Memberikan empeng atau dikenal dengan istilah pacifier pada bayi selalu menimbulkan pro dan kontra. Ditambah berbagai mitos dan anggapan yang berkembang seputar gangguan kesehatan akibat pemberian empeng pada bayi.

Lalu, sebenarnya amankah pemberian empeng pada bayi? Pada usia berapa sebaiknya empeng diberikan atau dihentikan?

Mitos empeng bayi

Dalam waktu dan durasi tertentu, empeng dapat memberikan manfaat pada bayi dan Mom. Penggunaan empeng bayi sebenarnya aman-aman saja. Tapi mungkin Mom pernah mendengar asumsi-asumsi tentang empeng yang membuat bingung ya.

Nah, berikut beberapa asumsi yang perlu diketahui kebenarannya tentang empeng ya.

Membuat susunan gigi berubah

Ada sebuah anggapan yang mengaitkan empeng dengan gangguan pertumbuhan gigi pada batita. Anak yang sering mengemut empeng akan mengalami kondisi gigi yang berubah lebih maju atau sering disebut tonggos.

Sebenarnya tonggos atau maloklusi dapat disebabkan banyak faktor seperti kebiasaan bayi menghisap jempol tangan, faktor keturunan dan kebiasaan menggigit benda keras.

Menurut penelitian, jika bayi menggunakan empeng dalam waktu tertentu, tidak akan memengaruhi susunan gigi mereka. Karena hingga usianya dua tahun, masalah pada susunan gigi akan dapat pulih dengan sendirinya.

Namun, jika empeng terus diberikan hingga lewat dari usia 2,5 tahun maka ada kemungkinan dapat mengganggu pertumbuhan gigi dan bentuk rahang.

Empeng dapat dikenalkan sejak bayi

Nah, beberapa Mom mengakali dengan memberikan empeng sejak bayi untuk membuat bayi tenang dan tidak rewel. Namun sebaiknya hal ini tidak dilakukan jika bayi belum mencapai usia setidaknya 3 bulan.

Saran, Mom sebaiknya tetap memberikan ASI ketimbang empeng untuk mengalihkan perhatian bayi untuk menyusu. Bahkan, idealnya empeng dikenalkan setelah bayi memasuki usia 6 bulan lebih. Setelah terbiasa menerima ASI dan beradaptasi dengan masa MPASI, empeng baru boleh diberikan kepada bayi.

Menghisap jempol lebih baik dari empeng

Pada usia tertentu bayi akan mengeksplorasi semua benda dengan sering memasukkan ke dalam mulut, termasuk jari tangan mereka. Kebiasaan ini alami karena telah dilakukan sejak mereka di dalam kandungan.

Akan tetapi sebaiknya Mom tetap memberikan ASI atau makanan daripada empeng, karena memasukan jempol atau jari tangan ke mulut dapat mengakibatkan risiko terpapar bakteri lebih besar.

Empeng dicelup teh manis

Untuk menenangkan bayi, tidak sedikit Mom yang merendam empeng atau dot bayi ke dalam air teh manis. Ini tentu saja tidak benar. Kandungan gula dapat merusak gigi dan mengakibatkan gangguan kesehatan pada batita. Selain itu, teh mengandung kafein yang tidak baik untuk kesehatan anak-anak.

Manfaat empeng

Beberapa hal positif ternyata ditemui dari empeng. Selain mengurangi risiko terkena sindrom kematian mendadak atau SIDS (sudden infant death syndrome), bayi yang diberikan empeng juga dapat membantu si kecil tidur lebih nyenyak.

Dalam buku What to Expect The Toddler Years, disebutkan penggunaan empeng memberikan efek positif seperti pada bayi yang lahir prematur dapat membuatnya lebih singkat menjalani rawat inap di rumah sakit.

Empeng dapat membantu Mom yang mengalami depresi paska melahirkan untuk dapat lancar memberikan ASI kepada bayinya.

Bayi yang terserang kolik pun disarankan untuk menggunakan empeng untuk mengatasi masalah kolik yang kerap dialami bayi.

Kekurangan empeng

Namun juga ditemukan beberapa kekurangan terkait pemberian empeng pada anak-anak. Misalnya:

  • Bayi kesulitan menghisap puting Mom. Tekstur dan bentuk empeng berbeda dengan puting. Bayi yang terbiasa mendapat empeng biasanya akan menemukan kesulitan saat menghisap payudara.

  • Menganggu pertumbuhan gusi dan gigi jika diberikan hingga lewat usia 2,5 tahun.

  • Meningkatkan risiko terkena infeksi telinga akibat perubahan tekanan dalam telinga anak saat diberikan empeng.

  • Kesalahan mencuci empeng dapat sebabkan bayi terpapar risiko gangguan kesehatan pada rongga mulut mereka. Sebaiknya empeng direndam dalam air matang yang hangat dan dikeringkan sebelum digunakan.

Baca juga: Jangan Keliru, Ini Cara Menyimpan ASI Perah yang Benar