Masa depan anak sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang ia tempuh. Sebagai orang tua, Mom pasti ingin agar anak bisa sekolah setinggi mungkin, tentunya di sekolah terbaik pula. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa biaya pendidikan di Indonesia cukup besar. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata kenaikan biaya pendidikan di Indonesia bisa mencapai 10% tiap tahunnya.

Apabila tidak disiapkan secara matang, mengumpulkan biaya pendidikan anak bisa sulit dilakukan. Nah, agar Mom dan pasangan bisa maksimal dalam merencanakan dana pendidikan anak, pastikan untuk menghindari beberapa kesalahan berikut ini, ya.

Menunda-nunda perencanaan

Saat ini, usia si kecil mungkin masih cenderung dini. Namun, ingat, waktu akan cepat berlalu lho, Mom. Jadi, jangan menunda-nunda perencanaan dana pendidikan anak. Semakin dini atau semakin cepat Mom dan pasangan melakukan perencanaan, tentu akan semakin baik. Sayangnya, yang kerap terjadi justru sebaliknya. Masih banyak orang tua yang berpikir seperti, “Ah, anak masih balita ini, masuk kuliah kan masih dua belas tahun lagi.” Ada juga yang memiliki pikiran, “Nanti saja, saat ini uangnya dibuat beli mobil keluarga dulu.”

Pikiran-pikiran seperti inilah yang pada akhirnya berujung pada penyesalan, mengapa Mom tidak melakukan perencanaan sejak dulu. Ingat juga bahwa jika perencanaan dana pendidikan anak dilakukan sedini mungkin, jumlah dana yang harus ditabung atau dikumpulkan tiap bulannya tentu akan lebih sedikit sehingga tidak terlalu membebani finansial keluarga.

Mengabaikan nilai inflasi

Kunci dari perencanaan dana pendidikan anak adalah penghitungan yang tepat. Nah, dalam hal ini, jangan sampai lupa untuk memperhitungkan nilai inflasi. Setiap tahunnya, inflasi di Indonesia rata-rata mencapai 15% sampai 20%. Katakanlah Anda berencana menyiapkan dana pendidikan untuk jenjang kuliah anak. Tahun ini, sebut saja rata-rata biaya masuk universitas mencapai Rp35 juta. Apabila saat ini anak masih berusia lima tahun, artinya ia punya waktu sekitar 12-13 tahun lagi untuk kuliah. Namun, pada 12-13 tahun mendatang, nilai uang pasti sudah berubah. Dengan meningkatnya inflasi, maka meningkat pula biaya masuk universitas.

Jadi, ketika menyiapkan dana pendidikan anak, berpatoklah pada jumlah biaya yang sudah diperhitungkan pula inflasinya.

Kurang tepat memperhitungkan jangka waktu

Penghitungan dalam dana pendidikan anak tidak hanya tentang uang, tetapi juga waktu. Sayangnya, masih cukup banyak orang tua yang kurang tepat memperhitungkan jangka waktu pada perencanaan dana pendidikan anak. Mom bisa menentukan periode waktu ini berdasarkan usia si kecil saat ini. Jika seandainya saat ini anak masih berusia 0 tahun, maka setidaknya ada lima tahapan pendidikan yang perlu diperhatikan:

  • Masuk PG dan TK : sekitar tiga tahun dari sekarang.

  • Masuk SD : sekitar enam tahun dari sekarang.

  • Masuk SMP : sekitar dua belas tahun dari sekarang.

  • Masuk SMA : sekitar lima belas tahun dari sekarang.

  • Kuliah S1 : sekitar delapan belas tahun dari sekarang.

Memilih instrumen investasi yang kurang sesuai

Memangnya mengapa Mom harus tepat memperhitungkan jangka waktu dana pendidikan anak? Dengan mengetahui waktu yang Mom punya hingga anak masuk jenjang pendidikan tertentu, Mom bisa menentukan instrumen investasi yang sesuai untuk mengumpulkan dana pendidikan tersebut. Pasalnya, kurang sesuainya pemilihan instrumen investasi menjadi salah satu kesalahan yang sering dilakukan.

Misalnya, mengacu pada tahapan pendidikan di atas, untuk menyiapkan dana pendidikan masuk PG dan TK, Mom bisa memilih instrumen investasi tujuan jangka menengah karena jangka waktunya hanya tiga tahun. Beda lagi dengan instrumen investasi untuk persiapan dana pendidikan SMA atau S1 yang lebih tepat bersifat jangka panjang.

Mom, jangan sampai dana pendidikan anak tidak terkumpul tepat waktu hanya karena berbagai kesalahan umum di atas. Semoga Mom dan pasangan bisa menghindari kesalahan-kesalahan tersebut, ya!