Tiger parenting adalah salah satu metode orang tua dalam mengasuh anak. Metode ini dinilai sebagai cara yang keras dan terlalu menuntut. Orang tua akan menggunakan otoritasnya agar anak menurut tanpa memikirkan perasaan sang anak.

Seorang anak umumnya pasti ingin memperoleh kasih sayang dan kelembutan dari orang tuanya. Namun, dengan metode parenting ini, anak bisa saja kehilangan haknya. Nah, untuk menghindarinya, yuk Mom pelajari apa itu tiger parenting berikut ini.

Download aplikasi ruangmom

Apa itu Tiger Parenting?

Sebagai orang tua, tentu kita ingin anak-anak kita dapat tumbuh menjadi pribadi yang luar biasa dan sukses, bukan begitu, Mom? Namun hati-hati ya Mom, ekspektasi kita terhadap si kecil bisa jadi memunculkan pola asuh yang kurang tepat, termasuk salah satunya pola asuh tiger parenting.

Sudah pernah mendengar istilah tiger parenting sebelumnya, Mom? Pengertian tiger parenting adalah salah satu metode pengasuhan yang cenderung keras dan penuh tuntutan, seringkali bertujuan untuk membentuk anak-anak yang punya pencapaian tinggi.

Sekilas, tiger parenting adalah metode pengasuhan yang tampak mirip dengan pola asuh otoriter ya, Mom. Namun, sebenarnya ada karakteristik yang membedakan tiger parenting dengan pola asuh lainnya, lho!

Sebuah penelitian terhadap 444 keluarga keturunan Cina-Amerika menunjukkan bahwa orang tua yang menerapkan tiger parenting adalah tidak hanya memiliki skor tinggi dalam pengasuhan negatif – seperti memberikan hukuman, kekerasan, kontrol berlebih, dan mempermalukan anak, tapi juga memiliki skor yang tinggi dalam pengasuhan positif – dalam hal ini tetap memberikan kasih sayang, menerapkan struktur dan batasan, serta memberikan dukungan pada anak.

Nah, dari penelitian tersebut kita dapat melihat bahwa metode tiger parenting artinya menerapkan pola pengasuhan yang positif dan negatif secara bersamaan.

Lalu pertanyaannya adalah, apakah hal tersebut membuat pola asuh tiger parenting boleh diterapkan, atau sebaiknya dihindari? Agar Mom jadi lebih paham, kita bahas lebih lanjut mengenai tiger parenting, yuk!

Ciri-Ciri Tiger Parenting

Tiger parents kerap kali menunjukkan dukungan dan tekanan secara bersamaan dalam pengasuhan. Karakteristik ini membuat para tiger parents melakukan beberapa perilaku di bawah ini ketika mendampingi si kecil.

  • Mendorong anak untuk mempertahankan nilai akademis yang tinggi dan menerapkan hukuman jika si kecil gagal memenuhinya.
  • Membuat aturan yang sangat kaku, berlebihan, dan mungkin tidak rasional, misalnya tidak memberikan anak kesempatan bersosialisasi sama sekali dengan teman sebaya agar waktu belajarnya tidak terganggu.
  • Sangat peduli dengan pencapaian dan keahlian anak, hingga kadang mengesampingkan hal-hal yang sebenarnya disenangi atau diminati anak.
  • Berfokus pada hasil pencapaian anak dibandingkan usaha yang ia kerahkan untuk mencapainya.
  • Tidak ingin anak mengalami kegagalan, sehingga terus menerus mengingatkan dan mengatur apa yang harus dilakukan oleh anak.

Dari beberapa perilaku di atas, adakah yang pernah Mom lakukan? Perlu diketahui nih Mom, meskipun sebagian orang tua setuju bahwa ada dampak positif tiger parenting, seperti membangun karakter yang lebih disiplin dan memiliki etos kerja baik di usia dewasa, namun beberapa penelitian membuktikan bahwa pola pengasuhan tersebut dapat membawa lebih banyak dampak negatif terutama untuk kesehatan mental anak.

Baca juga: 8 Ciri-Ciri Toxic Parents, Apakah Anda Termasuk? Ini Bahayanya

Dampak Negatif Tiger Parenting

Nah, apa saja dampak negatif tiger parenting? Berikut beberapa di antaranya, Mom.

1. Berisiko mengalami masalah dalam kesehatan mental

Salah satu dampak negatif tiger parenting adalah anak berisiko mengalami masalah dalam kesehatan mental. Yup, anak dengan tiger parents mungkin saja dapat meraih banyak prestasi karena dorongan orang tuanya.

Akan tetapi, beberapa kritik berpendapat bahwa pola pengasuhan negatif yang diterapkan dapat menghambat perkembangan emosi dan kesehatan mentalnya.

Pendapat ini sejalan dengan sebuah penelitian dimana membuktikan bahwa anak yang mendapat pengasuhan negatif mendapat skor lebih rendah pada kesehatan sosial-emosionalnya dibandingkan dengan anak-anak yang mendapat pengasuhan positif.

Selain itu, para ahli berpendapat, anak yang mendapat pengasuhan negatif lebih berisiko mengalami gangguan kecemasan dan depresi.

2. Menimbulkan masalah dalam kepercayaan diri

Berikutnya, dampak negatif tiger parenting adalah bisa menimbulkan masalah dalam kepercayaan diri anak. Orang tua yang hanya berfokus pada hasil dan terus menerus memberikan tuntutan pada anak dapat mempengaruhi cara anak menilai dan memandang dirinya sendiri (self-esteem).

Hal tersebut membuat anak bisa jadi merasa mempertanyakan kemampuan dirinya sendiri serta merasa keberhargaan dirinya hanya tergantung oleh prestasi yang ia raih.

3. Anak takut melakukan kesalahan

Standar tinggi orang tua bisa jadi memunculkan ketakutan dalam diri anak jika ia tidak dapat memenuhi standar tersebut. Hal tersebut juga termasuk dampak negatif tiger parenting, Mom.

Jika si kecil mengalaminya terus-menerus, ia akan cenderung ragu-ragu dalam menyampaikan ide kreatif dan inisiatifnya sebab takut akan mengecewakan orang lain.

4. Prestasi akademik tidak menjadi lebih baik

Meskipun tujuan tiger parenting adalah untuk mendorong anak mendapat prestasi yang tinggi, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan tiger parents memiliki nilai akademis lebih rendah dibandingkan dengan anak yang mendapat pengasuhan lebih positif.

Hal ini membuktikan bahwa metode tiger parenting justru tidak menjamin kesuksesan akademik buah hati Anda.

Nah Mom, itu dia penjelasan lengkap mengenai apa itu tiger parenting. Dilihat dari dampak-dampaknya, ternyata tiger parenting adalah pola pengasuhan yang sebaiknya kita hindari.

Mom dapat melakukan alternatif pengasuhan yang lebih positif dengan memberikan kehangatan, menerapkan pendisiplinan yang positif, melakukan pengawasan, dan juga memberikan kesempatan bagi anak untuk mandiri dalam mengambil keputusan.

Dengan begitu, motivasi si kecil untuk sukses akan berkembang dengan sendirinya dan ia pun dapat tumbuh menjadi anak yang lebih bahagia.

Sumber: Apa Divisions, Science Daily, Very Well Family, Healthline, FirstCry Parenting, Asian American Journal of Psychology

Direview oleh: Yasmine N. Edwina, M.Psi., Psikolog

Baca juga: Pahami Pola Asuh Permisif dan 5 Dampak Negatifnya pada Anak