Pada tahun 2022, pemerintah Indonesia mencatat 3.341 kasus campak di Indonesia.

Jumlah kasus ini meningkat 32 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Tidak hanya itu, sebagian besar kasus terjadi pada anak-anak usia pra-sekolah dan SD.

Dengan adanya kejadian luar biasa seperti ini, semakin sulit untuk mengeradikasi infeksi campak.

Tentunya, fakta ini bisa membuat para Mom khawatir.

Tenang Mom, pada dasarnya anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi atau imunisasinya tidak lengkap memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya campak.

Yup, inilah pentingnya melengkapkan jadwal imunisasi bayi sesuai jadwal.

Untuk mencegahnya secara tuntas, yuk simak ulasan selengkapnya mengenai apa itu campak beserta penyebab dan gejalanya di artikel berikut!

Apa itu Campak?

Campak adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus (Paramyxovirus).

Selain nama campak, penyakit ini juga disebut juga dengan nama measles atau rubeola.

Penularan terjadi melalui udara (airborne) dengan attack rate mencapai lebih dari 90%.

Gejala Campak

Gejala campak akan bervariasi setiap fasenya. Mom perlu mewaspadainya apabila buah hati mengalami gejala sebagai berikut:

  • Fase prodromal: Campak umumnya diawali dengan demam yang diikuti dengan batuk, pilek, tidak nyaman di tenggorokan, nyeri menelan dan kemerahan pada mata. Fase ini berlangsung kurang lebih 2 hingga 4 hari.
  • Fase erupsi: Timbul kemerahan yang dimulai dari batas rambut di belakang telinga, menyebar ke area wajah, leher hingga ke seluruh tubuh. Kemerahan bertahan selama 3 hari atau lebih, memuncak pada saat puncak demam.
  • Fase penyembuhan: Kemerahan yang timbul pada tahap sebelumnya akan mengalami perubahan warna menjadi lebih gelap seperti tembaga dan bersisik, yang kemudian menghilang. Hilangnya gejala ini bervariasi setiap anak namun biasanya setelah 1-2 minggu.

Salah satu tanda khas dari campak adalah bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam.

Seiring dengan proses penyembuhan penyakit ini, bercak tersebut akan menghilang.

Perlu dicatat, infeksi campak paling menular pada 5 hari sebelum dan 4 hari setelah kemerahan muncul.

Diagnosis Campak

Apabila Mom memperhatikan gejala tersebut pada buah hati, sebaiknya Mom membawanya ke dokter agar bisa dilakukan pemeriksaan dan pemberian obat yang tepat.

Pada umumnya, diagnosis campak bisa dilakukan berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik.

Namun, pada beberapa kasus, dokter perlu melakukan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan darah, radiologi dan PCR.

Pengobatan Campak

Pada umumnya, pengobatan yang diberikan pada campak yang tidak disertai komplikasi umumnya bersifat suportif terhadap sistem imun dan sesuai dengan gejala yang dimiliki.

Tindakan suportif yang bisa diberikan ialah pemberian nutrisi, cairan, dan suplementasi vitamin A.

Suplementasi vitamin A diberikan sebanyak 2 kali dengan jeda waktu 24 jam untuk mencegah kerusakan pada mata akibat campak.

Dosis vitamin A yang direkomendasikan yaitu:

  • 200.000 IU untuk anak 12 bulan ke atas
  • 100.000 IU untuk anak usia 6-11 bulan
  • 50.000 IU untuk anak di bawah usia 6 bulan.

Dosis tambahan dapat diberikan pada anak yang mengalami defisiensi vitamin A.

Antibiotik tidak rutin diberikan ya Mom. Pemberian antibiotik apabila ditemukan adanya infeksi bakteri yang menyertai atau penyulit.

Sedangkan pada campak yang disertai dengan komplikasi, ada obat-obatan tambahan yang diperlukan.

