Endometriosis adalah kondisi dimana lapisan jaringan dinding rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim, seperti ovarium, atau rongga panggul.

Pada umumnya, gejala endometriosis mencakup rasa nyeri di perut bawah, panggul dan pinggang.

Endometriosis dianggap oleh ahli medis sebagai gangguan kesuburan karena kondisi ini dapat menghalangi sel telur kepada rahim, merusak sel telur, dan membuat hubungan seksual terasa sakit pada wanita. Sedihnya, sekitar 30% sampai 50% Mom dengan endometriosis mengalami infertilitas.

Meskipun itu, kehamilan bukan hal yang mustahil bagi para penderita endometriosis. Ada berbagai terapi dan tindakan yang bisa dilakukan untuk membantu pasien endometriosis hamil.

Itulah yang dialami oleh Mom Alna dan suaminya. Setelah berjuang selama 4 tahun, akhirnya mereka dikaruniai dengan buah hati.

Lantas, apa saja yang dilakukan oleh Mom Alna agar bisa hamil? Mari kita simak jawabannya di CeritaMom ini!

Baca juga: Mengenal Endometriosis, Penebalan Jaringan Dinding Rahim yang Bisa Mempersulit Kehamilan

Kalkulator Masa Subur

Perjuangan Mom Alna Menghadapi Endometriosis

Assalamualaikum ❤️

Hai, perkenalkan namaku Alna, aku mau cerita sedikit tentang perjuanganku sebelum hamil Nasya. Mungkin ada di sini yang lagi berjuang untuk dapat garis dua juga.

Aku dan Papaden (panggilan sayang suami) akhirnya menikah setelah 7 tahun menjalin hubungan pada bulan April 2017. Tahun demi tahun kami lalui dengan mindset santai sekali. Belum ada “momongan” dan kami belum kepikiran karena kita cukup enjoy ngejalanin hari-hari.

Akhirnya, lami sempat coba periksa ke beberapa dokter SpOG di tahun 2018 s.d. 2020.

Setelah menjalani USG, ternyata ada kista endometriosis atau kista coklat ovarium kanan kiriku dan adenomiosis di Rahim.

Opini dari dokter berbeda-beda dan membingungkan. Ada satu dokter yang mengatakan kistanya masih normal, ukurannya dibawah ini kistanya masih normal kok, lalu aku disarankan untuk melakukan HSG (histerosalpingografi) untuk mengecek apakah ada perlengketan di saluran tuba. Selain itu, ada juga yang bilang bahwa kistanya harus diangkat melalui tindakan laparoskopi.

Sedih? Sedih banget, aku sempat menyalahkan diri sendiri tetapi untungnya ada Papaden yang selalu mendukungku. Kami berdua bahkan sempat berpikir, “jika memang belum dikasih momongan, berdua aja emang kenapa?”.

Dibalik kata-kata itu pun kami tetap berusaha, ikhtiar, dan akhirnya kita coba tes HSG

Tadaa…

Hasilnya menunjukkan adanya perlengketan di salah satu tuba falopiku 🥲.

Kecewa? Jelaaasss. Nangis? Pastiiii. Bingung? Iyaaaa. Nyerah? Nggak dong!

Kabar baiknya, perlengketan hanya ada di satu tuba falopi, dan yang satu lagi masih dalam kondisi sehat. Alhamdulillah, aku masih bisa hamil. Dengan itu, Papaden disarankan untuk mengecek kondisi sperma.

Kami langsung OKE-in tes sperma di Lab, untungnya Papaden tipe orang yang mendukung sekali di tahap-tahap promil ini. Hasil tesnya papaden semua normal. 🥰

Setelah hasil ini dikasih ke dokter, beliau meresepkan vitamin yang harus aku minum setiap hari. Aku pun meminumnya dengan semangat.

Kata dokternya, apabila belum ada hasil setelah 3 bulan, aku disarankan untuk istirahat sampai bulan ke-7.

Sampai bulan ke -7, aku capek sekali. Aku jadi ingin langsung operasi saja agar cepat. Nggak usah minum obat-obatan lagi, nggak usah pijat alternatif, dan nggak usah minum obat-obat herbal lagi.

Lalu kami diberi rekomendasi salah satu RS yang memiliki klinik khusus endometriosis di Jakarta.

Keputusan kami sudah final, jika dokter menyarankan operasi, aku siap untuk langsung dibedah.

Meskipun itu, dokternya tetap meresepkan vitamin saja, karena endometriosis dan adenomiosis-nya dibawah 5 cm.

Lanjut ke April 2021, kami anniversary ke-4 tanpa tanda hamil.

Sudahlah capeeek, kami sudah mulai enjoy dengan kehidupan dan mulai menerima, menjalani, sabar, dan tetap usaha tanpa ekspektasi tinggi. Setelah lebaran, kami berjalan-jalan keliling kampung suami, sekitar Pati-Solo-Jogja-Cirebon.

Saat mau pergi, waktunya bersamaan dengan jadwal haidku. Seperti biasa, perut sudah terasa keram, dan aku masih sempat berpikir untuk membawa pembalut dan obat pereda nyeri.

Pad waktu sampai di Solo aku sempat di Whatsapp teman kantorku untuk segera testpack. Sebenarnya, aku sudah ragu dengan testpack, soalnya setiap kali menggunakannya pasti haid pada sore hari 😅. Untungnya, kali ini teman kantorku bersikeras untuk membuat aku tespek.

Akhirnya, aku secara diam-diam membeli tespek dan besok subuhnya aku coba tes.

Hasilnya GARIS DUA TERANG BENERAN JELAS BANGET.

Langsung aku bangunin Papaden, sambil menangis.

Kami berdua hanya bisa bingung sambil mengucap Alhamdulilah. Ini merupakan sebuah perjuangan yang sudah berjalan 4 tahun yang mencakup berobat medis, non-medis, pijat alternatif, minum herbal, doa setiap saat.

Ini jawaban semua ikhtiar dan doa kami. Doa yg selalu diminta setiap saat, Alhamdulillah diberi diwaktu yg tepat dan baik menurut Allah.

Kata-kata ‘sabar’ memang terdengar klise. Tapi itu yang kami jalani. Sampai sekarang, rintihan doa yg selalu diselipkan di setiap saat, dalam waktu senang atau sedih, doa yang diselipkan bertahun-tahun akhirnya menghadirkan keturunan.

Sampai detik ini doa kami tidak akan pernah putus untuk anak kami Nasya Ghaniya Kristanto.

Terima kasih, Ruangmom! Semangat ya para pejuang garis dua, insyaallah kita akan diberikan keturunan di waktu yang tepat sesuai dengan ketetapan Allah.

Apabila Mom sedang mengalami kondisi yang sama, jangan takut! Kabar baiknya, Mom Alna bisa melahirkan bayi sehat dengan sukses.

Kehamilan dengan endometriosis memang memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding kehamilan normal. Namun, risiko ini bisa diantisipasi dengan persiapan yang baik dan pemeriksaan rutin oleh dokter.

Sampai jumpa di CeritaMom berikutnya!