Program hamil bayi tabung dan inseminasi buatan bukanlah hal baru di Indonesia. Untuk mengatasi ketidaksuburan dari salah satu pasangan, program ini bisa membantu. Namun, sebenarnya program yang mana yang lebih cocok untuk Mom? Berikut adalah penjelasan mengenai kedua program tersebut.

Perbedaan antara inseminasi buatan dan program hamil bayi tabung

Perbedaan tentang inseminasi buatan dan program hamil bayi tabung tidak hanya terletak pada namanya, tetapi lebih kepada cara kehamilan Mom ketika melakukan salah satu dari dua program tersebut. Inseminasi buatan pas dilakukan oleh Mom dengan tuba falopi terbuka, sedangkan untuk program hamil bayi tabung, Mom akan dibius total dan pembuahan terjadi di luar tubuh Mom. Seperti apa perbedaan lebih jelasnya?

Tentang Bayi Tabung

Bayi tabung yang dikenal juga dengan nama In Vitro Fertilization (IVF) adalah serangkaian prosedur kompleks yang digunakan untuk meningkatkan kesuburan atau masalah genetik dan membantu pembuatan seorang anak. Dalam IVF, telur matang dikumpulkan (diambil) dari ovarium Mom dan dibuahi oleh sperma di laboratorium. Kemudian sel telur yang dibuahi (embrio) atau telur ditanamkan di dalam rahim Mom. Satu siklus IVF membutuhkan waktu sekitar dua minggu. IVF adalah bentuk teknologi reproduksi yang cukup efektif. Prosedur ini dapat dilakukan dengan menggunakan sel telur Mom sendiri dan sperma Ayah.

Meski memilki keberhasilan tinggi, IVF dapat memakan waktu, biaya, dan bisa sangat melelahkan untuk Mom. Namun, memang proses kehamilan akan lebih mudah, terlebih ketika Mom ingin mendapatkan bayi kembar. IVF adalah salah satu cara yang paling pas untuk mendapatkannya secara langsung.

Bayi tabung umumnya dianjurkan untuk Mom dengan tuba falopi yang rusak atau tertutup, memiliki anomali dalam ovarium, terserang endometriosis, atau penyakit lain yang menyebabkan Mom susah hamil. Termasuk juga dengan sperma ayah yang kurang sehat atau kuat, bayi tabung bisa membantu.

Tentang inseminasi buatan

Inseminasi buatan adalah metode yang dapat meningkatkan kesuburan dengan memasukkan sperma langsung ke dalam rahim. Awalnya, ilmuwan medis mengembangkan prosedur ini untuk membiakkan ternak. Sejak itu, mereka telah mengadaptasi teknik untuk digunakan pada manusia.

Inseminasi intrauterin (IUI) adalah metode inseminasi buatan yang paling umum. Inseminasi buatan dapat menguntungkan pasangan atau individu dengan berbagai kebutuhan. Beberapa pakar menyarankan agar seorang wanita mempertimbangkan untuk mengunjungi dokter kesuburan untuk mendiskusikan perawatan inseminasi buatan jika dia memiliki beberapa gejala berikut. Seperti tidak dapat hamil dalam satu tahun mencoba, rentan terhadap menstruasi tidak teratur, berumur lebih dari 35 tahun dan berusaha untuk hamil, dan pernah mengalami keguguran lebih dari dua kali.

Risiko mana yang lebih tinggi?

Ada beberapa risiko saat menjalani inseminasi buatan. Risiko mengandung anak kembar atau kembar tiga meningkat jika seorang wanita menerima IUI pada saat yang sama dengan obat kesuburan lainnya, seperti gonadotrophin. Kehamilan dengan lebih dari satu janin meningkatkan kemungkinan komplikasi, seperti kelahiran prematur atau keguguran.

Ovarian hyperstimulation syndrome (OHSS) adalah satu hal yang mungkin terjadi bila Mom melakukan proses inseminasi buatan. Dalam kasus OHSS ringan, gejalanya meliputi kembung, nyeri perut ringan, dan mungkin mual dan muntah. Kasus yang lebih parah mungkin disertai dehidrasi, nyeri dada, dan sesak napas. Pastikan Mom tetap terhidrasi dan minum parasetamol biasanya dapat mengurangi rasa sakit, tetapi kasus yang lebih parah mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit.

Sedangkan untuk program hamil bayi tabung, ada lebih banyak risiko. Misalnya seperti meningkatkan risiko kelahiran kembar jika lebih dari satu embrio ditanamkan di rahim Mom. Kehamilan dengan banyak janin memiliki risiko persalinan dini dan berat lahir rendah yang lebih tinggi daripada kehamilan dengan janin tunggal. Selain itu, persalinan prematur dan berat badan lahir rendah bisa terjadi.

OHSS yang mungkin terjadi pada Mom dengan inseminasi buatan pun dapat terjadi di sini. Penggunaan obat kesuburan yang dapat disuntikkan seperti human chorionic gonadotropin (HCG). Sedangkan untuk menginduksi ovulasi dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovarium, di mana indung telur Mom menjadi bengkak dan nyeri.

Risiko yang paling menjadi momok adalah tingkat keguguran untuk wanita yang hamil menggunakan IVF dengan embrio segar mirip dengan wanita yang hamil secara alamiѳekitar 15 hingga 25 persenѴetapi meningkat seiring pertambahan usia ibu. Namun, penggunaan embrio beku selama IVF dapat sedikit meningkatkan risiko keguguran.

Kedua jenis kehamilan dengan bantuan dokter ini memiliki risikonya masing-masing, namun tidak ada salahnya untuk dicoba bila Mom dan ayah sangat ingin mendapatkan momongan. Konsultasikan dengann ahlinya secara intensif terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk melakukan program ini agar bisa berjalan dengan baik dan lancar.