Berbeda itu biasa. Dengan memahami hal ini, harapannya si kecil bisa memiliki rasa toleransi yang besar saat berada di lingkungan manapun. Untuk itulah Mom dan Dad perlu mengajarkan anak cara menghargai perbedaan, baik ras ataupun agama.

“Aku nggak mau main sama kamu! Soalnya agamanya kamu kan beda sama aku.”

“Kenapa, sih, kulit dia hitam sekali, Ma? Beda sama aku… aku nggak mau, ah, punya teman yang kulitnya seperti itu.”

“Kok, dia pakai kursi roda, sih? Nggak bisa jalan, ya? Aku nggak mau, ah, main sama anak seperti itu.”

Jika Mom dan Dad mendengar kalimat di atas dilontarkan si kecil, respon apa yang akan diberikan?

Pertanyaan seperti di atas, tentu saja bisa diajukan si kecil kapan pun juga. Namun, jika sejak dini Mom dan Dad telah mengajarkan anak cara menghargai perbedaan, baik perbedaan akan suku maupun agama, maka akan lebih mudah untuk memberikan pengertian atau pemahaman pada si kecil.

Sayangnya, tidak sedikit orang tua yang melupakan salah peran penting yang perlu dilakukan dan melatihnya pada si kecil. Yaitu, mengenalkan konsep perbedaan sejak dini pada anak, sekaligus mengajak mereka mencintainya teman-teman atau lingkungan terdekatnya. Tanpa perlu ada sekat. Memandang apa agama, atau sukunya.

Dengan begitu, harapannya si kecil pun bisa lebih mudah untuk bertoleransi. Hal yang sangat penting untuk mencegah konflik yang bisa terjadi di tengah masyarakat.

Pertanyaannya, bagaimana mengajarkan anak cara menghargai perbedaan?

5 Cara Sederhana Mengajarkan Anak Menghargai Perbedaan

1. Menjadi Contoh yang Konkret Bagi Anak

Masih ingat, dong, kalau anak merupakan mesin fotokopi orangtuanya? Artinya, anak belajar dari contoh nyata yang ada di depan matanya. Sebelum ia belajar dari hal yang lain, mengajarkan anak cara menghargai perbedaan tentu saja perlu dimulai dari diri orangtua lebih dulu. Sudahkah menjadi contoh yang baik bagi anak-anak?

2. Perkenalkan Perbedaan Sejak Kecil

Salah satu kunci penting dalam mengajarkan anak toleransi dan menghargai perbedaan adalah dengan melakukan komunikasi dua arah. Sejak kecil, anak perlu paham bahwa berbeda itu biasa. Berbeda dari orang tidak tidak salah.

Lagi pula, pada dasarnya semua orang memang tidak akan ada yang sama. Bahkan untuk anak kembar identik sekalipun pasti memiliki perbedaan. Beda di sini tentu saja juga dalam artian yang beragam, beda warna kulit, beda suara, beda tinggi, ataupun perbedaan lainnya.

3. Paparkan Anak dengan Lingkungan yang Beragam

Hal lain yang tak kalah penting adalah memaparkan anak dengan lingkungan yang beragam. Sebagai contoh, jika anak belajar di lingkungan sekolah dengan basis agama yang sama, tak ada salahnya jika Mom dan Dad mengajak anak kenal dan berinteraksi dengan teman lainnya yang memiliki agama berbeda. Misalnya dengan cara mendorong anak untuk bisa melakukan aktivitas lain di luar sekolah. Atau, kenalkan atau ajak si kecil playdate bersama anak teman Mom dan Dad yang memiliki agama atau suku yang berbeda.

4. Hati-hati Saat Menilai atau Berkomentar Pihak Lain

Hati-hati dengan kalimat atau ucapan yang bisa didengar oleh anak. Meskipun telah dewasa, terkadang tanpa disadari kita pun kerap salah menilai atau mengomentari orang lain. Oleh karena itu, penting untuk menahan diri untuk tidak berkomentar menyangkut perbedaan, baik ras, suku, ataupun agama orang lain. Dengan demikian anak pun bisa belajar menghargai perbedaan.

5. Selektif dengan Memilih Media untuk Anak

Tidak bisa dipungkiri, saat ini masih ada media yang masih memberikan stereotipe. Oleh karena itu, cobalah untuk memerhatikan dan memilihkan media yang tepat untuk anak. Baik media yang akan ia dengar, baca atau tonton. Jika si kecil sudah bisa berkomunikasi atau memasuki usia 3 tahun, umumnya mereka sudah bisa diajak berdiskusi

Ada banyak alasan mengapa anak perlu belajar menghargai perbedaan dan bertoleransi dengan orang lain. Setidaknya, dengan kemampuan bertoleransi maka si kecil akan mudah masuk ke lingkungan mana pun juga. Ia pun akan mudah beradaptasi yang berkaitan dengan kecerdasan kognitif dan sosialnya.

.

Baca juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Suka Menyendiri