Vaksin HPV adalah jenis vaksin yang diberikan untuk mencegah infeksi HPV (Human Papilloma Virus) dan penyakit yang berkaitan dengan HPV, salah satunya adalah kanker serviks. Vaksin ini sebenarnya tidak hanya ditujukan untuk wanita saja, laki-laki juga perlu disuntik vaksin HPV.

HPV terdiri dari dua kelompok, yakni HPV yang berisiko tinggi (high risk HPV) dan HPV berisiko rendah (low risk HPV). Infeksi yang persisten oleh high risk HPV dapat menyebabkan kanker serviks, kanker anus, kanker penis, kanker vagina, dan kanker vulva serta kanker orofaring, sedangkan infeksi low risk HPV tidak menyebabkan kanker tapi menjadi penyebab timbulnya kutil kelamin, baik pada pria maupun wanita.

Virus HPV menular melalui hubungan seksual. Oleh karena itu, disarankan pemberian vaksin ini dilakukan sebelum seseorang memasuki periode aktif secara seksual.

Lalu kapan sebaiknya dilakukan vaksin HPV? Apa saja manfaatnya dan adakah efek sampingnya? Bagaimana dengan biaya? Mari simak ulasannya.

Kapan dilakukan vaksinasi HPV?

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), di Indonesia vaksin HPV disarankan untuk diberikan pada semua perempuan yang belum aktif secara seksual, sedangkan di luar negeri, vaksin HPV sudah disarankan diberikan juga untuk remaja laki-laki. Berikut adalah waktu pemberian vaksin HPV.

1. Usia 10-13 tahun

Untuk anak yang masih berusia 10-13 tahun, vaksin HPV diberikan sebanyak 2 dosis. Dosis kedua diberikan setelah 6-12 bulan setelah pemberian dosis pertama.

2. Usia 16 tahun ke atas

Sementara apabila sudah berusia di atas 16 tahun, vaksin HPV diberikan sebanyak 3 dosis. Dosis kedua diberikan 2 bulan setelah suntikan pertama. Lalu dosis ketiga diberikan pada 6 bulan setelah suntikan pertama.

Vaksin HPV bisa didapatkan di klinik atau rumah sakit, dan belum tersedia di puskesmas. Namun demikian, di beberapa kota besar, imunisasi HPV telah diberikan pada siswa kelas 5 dan 6 sekolah dasar secara gratis.

Prosedur vaksinasi HPV

Pada anak berusia remaja, penyuntikan vaksin dilakukan secara intramuskular (penyuntikan ke dalam otot) pada otot bahu yang paling besar, yaitu di lengan atas atau paha depan atas. Satu dosis penyuntikan berisi 0,5 mililiter vaksin.

Tujuan vaksinasi adalah membentuk antibodi agar tubuh tidak mudah terserang virus. Vaksinasi HPV harus dilakukan sejak usia muda sebelum seseorang aktif secara seksual, mengingat virus ini menyebar melalui hubungan seks.

Vaksinasi HPV adalah upaya memberikan kekebalan dan perlindungan pada tubuh untuk mencegah infeksi virus. Jadi, apabila seseorang terbukti terjangkit virus HPV sebelum melakukan vaksin, maka vaksinasi HPV yang dilakukan setelahnya tidak efektif untuk mengobati infeksi yang sudah lampau.

Apakah ibu hamil boleh vaksinasi HPV?

Ibu hamil tidak direkomendasikan melakukan vaksinasi HPV Namun, secara teoritis, karena vaksin ini bukan merupakan vaksin hidup, vaksin tidak berhubungan dengan peningkatan risiko tertentu . Apabila ingin melakukan vaksinasi, sebaiknya tunda waktunya sampai setelah melahirkan.

