Pernah mendengar istilah sandwich generation? Sebuah analogi yang digunakan menggambarkan generasi yang terjepit antara harus memenuhi keluarga sendiri dan kebutuhan orang tua. Mom dan Dad mengalaminya?

Tidak bisa dipungkiri jika kebutuhan hidup sebuah keluarga memang tidak sedikit. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok, kebutuhan lain seperti dana pendidikan anak, membayar KPR atau cicilan yang lainnya, termasuk harus mengumpulkan uang untuk dana darurat serta dana pensiun juga perlu disiapkan dengan matang.

Terlebih lagi jika orang tua juga masih membutuhkan dukungan keuangan. Hal ini tentu saja bisa memicu stres. Bingung harus membagi pos keuangan setiap bulannya.

Seseorang yang mengalami kondisi seperti ini ibarat roti sandwich, generasi ini “terhimpit” oleh dua kewajiban tersebut. Faktanya, kondisi ini masih banyak dialami oleh masyarakat Indonesia.

Apa itu Sandwich Generation?

Dalam hal ini, Nadya Pramesrani M.Psi. Psi, menjelaskan kalau sandwich generation adalah situasi yang biasanya akan dialami pada saat seseorang memasuki tahapan middle adulthood atau memasuki usia kepala 4.

“Biasanya, sandwich generation ini dimulai ketika sudah memasuki usia 40 tahun, asumsinya orangtua berarti sudah berusia 60 tahun, di mana mereka sudah butuh bantuan. Support finansial dan emosional sudah perlu dibantu oleh anak-anaknya,” ujarnya.

Lebih lanjut, psikolog dan founder Rumah Dandelion ini menjelaskan, seseorang yang mengalami posisi ‘terjepit’ seperti ini memang sering memiliki issue tersendiri. Selain harus memenuhi kebutuhan hidup untuk keluarganya, ia pun perlu mendukung dan membantu orang tua yang usianya menjelang senja.

Meski tidak mudah, Prita Ghozie selaku financial planner mengatakan bahwa saat menjalani posisi ini sebenarnya memiliki kemampuan untuk menjalankannya. Termasuk diberikan kesempatan untuk memperbaiki keadaan untuk memutus mata rantai. Jangan sampai si kecil akan meneruskan dan mengalami hal serupa ketika mereka sudah tumbuh dewasa.

Di laman Instagram pribadinya, Prita Ghozie menuliskan, “Kita sering bicara betapa sulitnya hidup menjadi generasi sandwich, dan betapa besar upaya agar bisa melepas diri dari jeratan tersebut. Namun, kali ini cobalah untuk tidak menyalahkan keadaan, bahkan punya semangat untuk move forward.”

Prita Ghozie pun memaparkan ada 3 sisi bahagia menjadi generasi sandwich

#1. Bersyukur masih memiliki orang tercinta

Terlepas dari fakta adanya toxic family, namun kebanyakan generasi sandwich yang ditemukan sebenarnya berisi keluarga yang baik. Hanya saja, saat produktifnya, kurang pandai mengelola keuangan untuk masa depan atau terjadi takdir yang memang berat ujiannya.

#2. Bersyukur masih punya penghasilan

Terlepas dari masih dibutuhkannya bantuan untuk memberikan dukungan untuk orang tua, pernahkah terbersit pikiran bahwa barangkali doa mereka juga yang mengantarkan kita pada sukses saat ini.

#3. Bersyukur melihat kebahagiaan kecil

Prita juga menuliskan, if money doesn’t make you happy then you probably aren’t spending it right (Dunn, Gilbert, Wilson, 2012).

Kalimat ini bisa diartikan kalau uang mampu mendatangkan kebahagiaan saat kita berbagi dengan ikhlas, melebihi saat kita belanjakan untuk diri sendiri.

Dari sini, bisa mengingatkan kalau pengelolaan keuangan perlu dilakukan dengan baik agar masa depan bisa lebih baik lagi.

Agar keuangan tetap stabil Financial Planner dari Zap Finance ini pun mengingatkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Jika konsisten dilakukan, bahkan bisa memutus mata rantai sandwich generation.

4 Hal Penting Saat Mengatur Keuangan Sandwich Generation

  • Komunikasi

Langkah penting dan utama yang perlu dilakukan adalah melakukan komunikasi terbuka dengan orang tua termasuk dengan pasangan.

Bicarakan kondisi keuangan yang sebenarnya dan rencanakan pos pengeluaran yang bisa dialokasikan untuk membantu orang tua dan memenuhi kebutuhan untuk keluarga.

  • Siapkan Dana Darurat

Meskipun pengeluaran tinggi, dana darurat tetap harus disiapkan. Artinya, setiap bulan jangan lupa untuk menyisihkan dana yang masuk ke pos dana darurat.

  • Jangan Lupakan Dana Pensiun

Dari sekian banyak pos keuangan yang harus dipenuhi, jangan lupakan dana pensiun. Dana ini bisa digunakan saat Mom dan Dad sudah tidak produktif lagi. Tanpa perlu menyusahkan anak, kebutuhan sehari-hari pun bisa dipenuhi dengan dana pensiun. Kelak, anak-anak tidak memiliki beban menjadi generasi sandwich berikutnya.

  • Review Keuangan Secara Berkala

Untuk memastikan apakah kondisi keuangan sehat atau tidak, tentu saja Mom dan Dad perlu mereview pos keuangan. Ketahui pengeluaran dan pendapatan selama ini. Apakah sudah berada di jalur yang tepat atau justru keluar dari track? Dengan begitu, Mom dan Dad tentu saja bisa mengontrol keuangan. Tujuan finansial yang sudah ditetapkan pun bisa tercapai.


Itulah tips mengatur keuangan bagi sandwich generation, semoga informasinya bermanfaat.

Baca juga: Lakukan Ini Ketika Mertua Ikut Campur Mengurus Anak