Menjadi orang tua adalah tantangan yang cukup berat, apalagi bagi para Mom yang harus melakukannya sendiri.

Menjadi seorang single Mom adalah sebuah tantangan, fisik, mental, dan sosial. Bukan hanya tanggung jawab yang berlipat ganda, single Mom juga harus menghadapi stigma sosial terhadap statusnya.

Di CeritaMom kali ini, Mom Susi menceritakan bagaimana dia memutuskan untuk membesarkan anak sendiri setelah suaminya tertangkap menjalani hubungan dengan orang lain.

Kejadian tersebut terjadi di tengah kehamilan, dan sempat membuatnya depresi.

Meskipun itu, Mom Susi tetap berjuang, dan akhirnya sukses melahirkan anaknya.

Ingin tahu kelanjutannya? Mari kita simak Ceritamom dibawah ini!

Baca juga: CeritaMom: Memutuskan untuk Menjadi Ibu Rumah Tangga

Perjuangan Mom Susi

Halo Mom,

Namaku Susi, aku tinggal di Tangerang, aslinya dari Bandung.

CeritaMom-ku berawal dari kehamilan aku di usia kandungan tujuh bulan.

Masa itu, menurut aku adalah sebuah perjuangan akhir, dimana mental dan fisik terus ditantang. Meskipun itu, aku tetap ingin melahirkan secara normal.

Pada saat yang sama, suami aku juga tega-teganya berkhianat dengan berselingkuh dengan rekan kerjanya. Namun, sebenarnya, itu bukan pertama kali-nya hal tersebut terjadi.

Sudah berkali-kali. Namun di masa sebelum menikah.

Di momen itu aku terasa hancur berantakan, tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan di akhir trimester itu. Ditambah lagi saya tinggal jauh dari kedua pihak keluarga.

Apapun yang berurusan tentang kehamilan, persalinan, mengasuh anak setelah melahirkan dan segala halnya, aku memutuskan untuk mengerjakannya sendiri. Aku tak akan bisa lupa tentang persoalan selingkuh itu.

Di saat kontraksi mulai, sakitnya luar biasa. Seiring dengan bertambahnya pembukaan, aku mulai merasa tidak yakin.

Apakah aku mampu untuk persalinan normal atau mungkin harus Cesar?

Sedangkan support dari kedua keluarga saja tidak ada yang datang saat itu, dengan alasan bermacam-macam. Kesedihan memang untuk aku saat itu.

Bolak-baliknya perjalanan di rumah ke klinik bersalin, aku menggunakan motor tua punya suami dimana ruang joknya itu sangat sempit. Disaat melewati polisi tidur, perut makin terasa sakit seperti ngilu . Huhu :“)

Tapi aku harus tetap tahan sekuatnya. Saat itu, Alhamdulillah suami masih mau mendampingi. Aku terasa Terharu tapi dengan pilu.

Dari jam 1 pagi hingga jam 1 pagi lagi (24 jam) aku merasakan kontraksi. Dengan penuh tekad, aku harus kuat, harus bisa untuk persalinan normal.

Aku juga sedikit trauma dengan jarum suntik.

Mashallah, si kecil terus nge meyakini aku kalau ibunya bisa untuk persalinan normal.

Dan Alhamdulillah, tanpa di infus, atau suntikan apapun. Aku bisa dititik melahirkan normal.

Dengan kondisi baby yg menggemaskan saat ditidurkan di perut 😇

Semua rasa campur-aduk.

Tapi alhamdulillah dari adanya tekad kuat untuk setiap harapan baik Allah bantu dan mudahkan.

Subhanallah.

Sampe akhirnya sekarang sudah sampai di usia 3,5 bulan. Waktu ke waktu telah terlewati.

Menuju nanti di fase MPASI 😁

Fase demi fase, Mom Susi memberanikan dirinya untuk menjadi single Mom. Untuk Mom Susi, tetap semangat dan jangan putus asa!

Sampai jumpa di CeritaMom berikutnya!