Preeklamsia adalah masalah kesehatan yang kerap terjadi pada ibu yang sedang mengandung. Preeklamsia ibu hamil berpotensi menimbulkan risiko kematian pada ibu maupun calon buah hati yang sedang dikandung. Banyak hal yang menyebabkan timbulnya masalah kesehatan ini. Salah satunya adalah kehamilan pertama dan kehamilan pada usia lanjut. Ini dia segala hal yang perlu Mom tahu terkait preeklamsia.

Mengenal preeklamsia pada ibu hamil

Preeklamsia pada ibu hamil adalah sebuah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan adanya tekanan darah tinggi atau hipertensi. Masalah kesehatan ini juga ditandai dengan kerusakan beberapa organ dalam seperti ginjal. Jika kerusakan ginjal terjadi sebagai akibat dari adanya preeklamsia, maka akan ditemukan banyak protein pada urin ibu hamil.

Mom perlu waspada jika selama hamil sering mengalami tekanan darah tinggi karena hal ini akan memicu timbulnya preeklamsia. Terlebih jika ada faktor risiko tersendiri, seperti keturunan dan beberapa kondisi medis tertentu yang semakin meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia.

Waktu yang berisiko tinggi ibu mengalami preeklamsia

Umumnya, kehamilan usia 20 minggu ke atas menjadi waktu paling berisiko terjadinya preeklamsia pada ibu hamil. Biasanya terjadi pada usia kehamilan 24-26 minggu. Beberapa kasus juga terjadi saat buah hati sudah lahir. Agar Mom terhindar dari risiko tersebut, kontrol rutin selama masa kehamilan wajib dilakukan . Hal ini demi bisa memonitor kondisi kesehatan ibu dan janin.

Penyebab preeklamsia pada ibu hamil

Masalah kesehatan ini terjadi bukan tanpa sebab. Ada beberapa kondisi dan faktor risiko yang berpotensi menjadi penyebab preeklamsia. Meski begitu, dokter dan tenaga profesional kesehatan lainnya tidak pernah bisa menemukan secara pasti penyebab preeklamsia pada ibu hamil.

Beberapa faktor seperti kehamilan pertama dan riwayat kesehatan, memengaruhi risiko terjadinya masalah kesehatan ini. Pada mulanya, gejala preeklamsia diawali dengan kelainan plasenta. Saat sudah terjadi masalah pada plasenta, maka alur suplai darah akan terpengaruh. Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan plasenta akan terganggu. Tentu saja hal ini akan menyebabkan masalah kesehatan. Adapun faktor risiko terjadinya preeklamsia adalah: - Kehamilan pertama - Ada riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya (jika ini bukan kehamilan pertama) - Nutrisi ibu hamil yang tidak tercukupi - Ibu hamil memiliki masalah kesehatan lain seperti ginjal, lupus, diabetes, dan sindrom antifosfolipid - Kehamilan kembar - Kehamilan pada usia di bawah 20 tahun dan di atas 40 tahun - Jarak yang terlalu jauh antara kehamilan sebelumnya dengan kehamilan yang sekarang - Ibu hamil mengalami obesitas dengan indeks massa tubuh lebih dari 25 - Bayi yang dikandung saat ini memiliki ayah yang berbeda dengan bayi yang sebelumnya - Memiliki keluarga dengan riwayat preeklamsia

Gejala preeklamsia yang harus diwaspadai

Gejala preeklamsia yang paling utama adalah tekanan darah tinggi yang terjadi pada ibu hamil. Meski begitu, gejala preeklamsia tidak hanya tekanan darah yang tinggi, beberapa gejala lain seperti di bawah ini juga menjadi tanda Mom mengalami preeklamsia:

  • Sakit kepala hebat yang tak kunjung reda

  • Sesak napas dalam waktu yang lama. Ini terjadi karena adanya cairan di paru- paru

  • Volume urin yang dikeluarkan semakin berkurang, dengan kadar protein yang semakin tinggi

  • Pandangan kabur dan lebih sensitif terhadap cahaya

  • Nyeri di perut bagian atas

  • Mual hingga muntah

  • Kaki membengkak

  • Gangguan fungsi hati

  • Trombosit yang berkurang dan gangguan fungsi hati

Preeklamsia pada ibu hamil memang harus diwaspadai. Pasalnya, jika penanganan preeklamsia terlambat diberikan, maka nyawa ibu dan calon buah hati bisa terancam. Dokter akan meresepkan beberapa obat untuk mengatasi preeklamsia jika memang penyakit ini segera dideteksi sedari awal. Oleh sebab itu, Mom jangan pernah lewatkan satu kali pun pemeriksaan rutin ke dokter kandungan selama masa kehamilan.