Kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya soal kekerasan fisik semata. Namun, tanpa disadari dalam biduk rumah tangga, masing-masing pasangan pernah mengalami menjadi korban kekerasan verbal.

Sayangnya, ada yang tidak menyadari dan memahami kalau kekerasan verbal itu tidak beda dengan kekerasan fisik, sama-sama memberikan dampak negatif. Baik secara fisik dan psikis.

Kekerasan verbal dalam bentuk apapun harus dihentikan. Lalu, bagaimana menghentikannya?

Tanda kekerasan verbal dalam rumah tangga

Sebelum Mom ingin keluar atau mengatasi kekerasan verbal yang dialami, maka langkah awal adalah memahami dulu seperti apa bentuk kekerasan verbal itu.

Kekerasan verbal atau psikis adalah ucapan atau bahasa tubuh yang tanpa disadari digunakan untuk merendahkan pasangan. Hal ini bisa memberikan dampak buruk bagi masing-masing pasangan.

Ada berbagai bentuk kekerasan verbal. Mulai dari teriakan kata-kata kasar, komentar lembut tapi menjatuhkan hingga gerakan tubuh yang merendahkan pasangan.

Mom, harus bisa memahami ciri atau tanda kekerasan verbal yang bisa saja dilakukan oleh suami.

Misal, memberikan label buruk pada pasangan dengan menghina pasangan dengan kata-kata kasar misal bodoh, murahan atau pembohong.

Tanda Mom mengalami kekerasan verbal, bisa juga dari sikap pasangan yang membatasi aktivitas sosial dengan lingkungan. Bahkan koneksi atau hubungan Mom dengan teman dan keluarga diputus.

Perilaku pasangan yang erus menerus meminta atau menjadikan Mom seperti budak. Misal dengan memberikan perintah bukan meminta tolong. Misal, dengan kalimat, “Buatkan saya makanan, itulah fungsi istri.”

Tanda lain adalah ketika Mom sering merasa terancam dan mendapatkan intimidasi dari pasangan. Ini artinya Mom sudah mengalami kekerasan verbal dari pasangan.

Ada juga kebiasaan buruk yaitu sering menuduh tanpa sebab dan alasan, ini juga merupakan bentuk kekerasan verbal. Cirinya adalah pasangan sering mendominasi percakapan yang cenderung menentukan topik bahasan dan mengarah pada tuduhan.

Berbeda dengan memberikan kritik yang membangun, menuduh dan menyalahkan lebih menyudutkan kamu.

Dan buruknya, tuduhan ini kemudian dijadikan alasan paling tepat baginya untuk memulai perilaku kasar terhadap kamu secara fisik.

Kenali dampak kekerasan verbal

Rasa sakit fisik mungkin bisa berangsur pulih, tetapi rasa sakit karena kekerasan verbal sering kali sulit dilupakan. Sebab, kekerasan verbal menghasilkan rasa sakit secara emosional dan bisa menjadi trauma sepanjang hidup.

Ada di mana kondisi dampak itu akan muncul kembali ketika Mom mengingat kejadian dan itu bisa memicu rasa sakit di hati meski sudah bertahun-tahun berlalu.

Kondisi trauma dan sakit psikis ini akan membuat Mom menjadi pribadi yang rapuh. Selain itu juga membuat Mom tidak percaya diri dan merasa bersalah. Kondisi yang dipaparkan ini adalah dampak dari kekerasan verbal yang dialami.

Kekerasan verbal pun mampu meruntuhkan kepercayaan diri seseorang, Mom merasa tidak dicintai dihormati. Bahkan kekerasan verbal akan memicu masalah kesehatan mental pada Mom.

Sedangkan dampak paling terburuknya adalah pelaku kekerasan verbal bisa membuat korbannya berperilaku sama. Misal, menyakiti orang lain adalah sebuah pelarian dengan meniru kekerasan yang pernah dialami.

Cara mengatasi kekerasan verbal dalam rumah tangga

Mom, untuk keluar dari kekerasan fisik maupun verbal dimulai dengan keberanian untuk menghentikannya.

Menurut Sheila Robinson-Kiss, konselor dan terapis, kekerasan verbal merupakan perilaku yang tidak pernah bisa diterima. Kecuali Mom diam-diam menerimanya.

Menurutnya siapa saja yang mendapatkan perlakukan buruk, termasuk kekerasan verbal harus berani meminta orang lain menghentikan perilaku buruk itu.

Mom berhak untuk mengakhiri kekerasan verbal dan tidak membiarkan orang lain memperlakukan diri Mom dengan cara buruk. Atau Mom bisa mencari bantuan orang lain yang lebih ahli untuk menghentikan kekerasan verbal ini.

Meminta bantuan profesional dalam menghadapi kasus ini akan membuat Mom terhindari dari depresi yang mungkin berakibat merusak diri sendiri.

Ingat ya, Mom tidak boleh diam dan membiarkan kekerasan verbal terjadi berulang-ulang dalam kehidupan rumah tangga.

Baca juga: Musik yang Nyaman untuk Meredakan Stres Ibu Rumah Tangga