Imunisasi HPV setelah melahirkan harus didahului dengan skrining tubuh untuk mendeteksi adanya infeksi virus HPV pada ibu. Skrining bisa dilakukan melalui pap smear. Namun perlu diingat, vaksin HPV hanya mencegah infeksi HPV yang baru dan tidak menyembuhkan infeksi HPV yang sudah terjadi. Maka itu, vaksin HPV bekerja optimal sebelum adanya paparan terhadap HPV.

Manfaat vaksinasi HPV

Manfaat pemberian vaksin ini yaitu untuk menghindari terkena infeksi virus HPV. Infeksi virus HPV merupakan penyebab utama timbulnya penyakit:

  • Kanker serviks

  • Kanker mulut dan tenggorokan

  • Kanker di sekitar area kemaluan dan anus

  • Penyakit kutil kelamin

Risiko terkena infeksi virus HPV akan semakin besar apabila seseorang tidak divaksinasi. Apalagi jika orang tersebut terindikasi pernah melakukan aktivitas-aktivitas berikut.

  • Jumlah pasangan seksual. Semakin banyak seseorang memiliki jumlah pasangan seksual, semakin tinggi kemungkinan terkena infeksi HPV

  • Memiliki luka pada kulit

  • Melakukan kontak langsung dengan kutil kelamin

  • Penurunan sistem kekebalan tubuh. Seseorang dengan penurunan sistem kekebalan tubuh memiliki resiko lebih tinggi untuk terinfeksi virus HPV. Sistem kekebalan tubuh dapat turun misalkan akibat penyakit HIV/AIDS.

Jenis vaksin HPV

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), saat ini di Indonesia ada 2 jenis vaksin HPV yang beredar, yaitu vaksin bivalen dan tetravalen. - Bivalen

Jenis vaksin HPV ini mengandung dua tipe virus HPV, yaitu tipe 16 dan 18, di mana jenis vaksin ini berfungsi mencegah kanker leher rahim (kanker serviks). - Tetravalen

Jenis vaksin HPV ini mengandung empat tipe virus HPV, yaitu tipe 6, 11, 16 dan 18, di mana berfungsi untuk mencegah kanker serviks sekaligus mencegah genital warts (kutil kelamin).

Syarat vaksinasi HPV

Untuk menjalani suntik HPV, seseorang harus memastikan bahwa kondisi badannya sedang fit, tidak sedang sakit. Dokter terlebih dahulu akan memeriksa kondisi fisik orang tersebut, serta menanyakan apakah pasien pernah menerima vaksin HPV sebelumnya.

Jika ya, dokter akan bertanya lebih lanjut kapan vaksin HPV diberikan, dan adakah efek samping atau apakah muncul reaksi alergi pada tubuh pasien.

Biaya vaksinasi HPV

Biaya vaksinasi HPV bervariasi tergantung rumah sakit/klinik mana yang menyediakan. Di rumah sakit swasta, biaya vaksin HPV mulai dari Rp 750.000 untuk setiap 1 kali suntik.

Baca juga: Rekomendasi Imunisasi dan Vaksin Sebelum Menikah untuk Calon Pengantin

Efek samping vaksin HPV

Meski jarang terjadi, tapi efek samping vaksin HPV bisa saja muncul pada beberapa orang pasca penyuntikan. Beberapa efeknya sebagai berikut.

  • Kemerahan, pembengkakan atau nyeri di tempat penyuntikan - ini merupakan efek samping yang paling sering terjadi, biasanya akan hilang dalam beberapa hari

  • Demam

  • Pusing/sakit kepala -tidak berlangsung lama

  • Mual atau muntah

  • Nyeri otot atau persendian

Begitu selesai divaksin, sebaiknya duduk/beristirahatlah selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi timbulnya efek samping pasca penyuntikan.

Apabila muncul keluhan efek samping virus HPV, segeralah ke dokter agar mendapat penanganan yang tepat.

dr. Zeissa Rectifa Wismayanti, Sp.OG

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan

RS Pondok Indah – Bintaro Jaya