Tantrum pada anak, apakah Mom pernah mendengarnya? Atau bahkan Anda mengenal tantrum dari musisi Anji Manji?

Tahun lalu mantan vokalis Drive tersebut mengejutkan publik dengan pemberitahuan bahwa anak bungsunya terkena Autism Spectrum Disorder (ASD). ASD menyebabkan putera Anji sering mengalami tantrum.

Namun, apa itu tantrum? Apakah hal serupa dapat terjadi pada anak-anak lainnya? Berikut penjelasan lengkap mulai dari pengertian, penyebab, tanda, cara mengatasi, dan sisi positif tantrum.

Apa itu tantrum?

Tantrum adalah kondisi dimana anak meledakkan emosinya atau mengamuk melalui tangisan kencang dan tak jarang diikuti oleh teriakan, jeritan, lemparan barang, serta berguling-guling di lantai. Tantrum seringnya ditemui pada anak usia 1 sampai 3 tahun.

Apakah si kecil pernah menunjukkan sikap demikian, Mom? Don’t need to worry! Tantrum pada anak mungkin bisa membuat ibu sedikit frustasi. Tetapi ternyata, tantrum anak adalah hal yang normal terjadi karena termasuk dari proses tumbuh kembangnya.

Ada dua jenis tantrum yang harus Mom ketahui, yakni tantrum manipulatif dan frustasi. Dua jenis tersebut dibedakan berdasarkan faktor penyebabnya.

Tantrum manipulatif adalah amukan anak karena keinginannya tidak terpenuhi. Tindakan ini biasanya sengaja dilakukan oleh buah hati agar orang tua memberikan apa yang ia minta.

Sedangkan tantrum frustasi yaitu keadaan saat anak mengeluarkan emosinya sebab ia gagal melakukan suatu aktivitas maupun tidak bisa mengekspresikan dirinya sendiri.

Contohnya kelaparan dan tidak bisa bermain dengan sempurna. Tantrum frustasi banyak dialami oleh anak berusia 1 tahun 6 bulan.

Apa gejala anak tantrum?

Tantrum merupakan permasalahan emosional pada anak. Lantas, apakah setiap rasa kesal dan amukan dari si kecil termasuk dalam kategori tantrum? Belum tentu, Mom.

Jadi, terdapat gejala tantrum anak yang khas diantaranya ia lebih mudah marah dan menangis kencang, suka berteriak saat menerima penolakan, menjerit, berkontak fisik dengan orang lain (memukul, mencubit, menendang, menggigit), sampai menyakiti diri sendiri.

Anak tantrum biasanya juga memiliki sikap keras kepala, tidak suka apabila ada yang mengatur maupun membantunya, dan sering berubah-ubah kepribadian. Kadang ia terlihat mandiri, tetapi di waktu berikutnya buah hati menjadi manja.

Apa penyebab tantrum?

Tadi sudah sempat disebutkan jika tantrum pada anak bisa didorong oleh perasaan kurang puas karena keinginannya tidak dikabulkan dan ketidakmampuan mengekspresikan diri.

Hal ini didasari oleh fakta bahwa anak usia 1 sampai 3 tahun belum bisa berkomunikasi cukup baik dalam menyampaikan apa yang dimaksud. Maka dari itu, ia akan menunjukkan kekesalannya dengan cara mengamuk atau tantrum.

Beberapa faktor lain penyebab anak tantrum adalah adanya masalah maupun gangguan psikologis, perilaku, ataupun saraf seperti autisme.

Baca juga: Perkembangan Anak 2 Tahun: Saatnya Belajar Untuk Berhenti Minum ASI dari Mom

Berapa lama durasi anak tantrum?

Penelitian oleh Potegal dan Davidson (2003) mengungkapkan jika tantrum pada anak berlangsung selama 1 sampai 5 menit. Sedangkan dalam seminggu, si kecil bisa saja mengalami tantrum sampai 8 kali.

Bagaimana cara mengatasi anak tantrum?

