Bagi Mom yang ingin melakukan sterilisasi, dalam arti tidak ingin menambah anak lagi untuk selamanya, Mom dapat memilih tubektomi sebagai metode KB permanen.

Tubektomi adalah prosedur untuk memotong atau menutup saluran tuba fallopi ataupun saluran telur sehingga sel telur tidak akan bisa masuk ke saluran telur untuk dibuahi. Selain menghalangi sel telur, sel sperma juga tidak akan bisa dapat masuk ke tuba fallopi setelah prosedur ini dilakukan.

Menurut dr. Andry, Sp.O, Dokter Spesialis Kebidanan dan KandunganRS Pondok Indah – Puri Indah dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya tubektomi dinilai efektif untuk mencegah kehamilan dan tidak memengaruhi siklus menstruasi. Prosedur ini dapat dilakukan kapan saja, bahkan segera setelah melahirkan.

Kelebihan dan kekurangan tubektomi

Karena tubektomi adalah KB permanen, maka perempuan dewasa yang disarankan untuk melakukannya hanyalah yang benar-benar yakin seratus persen tidak mau hamil atau ada kondisi khusus yang membuat nyawanya terancam jika hamil dan melahirkan.

Tubektomi dapat menurunkan risiko kanker ovarium bagi Mom yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker ini atau pada perempuan yang berusia di atas 40 tahun.

Berikut ini adalah beberapa kekurangan dan kelebihan metode KB steril tubektomi:

Kelebihan

Tubektomi sangat ampuh mencegah kehamilan, terutama bagi pasangan atau Mom yang memang tidak ingin punya anak lagi selamanya. Metode KB yang satu ini juga tidak memengaruhi hormon di tubuh perempuan seperti halnya jenis KB lain. Selain itu, Mom hanya perlu melakukannya satu kali seumur hidup dan tak perlu kembali ke dokter untuk konsultasi tentang KB.

Kekurangan

Meski dinilai efektif dalam mencegah kehamilan dan memiliki sejumlah kelebihan, namun ternyata prosedur tubektomi juga memiliki kekurangan. Kekurangan yang pertama ialah, setelah prosedur dilakukan, maka jika Mom berubah pikiran, proses penyambungan kembali tuba fallopi akan sulit dilakukan. Sehingga disarankan sebelum Mom melakukannya benar-benar perlu pertimbangan matang.

Yang kedua, walau tingkat keberhasilan prosedur ini lebih tinggi dibanding metode KB lainnya, masih ada sedikit kemungkinan untuk tetap hamil. Namun, jika dilakukan dengan tepat maka kemungkinan tersebut amatlah sangat kecil

Yang terakhir, untuk melakukan tubektomi, biaya yang dibutuhkan lebih besar dibandingkan metode KB lainnya. Sehingga harus dilihat kemampuan finansial Mom apakah bisa melakukannya atau tidak.

Bagaimanakah prosedur tubektomi dilakukan?

Biasanya, tubektomi dilakukan dengan metode operasi caesar. Sebelumnya pasien akan diberikan anestesi terlebih dahulu sesuai kondisi pasien.

Selain melalui operasi caesar, ada dua metode lain yang digunakan untuk melakukan tubektomi, yakni laparoskopi dan minilaparotomi.

Berikut penjelasan selengkapnya:

Prosedur laparoskopi

Ini adalah metode yang sering dipilih karena prosedurnya dilakukan dengan cepat dan proses pemulihannya juga termasuk cepat. Prosedur ini dilakukan dengan cara:

  • Dokter membuat 1-2 sayatan kecil di dekat pusar pasien

  • Alat laparoskopi yakni sebuah tabung kamera mini akan dimasukkan ke dalam perut pasien, supaya dokter dapat melihat tuba fallopi melalui layar monitor yang ada di ruangan.

  • Kemudian dokter akan memasukkan alat laparoskopi untuk memotong saluran tuba fallopi dan menutupnya.

  • Dokter melakukan pemotongan atau penyumbatan saluran tuba fallopi melalui laparoskopi dengan melihat ke layar monitor.

  • Setelah tuba fallopi disumbat, maka alat dan tabung laparoskop akan dikeluarkan dari tubuh pasien.

  • Setelah laparoskop dikeluarkan, sayatan yang tadi dibuat akan dijahit kembali.

Prosedur Minilaparotomi

Prosedur ini mirip dengan laparoskopi, namun sayatan dibuat di bawah pusar.

Risiko komplikasi setelah menjalani tubektomi

Umumnya, tubektomi cukup aman dilakukan dan minim komplikasi. Mom dapat langsung menjalani rutinitas hariannya tanpa mengalami komplikasi yang berarti. Namun, dalam setiap prosedur operasi, meski sekecil apapun, tetap memiliki kemungkinan risiko komplikasi.

Berikut ini adalah beberapa risiko komplikasi yang mungkin terjadi setelah menjalani tubektomi:

  • Cedera organ dalam yang berdekatan dengan tuba fallopi, seperti usus, kantung kemih, dan pembuluh darah utama.

  • Nyeri pada panggul atau sakit di bagian perut bawah yang terjadi secara terus menerus.

  • Infeksi pada luka bekas sayatan operasi.

Meski ampuh mencegah kehamilan, namun tubektomi tidak dapat melindungi Mom dari infeksi menular seksual. Oleh sebab itu, tetap gunakan kondom saat berhubungan intim untuk melindungi diri dari penyakit menular seksual ya.

Semoga informasi ini bermanfaat.

Baca juga: Kenali Penyakit Asites Sebelum Menjalani Program Kehamilan