Plasenta previa. Dua kata ini menjadi salah satu kondisi yang dikhawatirkan ibu hamil. Sebab, bisa berisiko pada kondisi janin. Untuk mengetahui apa itu plasenta previa serta apa saja dampaknya, simak terus artikel Ruang Mom yang satu ini.

Sebelum mengulasnya lebih jauh, perlu dipahami lebih dulu bahwa plasenta merupakan organ yang terbentuk di rahim pada masa kehamilan. Organ ini berfungsi menyalurkan oksigen dan nutrisi dari ibu kepada janin, serta membuang limbah dari janin.

Normalnya, plasenta ini berada di bagian bawah rahim pada awal masa kehamilan, namun seiring pertambahan usia kehamilan dan perkembangan rahim, plasenta ini bisa bergerak ke atas.

Apa itu plasenta previa?

Dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, Sp.OG, menjelaskan bahwa previa berasal dari gabungan dua kata bahasa Latin, yakni pre dan via. Pre artinya sebelum. Sedangkan via itu artinya jalan. Jadi plasenta previa berarti ada plasenta sebelum ada jalan lahir.

“Jadi, apa itu plasenta previa merupakan kondisi di mana plasenta ini menempel di bagian bawah dari pada rahim. Pada kasus plasenta previa, posisi plasenta tidak bergerak dari bawah rahim hingga mendekati waktu persalinan,” paparnya.

4 Jenis Plasenta Previa

Dikatakan oleh dr. Dara, plasenta previa ini ini sebenarnya bisa dibedakan menjadi ada 4 jenis:

  1. Plasenta Previa Total

Seperti namanya, plasenta total ini menyebabkan jalan lahir bayi akan seluruhnya ditutupi oleh plasenta. Akibatnya, Mom tidak bisa melahirkan secara alami atau lewat vagina.

  1. Plasenta previa partialis

Sama dengan plasenta previa total, kondisi partialis ini juga membuat Mom tidak bisa melahirkan secara normal. Pasalnya, jalan lahir hampir menutupi sebagian atau separuh jalan lahir.

  1. Plasenta Previa Marginalis

Jika Mom mengalami kondisi ini, plasenta memang tidak menutupi jalan lahir sepenuhnya, atau hanya di posisi ujung saja. Maka, ada peluang untuk melahirkan secara normal. Akan tetapi harus diperiksa dan dipantau dokter kandungan terlebih dahulu.

  1. Low lying plasenta

Suatu kondisi yang membuat posisi plasenta terletak rendah. Namun jaraknya tidak terlalu jauh dari jalan lahir. “Biasanya memang hanya di ujung saja, kurang lebih 3 cm atau 4 cm dari tepi jalan lahir,” jelas dr. Dara.

Dengan demikan, dr. Dara mengatakan sebenarnya masih aman untuk melahirkan secara normal dengan pemantauan dokter.

“Umumnya, orang akan membahas plasenta previa pada kondisi yang total atau parsial, yaitu kondisi di mana jalan lahir tertutup semua atau separuh. Kondisi ini memang menbuat Mom tidak bisa melahirkan secara normal. Jadi biasanya memang harus dilakukan proses persalinan caesar,” papar dr. Dara.

Apa yang menyebabkan terjadinya plasenta previa?

Menurut dr. Dara, penyebab pasti plasenta previa ini belum bisa diketahui secara pasti. Meskipun begitu, memang ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi atau memperbesar peluang Mom mengalami plasenta previa.

“Misalnya, kehamilan di atas 35 tahun dan/atau pernah memiliki riwayat operasi, pernah mengalami plasenta previa pada kehamilan sebelumnya, termasuk melakukan gaya hidup tidak sehat dengan minum minuman beralkohol,” tuturnya.

Tapi sampai sekarang memang belum diketahui kenapa bisa begitu. Logikanya, saat sel telur dan sel sperma menyatu jadi embrio, maka embrio ini posisinya berada di saluran telur. Mestinya, ketika sampai di rongga rahim maka embrio akan menempel di bagian atas, tapi kenapa jadi menempel di bagian bawah?

“Pada saat terjadi implantasi, atau menempelnya embrio, di sana pula nanti akan tumbuh plasenta. Nah, kenapa plasenta kemudian nempelnya di bawah bukan di atas, ini masih tidak jelas mengapa bisa terjadi plasenta previa,” jelas dr. Dara lagi.

Karena penyebabnya belum diketahui secara pasti, hingga saat ini belum ada tindakan yang dapat mencegah terjadinya plasenta previa.

Bagaimana cara mengobatinya?

Pengobatan plasenta previa, mengutip Alodokter, bertujuan untuk mencegah perdarahan. Penanganan yang akan diberikan oleh dokter tergantung kepada kondisi kesehatan ibu dan janin, usia kandungan, posisi ari-ari, dan tingkat keparahan perdarahan.

Jika hanya mengalami perdarahan ringan, Mom biasanya diperbolehkan melakukan perawatan mandiri dengan banyak berbaring, tidak berolahraga, dan menghindari hubungan intim. Walau demikian, Mom harus tetap waspada dan segera mencari pertolongan medis jika perdarahan memburuk.

Pentingnya USG Secara Rutin

Untuk mengetahui Mom mengalami plasenta previa atau tidak, sebenarnya bisa terdeteksi lewat USG.

“Kalau sering USG, kondisi plasenta akan bisa terlihat. Apakah akan ke arah bawah dekat vagina atau tidak. Kalau jarang USG, biasanya baru diketahui setelah olahraga atau berhubungan suami istri, akan pendarahan. Cirinya, darahnya merah terang, bukan gelap,” urai dr. Dara.

Oleh karena itulah ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin. Untuk mendiagnosis plasenta previa, biasanya dokter akan melakukan kombinasi ultrasound abdomen dan ultrasound transvaginal, khususnya pemeriksaan di trimester kedua.

Baca juga: Posisi Tidur Ibu Hamil dengan Plasenta Previa