Tantrum tidak mengenal tempat. Selain di rumah, buah hati bisa saja meluapkan rasa amarahnya ketika sedang berada di tempat umum. Lalu jika kondisi ini muncul, apa yang harus Mom lakukan? Di bawah adalah cara-cara mengatasi tantrum.

Pertama, Mom sebagai orang tua wajib untuk tetap tenang dalam kondisi ini. Memarahi anak ketika tantrum adalah kesalah fatal. Mengapa? Karena dapat meningkatkan rasa kesal si kecil sehingga ia lebih susah berhenti.

Tetap tenang dan beri ruang serta sedikit waktu bagi buah hati meluapkan emosinya. Selanjutnya, jika sudah mulai berhenti, berikan ia pelukan. Pelukan dipercaya dapat menenangkan perasaan anak.

Kedua, cari tahu apa alasannya marah. Tantrum adalah cara si kecil mengekspresikan emosinya. Tentu ada sebab mengapa ia bisa begitu. Coba tanyakan secara halus apa yang membuat ia kesal. Bila memang bisa dituruti, maka turutilah.

Tetapi perlu diingat ya Mom. Kebiasaan menuruti keinginan anak tidaklah baik dijadikan jalan pintas anak tantrum. Sebagai saran, Anda bisa mencoba mengalihkan perhatian anak ke hal lain.

Contoh, ketika ia mengamuk karena menginginkan mainan tertentu, tenangkan buah hati dengan mengajaknya pergi mencari makanan favorit sekaligus sebagai santapan siang.

Saat anak Anda sudah benar-benar berhenti menangis, ajaklah berbicara secara halus. Beritahu bahwa apa telah ia lakukan tadi adalah salah.

Minta si kecil untuk memberitahu Mom dengan benar mengenai apa yang diinginkan. Sehingga tidak perlu menangis maupun mengamuk lagi.

Ketiga, temui psikolog atau psikiater. Bila tantrum pada anak terus menerus terjadi bahkan setelah ia berusia 4 tahun lebih, dan berlangsung sangat lama, sebaiknya Mom segera membuat jadwal konsultasi dengan psikolog atau psikiater pilihan Anda.

Besar kemungkinan bahwa tantrum anak tersebut disebabkan oleh faktor-faktor tertentu seperti ASD atau Autism Spectrum Disorder.

Kapan masa tantrum pada anak berhenti?

Psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana K. Hadiwidjojo, menyebutkan jika waktu berhentinya tantrum pada anak berbeda-beda tergantung dari perlakukan orang tua terhadapnya.

Tetapi, rata-rata anak akan berhenti menunjukan sikap seperti itu ketika memasuki umur 48 bulan atau 4 tahun.

Adakah sisi positif dari tantrum anak?

Rupanya tantrum dapat memberikan nilai positif untuk anak. Salah satunya ialah melepaskan stress dan emosi si kecil. Hormon stress (kortisol) di dalam diri akan keluar ketika ia menangis.

Air mata yang diteteskan olehnya juga bisa menurunkan tekanan darah. Sehingga, usai tantrum, perasaannya menjadi lebih tenang.

Selanjutnya, sisi positif dari tantrum anak adalah mengajarinya menerima penolakan. Meledaknya emosi buah hati biasanya muncul karena Mom atau suami mengatakan tidak pada permintaanya.

Itu adalah tindakan yang bagus lho, Mom. Secara tidak langsung ia jadi mengerti bahwa tidak semua hal bisa diterima atau dapat diraih karena adanya batasan-batasan tertentu.

Kesimpulan

Tantrum pada anak pasti sedikit banyak membuat orang tua frustasi, terutama bila terjadi di tempat umum. Namun sesungguhnya, peran Anda dan suami lah yang paling dibutuhkan pada momen ini.

Cara yang tepat dalam menghadapi anak tantrum akan membuahkan hasil baik pula. Oleh sebab itu, jangan sesekali Mom bermain tangan ketika si kecil sedang meluapkan emosinya tersebut.

Baca juga: 5 Cara Mengendalikan Emosi pada Anak