Perlu dicatat, pasien campak sebaiknya diisolasi.

Apabila ditemukan kondisi seperti di bawah ini, sebaiknya dilakukan perawatan inap:

  • Demam tinggi (di atas 39 derajat celsius)
  • Dehidrasi
  • Kejang
  • Menolak pemberian makan dan minum
  • Adanya komplikasi.

Cara Mencegah Campak

Secara umum, imunisasi merupakan strategi utama dalam mencegah campak. Vaksin untuk penyakit ini termasuk dalam bagian dari vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella).

Tak perlu khawatir Mom, vaksin campak sudah terbukti aman dan sudah digunakan lebih dari 50 tahun.

Menurut rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), vaksin MMR diberikan pada usia 9 bulan, lalu dilanjutkan dengan booster pada usia 18 bulan dan saat sekolah dasar (usia 6 hingga 7 tahun).

Efektifitas vaksinasi campak terbilang tinggi lho. Setelah pemberian 1 dosis pada anak usia 12 bulan atau lebih, efektifitas perlindungan mencapai 93% dan lebih tinggi lagi ketika anak mendapat 2 dosis yaitu hingga 97%.

Berhubung dengan itu, WHO dan juga IDAI merekomendasikan pemberian vaksinasi campak secara lengkap untuk meningkatkan perlindungan pada anak terhadap virus campak.

Agar si kecil semakin terlindungi dari penularan campak, Mom harus mengajarinya kebiasaan untuk mencuci tangan dengan tepat.

Ajarkan dirinya untuk mencuci tangan setelah menggunakan toilet, setelah membuang ingus, bersin, batuk, sebelum serta setelah selesai makan, memegang benda yang kotor, menyentuh hewan dan mengganti popok anak.

Selain itu, penting juga bagi kita untuk membiasakan diri mencuci tangan dengan tahapan yang benar:

  1. Membasahi tangan dengan air bersih yang mengalir.
  2. Menuang sabun ke seluruh bagian tangan
  3. Menggosok sabun ke telapak tangan, punggung tangan, dan sela-sela jari selama kurang lebih 20 hingga 30 detik.
  4. Membilas tangan dengan air bersih yang mengalir.
  5. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih atau tisu.

Si kecil juga harus diingatkan untuk tidak meminjamkan barang pribadi seperti peralatan mandi, peralatan makan dan pakaian kepada orang lain.

Apabila terjadi paparan, yang terkena bisa diberikan vaksinasi campak dalam waktu 72 jam dan serum kekebalan. Pemberian keduanya bersifat pencegahan, mencegah terjadinya penularan dan juga mencegah terjadi gejala yang berat.

Komplikasi Campak

Oleh karena penyebab campak adalah virus, campak merupakan self limiting disease yang dapat sembuh sendiri. Namun, tidak menutup kemungkinan, campak yang dialami mengalami komplikasi.

Komplikasi yang sering terjadi ialah infeksi telinga yang berlanjut gangguan pendengaran.

Beberapa di antaranya ada juga yang mengalami komplikasi berat seperti peradangan otak yang dapat berakhir dengan kematian.

Lalu, anak yang berusia kurang dari 5 tahun, berisiko memiliki kekebalan tubuh yang terganggu dan gizi buruk.

Tercatat, anak yang belum mendapatkan vaksin memiliki resiko yang lebih tinggi mengalami komplikasi.

Sedangkan, pada ibu hamil yang terinfeksi campak berisiko mengalami keguguran, lahir prematur dan berat badan lahir rendah.

Penyakit campak yang kembali muncul merupakan alasan besar untuk melengkapi jadwal imunisasi anak.

Sebab, vaksinasi adalah cara pencegahan yang mudah dan cepat dilakukan.

Semoga artikel ini bermanfaat!

Sumber: CNBC Indonesia, IDAI, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, National Center of Biotechnology Information,

Ditulis oleh: dr. Florencia Adeline