Depresi postpartum merupakan kondisi yang mirip dengan gejala baby blues yang dirasakan oleh banyak ibu pasca melahirkan. Akan tetapi, contoh kasus depresi postpartum ini jauh lebih parah daripada baby blues, lo.

Kenali lebih baik penyebab dari gejala depresi postpartum ini serta cara menanggulanginya lewat ulasan di artikel ini!

Trigger Warning: Artikel ini mengandung unsur-unsur kekerasan dan depresi.

Kalkulator Dana Darurat

Penyebab Gejala Depresi Postpartum

Depresi postpartum merupakan kondisi yang tidak dapat Mom simpulkan berdasarkan satu faktor penyebab saja. Umumnya, gejala ini terjadi pada ibu hamil yang lelah secara fisik dan emosional.

Pada masa pandemi Covid-19, ada banyak contoh kasus depresi postpartum yang terjadi pada ibu pasca melahirkan. Berdasarkan penelitian yang tertulis di situs web Kementerian Kesehatan, sebanyak 43 wanita hamil terinfeksi COVID-19, sebab kesempatan mereka untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan amat terbatas.

Akan tetapi, apapun situasi eksternal yang terjadi, Mom harus mengetahui sejumlah faktor pemicu lain depresi postpartum ini, di antaranya adalah:

  • pernah mengalami depresi sebelum atau selama kehamilan berlangsung,
  • mengalami gejala depresi,
  • mempunyai anggota keluarga yang mengidap depresi,
  • menggunakan NAPZA (narkotika, psikotropika dan zat adiktif) secara sembarangan, dan
  • mengandung di usia muda atau mempunyai banyak anak.

Ini 3 Contoh Kasus Depresi Postpartum di Kehidupan Nyata!

Agar Mom dapat lebih memahami bagaimana depresi postpartum ini dapat menyerang ibu pasca melahirkan, Mom dapat memperhatikan beberapa contoh kasusnya berikut ini.

1. Kasus Depresi Dina Novelis

Contoh kasus depresi postpartum ini pernah tercatat di salah satu portal berita. Menceritakan sebuah kisah mengenai seorang ibu bernama Dina Novelis, yang saat kejadian berusia 23 tahun. Dokter mendiagnosis beliau mengalami depresi postpartum pasca melahirkan anak pertamanya.

Jauh sebelum kejadian tersebut, Dina Novelis ini telah mendapat diagnosis bahwa beliau menderita penyakit bipolar pada tahun 2017 silam. Akan tetapi, beliau harus menghentikan konsumsi obat-obatannya untuk menjaga janinnya, sejak Februari 2018, saat Dina mengetahui bahwa dia tengah hamil minggu ketiga.

Walaupun Dina berhasil menjaga perkembangan janinnya tanpa mengonsumsi obat-obatan depresi, tetapi Dina mengalami depresi postpartum sesudah melahirkan anaknya secara caesar. Gangguan depresi ini mengakibatkan ketidakstabilan mental Dina. Beliau kerap memiliki pandangan kosong, dan tubuhnya melemah.

Terlebih, Dina juga pernah membayangkan membanting buah hatinya sendiri. Depresi ini juga membuatnya sempat bisu selama sehari dan amnesia total beberapa saat.

Kondisi seperti ini sangat membahayakan ibu pasca melahirkan, khususnya jika tidak ada pendukung di lingkungan terdekatnya. Beruntungnya, pada kasus ini, Dina memiliki seorang kakak yang bisa mencegahnya melakukan hal yang berbahaya. Beliau juga mendapat dukungan dari sang suami.

2. Contoh Kasus Depresi Postpartum Aniek Qori’ah

Seorang ibu yang berasal dari Bandung, Aniek Qori’ah Sriwijaya, juga pernah mengalami kondisi serupa, yaitu depresi postpartum. Beliau terbukti membekap satu per satu buah hatinya hingga mereka kehabisan napas dan tewas.

