Menjalani kehamilan dengan sehat tanpa banyak kendala tentu saja menjadi harapan semua calon ibu. Sayangnya, di dalam perjalanan kehamilan, berbagai risiko bisa saja ditemui. Bahkan yang berjuang pada kehilangan bayi yang meninggal di dalam kandungan atau stillbirth.

Seperti yang dilansir dari laman World Health Organization, definisi yang direkomendasikan oleh WHO untuk menyebut kondisi kehilangan janin adalah ketika bayi lahir tanpa tanda kehidupan di usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Sesuai masa kehamilan, klasifikasi kondisi stillbirth adalah sebagai berikut ini:

  • 20 hingga 27 minggu : Kondisi stillbirth awal

  • 28 hingga 36 minggu : Kondisi stillbirth akhir

  • Setelah 37 minggu : Stillbirth

American Pregnancy Association menyebutkan setidaknya ada lima penyebab penyebab bayi meninggal dalam kandungan atau stillbirth yang paling umum terjadi. Apa saja?

Penyebab Bayi Meninggal dalam Kandungan

Masalah Kesehatan Ibu

Kehamilan yang sehat tentu perlu disiapkan sejak dini. Para pakar kesehatan, khususnya dokter kandungan selalu menyarankan agar pasangan suami istri yang sedang melakukan progam hamil untuk melakukan gaya hidup sehat. Bagi calon ini, langkah ini wajib dilakukan untuk mempersiapkan tubuhnya menjadi tempat yang nyaman dan sehat janinnya tumbuh berkembang dengan maksimal.

Termasuk untuk mencegah hal yang tidak diinginkan seperti kematian janin. Salah satu masalah kesehatan yang bisa penyebab bayi meninggal dalam kandungan adalah preeklampsia atau kondisi pada ibu hamil yang dapat terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu yang bermanifestasi berupa tekanan darah tinggi dan kerusakan ginjal.

Selain itu, masih ada beberapa penyakit lainnya yang mungkin mengintai adalah diabetes, lupus (gangguan autoimun), obesitas, trombofilia (kondisi kelainan pembekuan darah), jantung, gangguan tiroid, hingga infeksi virus atau bakteri tertentu.

Masalah Plasenta

Plasenta merupakan organ vital bagi tumbuh kembang bayi. Sebab, organ yang ada di dalam rahim ibu hamil yang berperan menyalurkan nutrisi, oksigen, dan darah dari ibu ke bayi dalam kandungan. Jika ada masalah pada plasenta, maka bayi pun berisiko tidak mendapatkan kebutuhan nutrisi dan yang dibutuhkan.

Masalah pada plasenta mencakup peradangan, pembekuan darah, infeksi, hingga kondisi solusio plasenta, di mana plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum bayi lahir.

Cacat lahir, dengan atau tanpa kelainan kromosom

Tahukah Mom, jika gangguan kromosom menyumbang sekitar 15-20% penyebab bayi meninggal dalam kandungan? Sampai saat ini kelainan kromosom termasuk salah satu penyebab bayi lahir mati. Terkadang, bayi memiliki malformasi struktural yang tidak disebabkan oleh kelainan kromosom, tetapi dapat disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan, dan penyebab lain yang tidak diketahui.

Bayi terlilit tali pusar

Salah satu penyebab bayi meninggal dalam kandungan yang paling sering ditemukan adalah dikarenakan bayi terlilit tali pusar atau tali pusat terpelintir di leher bayi. Kondisi ini bisa menghambat aliran oksigen ke bayi dan meningkatkan risiko stillbirth. Sayangnya, penyebab bayi terlilit tali pusat tidak bisa diketahui secara pasti dan tidak bisa dicegah.

Meskipun demikian, penting bagi ibu hamil untuk bisa mengetahui cara menghitung tendangan bayi. Jika memang gerakan atau tendangan bayi kian melambat, hal ini bisa menjadi ‘sinyal’ agar bumil lebih waspada.

Infeksi

Ibu hamil yang terinfeksi bakteri, khususnya saat usia kehamilan 24 hingga 27 minggu, bisa menjadi penyebab bayi meninggal dalam kandungan.Infeksi ini biasanya tidak disadari ibu hamil dan mungkin tidak terdiagnosis hingga menyebabkan komplikasi serius.

Bayi Meninggal dalam Kandungan, Bisakah Dicegah?

Meskipun kondisi bayi lahir mati atau stillbirth termasuk ke dalam kategori unexplained. Di mana penyebab pasti bayi meninggal dalam kandungan sebenarnya belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa langkah sebagai upaya mencegah atau mewaspadai agar kondisi ini tidak terjadi.

Apa yang perlu dilakukan?

dr. Kanadi Sumapraja, SpOG (K), MSc, Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Rumah Sakit Pondok Indah, Pondok Indah menjelaskan ada 3 langkah yang bisa dilakukan bumil untuk mencegah terjadinya stillbirth atau bayi lahir mati.

Terapkan Pola Hidup Sehat

Ia mengatakan, melakukan gaya hidup sehat dan pola makan merupakan hal dasar untuk mencegah terjadinya permasalahan kehamilan yang bisa meningkatkan risiko terjadinya bayi lahir mati atau stillbirth. Tidak hanya bermanfaat untuk hanya mencegah stillbirth, melakukan pola hidup sehat sesuai kondisi tubuh juga merupakan fondasi untuk menciptakan kehamilan yang sehat secara keseluruhan.

Kandungan nutrisi yang dimaksud tentu saja mikronutrien dan makronutrien, “Pada dasarnya, asupan ini tentu saja perlu dipenuhi oleh ibu hamil sejak program hamil. Jika Bumil dalam keadaan kekurangan nutrisi atau malnutrisi, ia tidak akan bisa memenuhi kebutuhan pokok janin. Konsekuensinya, risiko janin meninggal dalam kandungan sangat tinggi,” tukasnya.

Perhatikan Gerakan Bayi dalam Kandungan

Umumnya, gerakan bayi ini akan dirasakan pada minggu ke-26 hingga ke-28 masa kehamilan. Semakin besar usia bayi, maka tendangan pun akan lebih terasa. Penting bagi ibu hamil untuk mencatat seberapa sering bayi bergerak setiap hari. Mengetahui ritme pergerakan bayi bisa membantu mendeteksi jika tiba-tiba bayi dalam kandungan tidak bergerak aktif seperti biasanya.

Baca juga: Ingin Hamil Lagi Setelah Keguguran, Kapan Waktu yang Tepat?