Perjuangan setiap Mom pasti berbeda-beda. Ada Mom yang memilih untuk untuk berjuang di dunia professional, dan ada juga yang memutuskan untuk mengurus rumah tangga.

Apapun pilihannya, pastinya ada tantangan dan konsekuensinya masing-masing. Dengan itu, Mom & Dad harus menyiapkan keadaan untuk keputusan yang akan diambil.

Di CeritaMom kali ini, Mom Siti F. menceritakan bagaimana ia memutuskan untuk resign setelah merasa lelah dan tidak mampu menjaga work-life balance.

Meskipun awalnya membosankan, ternyata keputusannya untuk menjadi ibu rumah tangga datang dengan hikmah.

Apakah hikmah tersebut? Mari kita simak CeritaMom-nya!

Pengalaman Mom Siti F. Resign dan Memutuskan untuk Menjadi Ibu Rumah Tangga

Terbiasa Bekerja, Kini Resign dan Fokus Menjadi Ibu Rumah Tangga

Hidup itu adalah pilihan. Semua berhak memilih jalan hidupnya masing2 dengan segala konsekuensinya.

Sedari kecil saya sudah terbiasa mencari uang untuk diri sendiri dan memberi orangtua. Bahkan, sejak SMP saya sudah bekerja sambil sekolah karena orangtua tidak mampu membiayai full.

Sampai selesai kuliah pun Allah mempertemukan saya dengan orang-orang baik yang pada akhirnya, Alhamdulillah bisa menyelesaikan sekolah sampai jenjang sarjana dengan beasiswa.

Dengan sibuk kerja dan sekolah, saya hampir jarang melakukan atau mempelajari tentang pekerjaan rumah tangga kecuali sedikit. Pada saat itu, saya sudah terlalu nyaman dengan mencari uang dan mengajar.

Setelah menikah, saya masih terus bekerja hingga kami memiliki anak pertama dan saya merasakan adanya perubahan.;

Saya harus ekstra bekerja di rumah dan di kantor. Waktu pun seperti tidak cukup untuk melakukan itu semua sendiri.

Kami hanya bertiga dan tidak ada asisten maupun keluarga. Saya juga sering mengalami stress dan berujung pertengkaran dengan pasangan.

Ketika pandemi berakhir, kami mencoba memutuskan untuk menitipkan anak kami di daycare. Namun, kami sering mengalami sakit sekeluarga secara bergantian.

Melihat kondisi seperti itu sangat sulit untuk dilanjutkan.

Pada akhirnya saya mencoba untuk memutuskan resign dan fokus bekerja di rumah mengurus rumah tangga dan tetap produktif dari rumah.

Pada awal resign mungkin saya belum menerima sepenuhnya, karena keinginan untuk bekerja masih ada. Meskipun di rumah ada tanggung jawab tersendiri, rasanya tetap berbeda.

Walaupun keadaan seperti itu, saya mencoba untuk tetap mensyukurinya.

Sehingga akhirnya saya tahu bahwa hikmah dari resign saya adalah karena Allah telah menitipkan anak kedua saya.

Ya, ternyata ketika saya resign saya sudah hamil 2 bulan.

Hingga saat ini, saya merasa tempat yang paling tepat adalah rumah.

Di rumah bisa mendampingi anak-anak tumbuh, maksimal mendampingi suami, rumah termanage, pikiran menjadi terang serta kesehatan juga bisa terkontrol dengan sangat baik.

Saya mencoba mensyukuri dan menikmati tiap detik momen yang saya rasakan saat ini, karena waktu yang telah berlalu tak akan bisa terulang kembali.

Ternyata ada banyak cara buat para perempuan menjadi hebat, membesarkan anak-anak hebat dan berprestasi bisa menjadi salah satunya.

Ternyata investasi itu tidak mesti dengan uang. Anak adalah investasi berharga yang tidak ada harganya. Urusan rumah adalah tanggung jawab seorang istri dan nanti akan dipertanggung jawabkan.

Seperti kata Mom Siti Fatimah, membesarkan anak-anak hebat adalah sebuah prestasi yang tidak kalah hebat dengan prestasi professional. Apapun pilihan Mom, tidak ada yang salah!