Alasan yang pengacara Aniek ungkapkan adalah Aniek mengalami ketakutan membesarkan anak-anaknya di masa depan. Sang pengacara juga mengatakan bahwa Aniek merasa bersalah dan menganggap dirinya tak mempunyai kemampuan apapun untuk menghidupi ketiga putranya.

Berdasarkan keterangan tersebut, sang hakim pun membebaskan Aniek dari segala tuntutan hukum. Aniek juga hakim perbolehkan untuk mendapatkan perawatan intensif dari rumah sakit jiwa pada tanggal 15 Januari 2007.

3. Kisah Pembunuhan Anak oleh Dedeh Uum Fatimah

Contoh kasus depresi postpartum yang berujung pembunuhan juga terjadi pada Dedeh Uum Fatimah. Wanita yang saat itu berusia 38 tahun membunuh putrinya, Aisyah Vani, yang masih berusia 2 tahun. Beliau membunuh putrinya itu dengan cara menenggelamkannya ke dalam tangki air pada tanggal 11 Maret 2014.

Kasus ini menjadi lebih mengerikan setelah pengakuan Dedeh. Beliau menyatakan secara blak-blakan bahwa dia menyesal karena tidak membunuh kedua kakak Aisyah. Akan tetapi, terdapat dua hipotesis yang berbeda mengenai gangguan kejiwaan Dedeh ini.

Pertama, dokter meyakini bahwa Dedeh memiliki gangguan kejiwaan yang peneliti sebut sebagai depresi postpartum. Penyebab kedua, kemungkinan Dedeh saat itu mengikuti aliran sesat yang mendorongnya untuk berbuat tindakan pembunuhan tersebut.

Bagaimana Cara Penanganan Depresi Postpartum?

Walaupun serupa, tetapi ada beberapa perbedaan baby blues dan depresi postpartum. Salah satunya adalah durasi terjadinya gangguan, dan tentunya penanganannya. Ada dua pendekatan yang dapat Mom gunakan untuk menangani depresi postpartum.

1. Terapi dengan Profesional Kesehatan

Umumnya, wanita yang mengalami depresi postpartum harus melakukan terapi wicara. Tujuan terapi ini adalah agar sang ibu bisa menceritakan apa saja yang ia rasakan pasca melahirkan. Harapannya, hati sang ibu dapat terasa lebih ringan dan lega dari berbagai gangguan yang mereka rasakan.

Apabila pasangan dari ibu yang baru melahirkan bisa mengikuti sesi terapi, maka terapi dapat berjalan lebih efektif. Oleh karena itu, profesional kesehatan sangat menganjurkan agar keluarga dapat bahu-membahu membantu ibu yang mengalami depresi postpartum segera pulih dari kondisinya.

2. SSRI atau Postpartum Depression Antidepressants

Contoh kasus depresi postpartum yang Mom baca sebelumnya juga dapat teratasi dengan mengonsumsi obat antidepresan sesuai anjuran dokter. Antidepresan ini mampu menyeimbangkan neurotransmitter, senyawa kimia yang mampu memengaruhi suasana hati atau emosi.

Umumnya, obat ini memerlukan waktu selama satu bulan agar dapat bekerja efektif pada tubuh ibu yang menderita gangguan mental pasca melahirkan ini.

Apakah Manfaat dari Memahami Contoh Kasus Depresi Postpartum di Atas?

Gangguan depresi postpartum dapat menyerang ibu mana pun khususnya di periode pasca melahirkan. Meskipun begitu, berdasarkan ulasan terkait contoh-contoh kasus depresi postpartum di atas, Mom bisa melihat bahwa intensitas dan akibat yang ditimbulkan sangat berbeda-beda.

Sikap pasangan dan keluarga terdekat pada perempuan di masa kehamilan dan pasca melahirkan turut berdampak pada kondisi kesehatan mental seorang Ibu. Dengan memahami contoh serta perbedaan gangguin dengan baby blues, Mom dan keluarga bisa lebih sigap dan tanggap mengantisipasi dan menangani gangguin ini.