Jika si kecil mulai sekolah, salah satu hal yang perlu Mom dan Dad perhatikan tentu saja berkaitan dengan memberikan uang jajan atau bekal anak. Umumnya hal ini memang mulai dipertimbangkan ketika anak sudah masuk sekolah dasar. Benar tidak?

Memberikan anak uang jajan atau bekal dari rumah tentu saja akan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sebagai contoh, saat memberikan uang jajan, artinya Mom dan Dad tidak perlu lagi pusing dan repot menyiapkan bekal di pagi hari.

Sebaliknya, memberikan bekal makanan dari rumah, meskipun memerlukan waktu tersendiri untuk menyiapkannya, jika dilihat dari kacamata kesehatan dan nutrisi, tentu akan lebih baik. Pasalnya, Mom akan memberikan makanan dengan kualitas dan pengolahan yang baik.

Meskipun begitu, bukan berarti memberikan uang jajan pada anak selalu buruk, lho!

Paling tidak, bagi Mom yang memutuskan untuk memberikan uang jajan pada anaknya, bisa dimanfaatkan sebagai ajang melatih anak belajar mandiri dan bertanggung jawab dalam menggunakan uang termasuk terbiasa mengatur keuangannya sendiri. Dengan catatan, anak memang sudah memahami konsep uang terlebih dahulu.

Jika belum, dikhawatirkan pemberian uang jajan ini justru hanya akan mendorong anak untuk senang jajan dan hidup boros. Artinya, saat memberikan uang jajan, Mom dan Dad tentu perlu lebih dulu bisa mengajarkan cara yang baik untuk menggunakan uang tersebut. Termasuk mengingatkan Si Kecil untuk tidak jajan sembarangan.

Hal ini pun ditegaskan oleh Prita Hapsari Ghozie, Chief Financial Planner ZAP Finance.

Ia mengatakan, pemberian uang saku pada anak mulai bisa diterapkan pada saat anak mulai memahami konsep uang, sudah memiliki keinginan untuk membeli suatu barang yang nilainya cukup besar, serta sudah belajar berhitung dan mampu untuk bertanggung jawab dalam penyimpanan uang saku.

Berapa nominal uang jajan yang ideal?

Menentukan besar kecilnya uang jajan yang akan diberikan pada anak, tentu saja tidak bisa dipukul rata. Mom dan Dad tentu memiliki pertimbangan masing-masing. Bagaimana pun, penghasilan setiap keluarga berbeda, termasuk mempertimbangkan kebutuhan anak yang tidak akan sama.

Hanya saja, jumlahnya tentu saja tidak perlu terlalu besar namun perlu disesuaikan dengan kebutuhan si kecil. Selain itu, pertimbangan lainnya bisa dilihat lewat jenjang pendidikannya dan usia. Dari sini, frekuensi pemberian uang saku pun bisa disesuaikan.

Misalnya, untuk anak usia SD, uang saku sebaiknya diberikan secara harian dengan jumlah yang kecil. Pasalnya, usia 6 atau 7 tahun tentu saja belum mampu mengelola keuangan dengan baik. Namun, mereka sudah bisa mulai dilatih.

Berbeda dengan anak remaja, yang sudah masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), pemberian uang saku bisa diberikan secara mingguan atau bulanan.

Mom dan Dad pun bisa mulai memertimbangkan hal lainnya. Di mana jumlah uang saku akan disesuaikan dengan kebutuhan anak yang semakin besar. Tak hanya untuk transportasi, namun juga membeli pulsa, atau kebutuhan lain. Dengan begitu, besarnya jumlah uang jajan tentu perlu disesuaikan dengan kebutuhan tersebut.

Agar literasi keuangan anak baik, Prita Ghozie juga mengingatkan agar mulai melatih dan membantu anak untuk mencatat dan mengevaluasi penggunaan uang jajan atau uang saku yang sudah diberikan. Jika diberikan secara mingguan atau bulanan, latih anak untuk memiliki pos keuangan masing-masing.

Latih anak untuk hidup sederhana

Saat Mom dan Dad mulai memberikan uang jajan pada anak, ingatkan anak agar tidak menghabiskan uang jajan begitu saja. Melatih anak untuk bisa menyisihkan uang juga bagian mengajarkan anak untuk hidup sederhana.

Untuk itu, sedini mungkin Mom dan Dan perlu memberikan pengertian dan jadi contoh yang konkret bagaimana mengelola uang dengan baik. Jangan sampai menghabiskan uang untuk sesuatu hal yang tidak berguna.

Caranya, bisa dimulai dengan cara yang cukup sederhana. Misalnya, meskipun sudah memberikan uang jajan, tak ada salahnya untuk tetap mengajarkan ke anak untuk membiasakan bawa bekal makan dari rumah.

Dengan begitu, uang jajan pun bisa ditabung dan digunakan untuk sesuatu yang lebih penting. Bahkan, jika si kecil memiliki keinginan untuk membeli buku atau mainan incarannya, hal tersebut bisa diwujudkan.

Harapannya, dengan menanamkan kebiasaan seperti ini, mengelola uang dengan baik termasuk menyisihkan uang jajan, maka akan terbawa sampai akan tumbuh dewasa.

Jadi, antara memberikan uang jajan atau bekal anak, sebenarnya bisa sama-sama dipilih, ya!

Baca juga: Cara Memulai Bisnis Jasa Titip Barang Dari Luar Negeri Anti Gagal