-sama dimiliki para pecandu belanja, dan yang membedakan mereka dari kebanyakan orang lain. Umumnya, mereka kerap merasa rendah diri, mudah dipengaruhi, dan, simpatik, sulit berkata tidak dan sopan kepada orang lain, meskipun mereka sering kesepian dan terisolasi. Pada akhirnya, berbelanja bisa membuat mereka merasa puas.

Bahaya Kecanduan Belanja Online, Ini Cara Mengatasinya

Penelitian menunjukkan bahwa sekitar tiga perempat pembeli kompulsif bersedia mengakui bahwa kebiasaan berbelanja mereka yang tidak bisa dikontrol pada akhirnya banyak menimbulkan masalah pada kehidupan. Tak hanya di bidang keuangan namun juga hubungan dengan pasanganya.

Agar tidak berlanjut, maka penting untuk mengetahui langkah apa saja yang bisa bisa dilakukan untuk mengatasinya.

  • Penting bagi Anda untuk bisa menemukan cara alternatif untuk menikmati waktu luang yang dimiliki. Hal ini tentu saja bisa membantu memutus siklus yang sebelumnya Anda manfaatkan un untuk belanja sebagai jalan keluar untuk merasa lebih baik tentang diri Anda.

  • Jika orang lain di keluarga ada yang bisa dapat mengambil tanggung jawab ata peran untuk berbelanja barang-barang penting, seperti makanan dan barang-barang rumah tangga, itu dapat membantu untuk mendelegasikan tanggung jawab kepada mereka. Setidaknya, sementara waktu bisa Anda gunakan untuk mencari bantuan dan belajar untuk menahan diri untuk tidak berbelanja.

  • Punya kartu kredit yang sering Anda gunakan untuk berbelanja barang konsumtif dan tidak diperlukan? Kalau begitu, merupakan ide baik untuk menyingkirkan kartu tersebut. Termasuk menyimpan menyimpan uang darurat dalam jumlah kecil saja untuk Anda gunakan. Harapannya, Anda tidak bisa melakukan pembelian online secara spontan.

  • Berbelanja hanya dengan pasangan, teman atau kerabat yang tidak secara kompulsif juga bisa dijadikan jalan keluar. Pasalnya, saat bersama orang lain, mereka bisa membantu Anda untuk mengekang pengeluaran yang sebenarnya tidak diperlukan.

Jika Mom mulai merasa sulit mengontrol diri saat berbelanja online, tak ada salahnya untuk segera mendiskusikan dengan pasangan atau psikolog. Dengan demikian, Anda pun bisa mendapatkan ‘perawatan’ dan belajar bagaimana menghilangkan rasa candu dalam berbelanja.

Percayalah, dengan mendapatkan bantuan dalam memahami akar emosional yang menyebabkan kecanduan belanja merupakan aspek penting dari pemulihan dari kondisi yang membingungkan ini.

Baca juga: 5 Solusi Belanja Online Mudah dan Hemat